Tuhan Membenci Perceraian 3

Tuhan membenci perceraian?

JF,...cukupkah dengan meminta ampun,..jika dalam ayat ini dikatakan :

Matius  5
5:32 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.

Jadi setelah orang cerai,..kemudian dia minta ampun,...tapi dari awal sebelum nikah, biasanya hampir 99% sudah mengetahui ayat diatas, apakah itu bukan merupakan bagian dari menghujat ROH KUDUS, dan itu tidak ada ampunya?

sincerely,
smile

*Penakluk sejati adalah orang yang mampu menaklukkan dirinya sendiri*

Cere lage, cere lage... bang JF terobsesi ma perceraian kekna ya?

JF: jika ada 1 ORANG saja... YANG TIDAK BERCERAI karena salah satu ALASAN atau SEMUA ALASAN diatas, maka SEMUA ALASAN TERSEBUT TIDAK VALID.

Artinya TIDAK ADA ALASAN UNTUK BERCERAI !!!

saya ulangi, TIDAK ADA ALASAN UNTUK BERCERAI !!!

1 sample/contoh GAK bisa dijadikan standar utk generalisir.
Org bisa aja gak cere dan kekeuh mempertahankan pernikahan krn alasan2 non religius yg kita gak tau, misalnya takut gak kebagian harta gono gini, takut kehilangan nafkah, kehilangan status, kehilangan kemudahan2 dan benefit yg didapat dr hub pernikahan (misalnya nikah ma anak pejabat membuat seorg cowo mendpt jabatan tertentu) dllsb.
Keadaan mereka yg mempertahankan pernikahan krn alasan2 non religius itu gak bisa dijadiin standar bagi org2 lain yg memilih utk TIDAK mengejar hal2 yg non religius itu.

Selain itu, orang2 yg (mengaku) religius dan mempertahankan pernikahan krn alasan religius dan takut dikucilkan dlm pergaulan gereja juga termasuk ke dlm kelompok org2 yg mengejar hal2 yg non religius di atas.
Mereka memang mempertahakan pernikahan tp mereka uda berbuat dosa yg lain dgn berlaku gak tulus.

JF: Tapi saya tahu, saya dengar, bahwa ADA ORANG YANG TETAP MEMPERTAHANKAN RUMAH TANGGANYA, mereka bertelut dan berdoa, mereka sabar dan tabah, mereka terus berserah kepada TUHAN untuk mempertahankan RUMAH TANGGANYA. Sampai kapan ? Sampai mati.

Tuhan uda kasih pengecualian utk hukum ini. Kalo kita nambah2in, kita berlaku layaknya org Farisi yg menaruh beban2 berat di pundak jemaat.
Lebih parahnya kita naruh beban berat ke pundak org lain berdasarkan 'saya tauh, saya dengar'.

1 alasan utk tidak bercerai adl masalah akan selalu ada; kalo bukan ma pasangan yg ini, ma pasangan yg berikutnya. Mungkin masalahnya gak sama tp masalah akan tetap ada dlm hub apa pun dgn org yg mana pun.
Bercerai adl melarikan diri dr masalah dan sayangnya masalah itu spt magnet bagi para pengecut yg melarikan diri darinya.

Niwei biasanya orang2 memperdebatkan kontradiksi antara kata2 Yesus dan Paulus. Sekarang ada contender baru, yaitu JF.
JF VS Paulus kira2 yg mana yg bakal menang ya?

Niwei, selain krn alasan perzinahan, Paulus justru nambahin bahwa perceraian itu BOLEH antara org yg seiman dgn pasangan yg tidak seiman! (silahkan baca 1Kor 7:15)

Nah loo..  tambah banyak aja pengecualian utk BOLEH CERE ya  hihi

"For those who believe, no proof is necessary. For those who don't believe, no proof is possible." - Stuart Chase

Shalom bro JF (sue ra ketemu, cipika cipiki dhisik..., hehe...)!

Uraian bro JF dan kekasih-kekasih di atas banyak memberi masukan yang berharga mengenai perceraian dalam kehidupan kristen, seperti input dari mas/mbak smile di atas misalnya (saya sendiri tidak pernah terpikir sampai ke situ sebelumnya)...

Seperti kata ompung-ompung kita dulu, memang begitulah kadang dilematisnya dalam kalau seseorang harus diperhadapkan pada kenyataan apakah ia harus bercerai atau tidak. Bagaimana anak (-anak) nanti? Perceraian itu menyelesaikan masalah apa tidak? Bercerai itu dosa apa tidak? Dll. Dsb. Dst. Mumet...

Tapi mungkin, supaya hal-hal seperti ini tidak terlalu sering terjadi di dalam kehidupan rumah tangga mana pun, ada baiknya kalau kita lebih berhati-hati dalam memilih pasangan hidup, dalam artian tidak terlalu berkanjang pada hati yang baik (dan, cmiiw,  seiman juga), tetapi mempertimbangkan karakter juga.

Ini sebetulnya nasehat orang-orang tua dulu juga, dan karena itu sering terjadi anak dan orangtua jadi ribut gara-gara calon pilihan si anak. Tanpa bermaksud mendiskreditkan pihak mana pun, biasanya keributan seperti itu terjadi karena ada "sesuatu" yang dilihat oleh orangtua pada sang calon pilihan si anak ini dan anaknya sendiri (orangtua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya), yang berpotensi menimbulkan friksi hebat di masa depan dalam kehidupan rumahtangga anaknya...

Jadi, kalau sedari awal kita sudah "aware" akan karakter diri kita, karakter pasangan kita, bagaimana kalau di masa depan kedua karakter itu dipertemukan, dalam susah, dalam senang, sakit, sehat; maka mungkin (sekali lagi mungkin), lebih baik batalkan sajalah pernikahan yang sudah di depan mata, ketimbang harus menanggung sengsara seumur hidup, ironisnya, justru karena SALING MENCINTAI. Ini lebih sakit, daripada sekalian memang kalau sudah saling tidak mencintai lagi, lalu mau berceraikah, atau berdiam-diaman seumur hidup, yang penting tidak ada ganjalan di hati, entah karena itu jadi berdosa atau tidak pun...

Saya sendiri ragu dengan opini seperti ini, apakah ini suatu hal yang baik untuk dilakukan (bayangkan saja kalau ada yang mendadak jadi membatalkan pernikahannya hanya gara-gara membaca komentar seperti ini, lantas ada pula hati yang terluka.., aduh.., jangan Tuhan..)...

Tapi cobalah kita bayangkan juga begini, kalau seandainya, ada pasangan yang memilih untuk bercerai, atau pisah rumah (apa punlah), namun yang satu, di suatu malam yang sunyi, sang istri mencuci bantal dengan air matanya karena teringat akan sang pujaan hati nun jauh di sana (walau mungkin hanya di kamar sebelah, ), dan sang suami, karena terkenang akan istrinya pula, mengganggu tidur para tetangga di malam hari, karena bermain gitar sambil menyanyikan dengan sekuat tenaga lagunya Rita Butar-butar dulu: "...DI DIAAA ROKKHAPHIIIII......" (artinya: "Di manakah jantung hatiku itu...")....

(...shema'an qoli, adonai...)

Apakah perbedaan benci dengan tidak suka?

Apakah Allah membenci atau Allah tidak suka?

Benci belum tentu tidak suka, tidak suka belum tentu benci

Bahkan TUHAN memberikan celah zinah sebagai alasan untuk orang bercerai.

Quote :

Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.

Apakah benci atau tidak suka?