Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Tuhan yang mati dan bangkit
Teks: Yoh. 15:13
"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."
Shalom, selamat siang saudara-saudari terkasih dalam Tuhan Yesus. Ketika akan menulis renungan ini, saya teringat akan diskusi beberapa bulan lalu dengan seorang profesor fisika asal Italia, yang menyangkal bahwa akan datang murka Tuhan "the wrath of God." Begini kira-kira argumennya: Tuhan dalam Injil begitu penuh cinta, dan ini berbeda dengan gambaran Tuhan dalam PL. Jika Tuhan adalah cinta, maka tidak mungkin akan ada murka Tuhan. Benarkah pendapat beliau?
Paradoksal
Memang ada banyak paradoks dalam kitab Suci, 2 di antaranya:
(a) Tuhan yang begitu dahsyat dan perkasa dalam PL, tiba-tiba menjadi begitu rapuh dan lemah lembut dalam PB, bahkan mati secara amat mengenaskan di kayu salib.
(b) namun Tuhan yang lemah lembut itu menjadi penuh murka dalam Kitab Wahyu.
Kalau dibaca sekilas, sepertinya ada suatu transisi fase dari theology of divine choice (PL), menuju ke theology of divine love (NT Gospels), menuju ke theology of divine power (Revelation). Benarkah demikian?
Namun sebenarnya tidak demikian. Kalau dibaca dengan jelas, Kitab Suci menubuatkan pengorbanan Yesus sejak awalnya (Kej. 3), yang kemudian digenapi oleh kedatangan, karya dan kematian Yesus Kristus, sebagaimana dikisahkan oleh keempat Injil.
Paradoks ini mirip dengan penciptaan. Ada pertanyan besar, apakah alam semesta memiliki awal atau bersifat eternal? Temuan kami menunjukkan bahwa jawabnya adalah keduanya sekaligus, jadi sekaligus ada permulaan waktu dalam waktu, lihat paper kami (4).
Lalu bagaimana dengan kitab Wahyu? Menurut John Walvoord, tujuan penulisan kitab Wahyu adalah: "to reveal Jesus Christ as the glorified One in contrast to the Christ of the Gospels, who was seen in humiliating and suffering."(2)
Penulis juga pernah memperoleh penglihatan beberapa waktu lalu, bahwa murka Tuhan telah siap ditumpahkan ke dunia, karena begitu banyak orang (termasuk yang mengaku Kristen) secara praktis telah melupakan Tuhan. Hal ini mirip dengan nubuat Yesus, bahwa kedatangan-Nya mirip dengan zaman Nuh: ketika semua orang melupakan Tuhan, maka penghukuman datang.
Namun, mari kita membahas dulu poin (a) di atas: bagaimana Tuhan yang maha dahsyat bersedia untuk mati untuk umat-Nya?
Beberapa penjelasan untuk Tuhan yang mati:
(1) guru desa yang menjadi korban politik
Gagasan ini biasanya dipelopori oleh para ahli PB yang mengusung teori Yesus Sejarah sebagai kontras dari Kristus Iman.
Pada intinya, bagi mereka Yesus sebagai tokoh sejarah mungkin jauh berbeda dari apa yang digambarkan oleh Kitab Suci. Pada dasarnya, gagasan tersebut lebih banyak fiksinya daripada realitas, meski dilabeli dengan istilah "studi historis kritis." Lihat misalnya majalah National Geographic edisi desember 2017, yang menelusuri bukti-bukti arkeologis akan data-data Injil. Misalnya, Injil Yohanes kerap dianggap kurang memiliki nilai historis, namun justru penggalian menunjukkan adanya sisa kolam Betesda di mana Yesus pernah menyembuhkan seorang lumpuh.
(2) Juruselamat yang setengah mati
Sebagian orang berusaha menjaga "kemuliaan" Tuhan yang maha dahsyat itu dengan menyebar rumor bahwa Yesus sebenarnya tidak mati, namun hanya mati suri beberapa hari. Lalu dirawat dengan rempah-rempah khusus, dan akhirnya sembuh lalu menyingkir ke India (atau Tibet).
Namun ide ini sangat spekulatif, karena tidak ada satu bukti laporan sejarawan tentang hal ini.
Bahkan laporan palsu yang dibuat oleh orang Farisi dan para tetua Yahudi pada zaman itu hanya mengatakan bahwa mayat Yesus dicuri oleh para murid. Artinha mereka mengakui bahwa Yesus memang mati secara fisik.
(3) Tuhan sudah mati
"Tuhan sudah mati" (bahasa Jerman: "Gott ist tot") adalah sebuah ungkapan yang banyak dikutip dari Friedrich Nietzsche. Ungkapan ini pertama kali muncul dalam Die fröhliche Wissenschaft. "Tuhan sudah mati" tidak boleh ditanggapi secara harafiah, seperti dalam "Tuhan kini secara fisik sudah mati"; sebaliknya, inilah cara Nietzsche untuk mengatakan bahwa gagasan tentang Tuhan tidak lagi mampu untuk berperan sebagai sumber dari semua aturan moral atau teleologi.(3)
Inilah filsafat yang melatari aksi ekspansif Hitler dan partai Nazinya dalam merebut kekuasaan di Jerman, lalu memicu PD2.
Dan hingga kini cukup banyak teologi radikal yang dikembangkan bertolak dari gagasan Nietzsche tsb.
(4) Tuhan yang mati dan bangkit
Saya menduga ini merupakan salah satu paradoks dan misteri terbesar Kitab Suci, bahwa Tuhan - Sang pemilik dunia - membiarkan diri-Nya dipermainkan oleh orang-orang lalim, membiarkan diri-Nya diperlakukan begitu tidak adil, bahkan sampai menjalani hukuman mati di kayu salib meski tidak didapati kesalahan apapun pada-Nya. Namun dengan cara itulah Ia menghancurkan kepala ular tua yaitu Iblis, dengan cara menyediakan jalur keselamatan bagi semua mereka yang percaya kepada-Nya, bagaikan ular tembaga pada zaman Musa (Nehustan).
Ia juga menunjukkan kekuasaanNya atas maut dengan bangkit pada hari ketiga.
(5) seorang yang rela mati untuk sahabat-sahabatNya.
Namun ada misteri kasih Ilahi yang jauh lebih besar dan menyentuh, bahwa pada akhirnya, Yesus merelakan nyawa-Nya bagi semua orang yang mau menjadi sahabat Allah, yaitu para murid Yesus.
Seperti dalam kalimat Yesus yang terkenal:
"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."
Artinya, Yesus sudah membuktikan betapa besar cinta-Nya kepada semua murid, meski mereka semua lari tunggang-langgang ketika Yesus ditangkap. Dan Yesus berdoa agar Bapa di surga mengampuni mereka semua, termasuk para serdadu yang mengundi jubah-Nya.
Ketika memikirkan hal ini, penulis teringat akan Arnauld Beltrame, seorang polisi biasa yang menyerahkan hidupnya ganti orang-orang yang disandera teroris pekan lalu di Perancis. Dia akhirnya tewas terbunuh.
Dan Macron mengadakan upacara militer untuk mengenang jasa Beltrame sebagai pahlawan Perancis.
Betapa lebih besar lagi apa yang dilakukan Yesus yang menyerahkan nyawa-Nya ganti hukuman bagi umat manusia. Itulah sebabnya Allah mengaruniakan kepada Yesus segala kuasa di bumi dan di surga.
Inilah yang dimaksudkan oleh penulis Kitab Wahyu yang menulis:
"Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa." (Wahyu 5:9)
Lagu penutup
Ijinkan saya menutup artikel ini dengan sebuah pujian yang cukup lawas:
Ku mau cinta Yesus selamanya
Ku mau cinta Yesus selamanya
Ku mau cinta Yesus selamanya
Meskipun badai silih berganti dalam hidupku
Ku mau cinta Yesus selamanya
Reff.
Ya Abba Bapa, ini aku anak-Mu
Layakkanlah seluruh hidupku
Ya Abba Bapa, ini aku anak-Mu
Pakailah sesuai dengan rencana-Mu
Lagu ini dapat menjadi salah satu ungkapan iman yang sederhana namun jujur, jika Anda mau.
Mari kita merayakan Jumat Agung dan Paskah dengan khidmat, sambil mengingat kematian Yesus, Sang Sahabat Sejati.
Versi 1.0: 28 maret 2018, pk. 14:53
VC
Referensi:
(1) http://www.renunganharian.net/2017/88-februari/2064-cinta-kasih.html
(2) David I. Santoso. Kristologi Kitab Wahyu. Veritas 6/1, 2005
(3) https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tuhan_sudah_mati
(4) V. Christianto & F. Smarandache. How neutrosophic logic may resolve dispute on the origin of the Universe through re-reading Gen. 1:1-2. Submitted to Theology and Science J., 2018
(5) http://www.liriklagukristiani.com/2009/06/ku-mau-cinta-yesus.html
Dari seorang hamba Yesus Kristus (Lih. Lukas 17:10)
"we were born of the Light"
Prepare for the Second Coming of Jesus Christ:
http://bit.ly/ApocalypseTV
visit also:
http://sttsati.academia.edu/VChristianto
http://bit.ly/infobatique
- victorc's blog
- Login to post comments
- 3248 reads