Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Tujuh Anak dengan Tujuh Buku

anakpatirsa's picture

Pernah merasa terenyuh melihat sesuatu? Sore ini aku mengalaminya.

Sudah lebih dari dua tahu aku tinggal di kota ini. Tinggal di sebuah rumah kontrakan yang disediakan kantor. Letaknya tidak jauh dari terminal Tirtonadi. Ruang tamunya cukup besar, lalu ruang paling depan merupakan kamar yang disulap menjadi perpustakaan kecil berisi buku dan majalah anak. Lalu di depan rumah berdiri sebatang pohon mangga yang sedang berbuah.

Beberapa anak kadang-kadang membuat jengkel dengan melempari buah mangga yang bergantungan. Tetapi beberapa kadangkala datang dan meminta buah mangga dengan sopan. Mereka tahu kami cuma pengontrak, bukan pemilik pohon mangga ini.

Tadi sore, tujuh orang anak kecil, sepertinya masih duduk di kelas tiga atau empat berdiri di depan pagar. Aku tidak begitu peduli, pikirku paling-paling mereka cuma mau mencari mangga yang jatuh. Aku tetap menyibukkan diri didepan sebuah laptop pinjaman.

Sepertinya anak-anak ini sedang berembuk di depan pagar, dari sudut mataku aku melihat mereka malah masuk ke teras, bukannya ke bawah pohon mangga. Ketujuh anak ini berdiri di teras, sepertinya orang yang ditugaskan untuk berbicara tidak berani angkat bicara. Terjadi acara saling menyuruh. Tanganku tetap sibuk di atas keyboard, tetapi sudut mataku melihat apa yang terjadi.

Akhirnya aku tidak tahan, karena tidak ada yang berani angkat bicara.

Agak kaget karena setelah kuperhatikan dengan seksama setiap anak membawa sebuah buku di tangannya. Mereka datang bukan untuk meminta mangga tetapi ingin mengembalikan buku-buku yang mereka pinjam Jumat kemarin.

Ruang depan kami merupakan sebuah taman bacaan bagi anak-anak di lingkungan ini. Buka hanya pada hari Jum'at. Anak-anak boleh membaca dan meminjam buku tanpa membayar. Mereka juga boleh meminjam buku untuk dibaca di rumah, yang harus dikembalikan Jumat berikutnya.

Dua tahun aku tidak memperhatikan kegiatan taman bacaan ini. Beberapa teman kantor terlibat dalam kegiatan taman bacaan, tetapi aku tidak begitu peduli. Tidak terlalu menyadari kalau setiap Jumat anak-anak berkumpul di sini, apalagi pada saat taman bacaan buka aku sedang ada di kantor yang terletak di depan rumah ini.

"Kenapa dik?" tanyaku. Tahu mereka ingin mengembalikan buku-buku yang sedang dipegang, berharap bisa meminjam buku lain atau paling tidak berharap bisa membaca di sini.

"Mau baca buku." jawab salah satu dari anak-anak sambil mengacungkan buku yang dibawanya. Seolah-olah ingin menyerahkan buku itu.

Pernah merasa terenyuh? Aku terenyuh waktu pertama kali melihat seorang pengemis. Terenyuh waktu pertama kali melihat seorang anak kecil mengelus-elus perutnya di persimpangan Gellael. Sangat terenyuh mendengar ketiga adikku kehabisan uang waktu masih kuliah, sehingga terpaksa mendatangi rumah temannya, berharap mereka mengerti. Diam-diam aku menangis ketika tahu tuan rumah mengerti dan mengajak ketiga adikku makan.

Dan sekarang aku terenyuh melihat tangan-tangan yang memegang buku ini. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka pasti tidak punya bacaan di rumah dan telah berembuk untuk datang kesini. Berharap kami yang tinggal disini lebih bermurah hati untuk membuka taman bacaan ini untuk mereka, walaupun bukan pada jadwal seharusnya buka.

"Tidak buka, dik!" jawabku dengan sangat bersalah.

Aku bisa melihat muka-muka kecewa dan sedikit malu. Mereka berpaling sambil memegang bukunya masing-masing. Aku bisa merasakan kalau anak-anak ini merasa telah ditolak.

Mereka datang dengan malu-malu dan takut. Tahu taman bacaan ini tidak buka selain hari Jumat, tetapi mereka tetap memberanikan diri dan berharap kami bisa lebih terbuka. Mereka tahu kami tinggal disini dan sebenarnya bisa mengijinkan mereka untuk masuk.

Tiga anak laki-laki dan empat anak perempuan ini hanya ingin menghabiskan hari minggu mereka dengan membaca di taman bacaan yang disediakan di rumah kontrakan ini.

billyjoe's picture

satu baso

di suatu siang aku makan baso, dan seorang anak kecil datang untuk minta minta, aku bilang maap, tapi saat melihat dia berdri disamping dengan melihat mangkok baso, akhirnya saya ambil garpu dan memberi 1 baso dari 3 baso, wah senangnya bukan main, sy hanya tersenyum, selama hal itu bergantung padamu, jangan kau menahan kinginan anak anak untuk memperoleh hal yang baik.

dulu saat pulang kantor atau sedang sibuk dirumah anak ku datang membawa buku sambil berlari, suaranya sudah terdengar walau batang hidungnya belum tampak, meminta untuk membaca bersama, atau memeriksa pekerjaan sekolah, atau melihat nya memperagakan sesuatu dengan antusias, saya tidak pernah menolaknya selama hal itu bergantung padaku. percayalah jika melihat anak anak senang tidak ada kesenangan lain yang melebihi selain melihat mereka tersenyum kegirangan.

hai hai's picture

Anakpartisa, Anda Kejam

Anakpartisa, anda kejam. Biasanya orang tidak bertindak karena hatinya tidak trenyuh dan penuh belas kasihan. Namun anda, walaupun trenyuh namun tetap tidak bertindak. Itu kejam namanya. Kejam pada diri sendiri. Seharusnya anda bertindak untuk melepaskan diri dari rasa trenyuh itu.

Kalaupun tidak mampu meminjamkan buku kepada anak-anak itu untuk dibaca di tempat, seharusnya anda dapat mengobati trenyuh hati dengan bercerita kepada mereka. Anda punya banyak cerita. Minimal anda cukup mengingat kisah-kisah yang anda tulis di klewer ini lalu menceritakannya kepada mereka. Namun anda justru memilih untuk membiarkan rasa trenyuh itu berkepanjangan. Itu kejam namanya.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

anakpatirsa's picture

Ya, memang kejam

Ya, memang kejam. Satu hal yang pasti, kalau ada pameran buku bekas lagi, aku tidak hanya akan mencari novel-novel spy-thriller saja. Mungkin sekalian belajar menulis cerita anak-anak.
John Adisubrata's picture

Belajar Sama Hai Hai

Hi Anakpartisa,

Belajar sama Hai Hai saja, orangnya cepat trenyuh dan suka menolong. Baca artikel terakhirnya. He He He!

Syalom,

John Adisubrata