Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Trinitas, pengajaran tentang keallahan yang tiga.
Pengajaran tentang Trinitas telah menjadi polemik dan perdebatan sampai sekarang…baik diantara orang yang beragama Kristen sendiri maupun oleh orang yang beragama lain. Yang menganut pengajaran Trinitas akan membelanya dengan semua argumennya untuk membenarkan ajaran ini. Yang menentang pengajaran Trinitas juga berupaya membuat argumen untuk membuktikan bahwa pengajaran Trinitas salah adanya. Diantara kedua belah pihak tidak pernah mencapai titik temu, walaupun perdebatan ini sudah berlangsung selama ribuan tahun lamanya.
Dalam upaya untuk dapat menyelesaikan polemik itu maka tulisan ini mengusulkan satu cara pandang bagaimana seharusnya menyikapi pengajaran tentang Trinitas ini. Sehingga baik yang setuju maupun yang menentang ajaran Trinitas mau mengerti dan mau menyudahi polemik dan perdebatan yang sebenarnya tidak memberikan manfaat apapun kepada kedua belah pihak.
Pada dasarnya pengajaran tentang Trinitas atau keallahan yang tiga, yaitu Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus tidak pernah diajarkan dalam pengajaran kitab-kitab Perjanjian Lama, yang merupakan tradisi Yahudi yang mengajarkan keallahan yang satu atau tunggal (monotheistik); Sedangkan tentang pengajaran Kristen yang menggunakan kitab-kitab Perjanjian Lama, dalam kasus ini yang sering digunakan adalah kitab Kejadian (Kej.1:26; 3:22), untuk mendukung pengajaran Trinitas adalah suatu pemerkosaan terhadapnya.
Kej.1:26. Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”
Kata ‘Kita’ digunakan untuk mendukung bahwa Allah itu benar-benar tidak tunggal, melainkan jamak. Tetapi bila dimengerti bahwa pengajaran Yahudi tentang keallahan adalah monotheistik, maka argumen itu menjadi tidak tepat. Pengertian yang lebih tepat adalah bahwa kata ‘Kita’ yang digunakan didalam kalimat ini adalah merupakan kata ganti orang pertama untuk Allah yang bersifat untuk memuliakanNya. Kasus seperti ini sering ditemukan dalam kalimat yang digunakan seorang pejabat atau seorang pemimpin dalam menyebut dirinya sendiri dengan kata ‘kami’ sebagai kata yang lebih memberikan rasa yang lebih santun; tidak menggunakan kata ‘aku’ yang berkesan sombong, angkuh, sok berkuasa, atau tinggi hati. Lagipula kata ‘Allah’ yang merupakan terjemahan dari ‘Elohim’ mempunyai pengertian tunggal*, walaupun menggunakan bentuk jamak, seperti bentuk jamak dalam bahasa Ibrani dari kata ‘nabi’ yang menjadi ‘neviim’ yang artinya nabi-nabi; karena arti yang dimaksud bukan ‘allah yang jamak’ melainkan mempunyai pengertian bahwa ‘Elohim adalah allah yang mengatasi alah-allah yang lain’. Dan berkaitan dengan ayat ini sering dihubungkan dengan ayat yang terdapat dalam kitab Ulangan (Ul.6:4) yang menggunakan kata ‘esa’ untuk menterjemahkan kata ‘ekhad’ dalam bahasa Ibrani.
* lihat keterangan lebih detail dalam: Sharing Iman Kristen - ‘ELOHIM (2)
Ul.6:4. Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
Kata ‘ekhad’ mempunyai arti ‘satu’ atau ‘pertama’*, tidak mempunyai pengertian jamak. Dalam Alkitab berbahasa Indonesia oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) diterjemahkan dengan kata ‘esa’ yang artinya juga ‘satu’; tetapi sering diberi arti ‘satu yang jamak’ oleh pengajaran Kristen untuk mendukung pengajaran Trinitas. Ini juga terlalu memaksakan makna ayat itu secara keseluruhannya. Hal ini akan sangat kentara bila kata ‘TUHAN’ yang merupakan terjemahan dari ‘Yahwe’ dibaca dengan lengkap seperti aslinya dengan kalimat:
“Dengarlah, hai orang Israel: Yahweh itu Elohim kita, Yahweh itu ‘satu yang jamak’!”
Kalimat ini menjadi janggal karena sudah jelas diketahui oleh semua orang Yahudi bahwa Yahwe itu ‘satu’ bukan ‘satu tapi jamak’. Akan terasa pas apabila kalimat diatas ditulis dengan kalimat:
“Dengarlah, hai orang Israel: Yahwe itu allah kita yang mengatasi allah-allah lain, Yahwe itu ‘satu yang utama’!”
Dalam kalimat ini terasa nuansa keyahudiannya menjadi sangat kental, sebagaimana Yahwe menurut kepercayaan Yahudi yang adalah allah yang monotheistik dan allah yang mengalahkan semua allah bangsa-bangsa lain.
* kamus singkat Ibrani-Indonesia/ oleh D.L. Baker & A.A. Sitompul – Cet.4 – Jakarta: Gunung Mulia. 2000.
Pengajaran tentang keallahan yang tiga atau Trinitas merupakan ajaran yang diberikan oleh Yesus Kristus, yang tidak pernah diajarkan dalam kitab-kitab Perjanjian Lama dan juga bukan pengajaran dari rasul Paulus, karena rasul Paulus hanya membuat penjelasan saja tentang pengajaran yang diajarkan Tuhan kepadanya, dan hal ini dinyatakannya dalam surat yang ditujukannya kepada jemaat di Korintus (1 Kor.2:13).
1 Kor.2:13. Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.
Tuhan Yesus Kristus mengajarkan tentang Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus yang dapat ditemukan dalam banyak pasal dalam keempat Injil.
Allah Bapa:
Injil Matius pasal 5:16,48; 6:6,9,14; 7:11,21; 10:32; 11:27; 16:27; 18:10,14; 20:23; 24:36; 28:19.
Injil Markus pasal 11:25; 13: 32; 14:36.
Injil Lukas pasal 2:49; 6:36; 10:22; 11:2; 12:32; 22:42; 23:34,46; 24:49.
Injil Yohanes pasal 2:16; 3:35; 4:23; 5:17,18,37; 6:65; 10:15,30; 12:26,49; 14:2,6,9,10,20,28; 15:1,8,16,23; 16:3,23,32; 20:17,21.
Mat.5:16. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Mrk.11:25. Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.”
Luk.2:49. Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”
Yoh.2:16. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.”
Allah Anak:
Injil Matius pasal 4:3; 8:29; 14:33;16:16; 26:63; 27:40,54.
Injil Markus pasal 3:11; 5:7; 15:39.
Injil Lukas pasal 1:35; 4:41; 22:70.
Injil Yohanes pasal 1:34,49; 5:25; 10:36; 11:4,27; 19:7; 20:31.
Mat.4:3. Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.”
Mrk.3:11. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: “Engkaulah Anak Allah.“
Luk.1:35. Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
Yoh.1:34. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.”
Allah Roh Kudus:
Injil Matius pasal 1:18; 3:11; 12:31; 28:19.
Injil Markus pasal 1:8; 3:29; 12:36; 13:11.
Injil Lukas pasal 1:15,35,41; 3:22; 4:1; 11:13; 12:10,12.
Injil Yohanes pasal 1:33; 14:26; 20:22.
Mat.1:18. Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
Mrk.1:8. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.”
Luk.1:15. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya;
Yoh.1:33. Dan akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus.
Begitu banyak pasal yang memberitakan tentang Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus yang diajarkan Yesus Kristus dalam keempat Injil membuktikan bahwa pengajaran tentang Allah yang tiga itu adalah benar adanya. Dan bagi orang yang mempercayai ajaran bahwa Yesus adalah Tuhan dan Ia telah hidup menjadi manusia, telah mati untuk menebus dosa manusia, telah naik ke surga dan akan datang kembali untuk menjemput orang-orang kudusNya, disebut pengikut Kristus atau orang Kristen. Sedangkan mereka yang menentang pengajaran itu tidak bisa disebut orang Kristen, karena pada dasarnya mereka bukan pengikut Kristus.
Masalah kepercayaan atau iman adalah masalah pribadi yang tidak perlu dan tidak bisa diperdebatkan; oleh karena itu bagi orang Kristen tidak perlu bersusah payah untuk menjelaskan kepercayaannya itu pada orang yang bukan orang Kristen; karena pengajaran Yesus Kristus tidak mungkin bisa dijelaskan dengan akal atau logika, tapi hanya bisa dimengerti orang yang mempunyai iman kepadaNya. Lagipula Allah yang diperkenalkan Yesus Kristus adalah Tuhan yang hidup, Tuhan yang sebenarnya, Tuhan yang maha kuasa, yang menciptakan bumi-langit beserta isinya. Ia tidak membutuhkan pembelaan dari manusia yang adalah ciptaanNya, karena Tuhan bisa membela dirinya sendiri dan bahkan tidak perlu membela diri. Orang yang mau melindungiNya adalah orang yang tidak tahu diri, sombong, tinggi hati; orang yang tidak percaya bahwa Tuhan adalah Allah yang hidup dan maha kuasa; dan sebenarnya ia adalah orang yang tidak mengerti dan tidak pernah mengenal Tuhan.
Adalah tidak mungkin manusia mengerti Allah dengan sebenar-benarnya, karena Allah maha sempurna sedangkan manusia tidak sempurna. Oleh karena itu Allah memberikan cara atau jalan bagi manusia untuk mengenal diriNya dengan mengkaruniakan Roh Kudus bagi orang yang percaya kepadaNya agar dapat mengenalNya dengan sempurna. Walaupun demikian untuk mendapatkan gambaran tentang keallahan yang tiga (Trinitas) itu terpaksa harus diterangkan dengan mengambil contoh yang dikenal oleh manusia supaya dapat sedikit dimengerti oleh akal dan nalarnya.
Contoh yang diusulkan adalah ‘Kunci’ yang terdiri dari gembog, anak-kunci, dan kaitan, ketiganya merupakan satu kesatuan. Oleh karena bila seseorang membeli sebuah kunci maka ia akan mendapatkan ketiganya sekaligus dalam satu kemasan, yang mana gembog dan anak kuncinya merupakan pasangan yang tidak bisa dipertukarkan dengan yang lain. Dalam hal ini ‘anak kunci’ bukan berarti sesuatu yang diperanakan, tetapi lebih merupakan istilah saja, seperti halnya istilah anak panah, anak sekolah, dan anak buah. Orang akan mengatakan “untuk menutup pintu rapat-rapat” dengan kalimat “mengunci pintu”. Jadi dalam hal ini yang diterangkan adalah fungsi kerja dari kunci itu, bukan barangnya. Demikian pula Allah Bapa, Allah Anak, dan Roh Kudus dapat dimengerti dengan membayangkan gembog, anak kunci, dan kaitan, dimana ketiganya akan berfungsi untuk mengunci bila ketiganya ada dan bekerja sama. Allah Bapa sendiri, Allah Anak sendiri, Allah Roh Kudus sendiri, tetapi ketiganya adalah satu. Allah Bapa berbeda dengan Allah Anak, Allah Anak berbeda dengan Allah Roh Kudus, dan Allah Roh Kudus berbeda dengan Allah Bapa, tetapi ketiganya tidak dapat dipisahkan. Allah Roh Kudus mempunyai kehendak yang sama dengan kehendak Allah Anak, Allah Anak mempunyai kehendak yang sama dengan kehendak Allah Bapa, dan Allah Roh Kudus mempunyai kehendak yang sama dengan kehendak Allah Bapa.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kitab-kitab Perjanjian Lama tidak mengajarkan tentang Trinitas tetapi Yesus Kristus yang pertama kali telah mengajarkannya, dalam upaya untuk memperkenalkan lebih dalam lagi tentang Allah yang monotheistik. Karena Ia tidak memperkenalkan allah yang lain dari Allahnya orang Yahudi. Jadi dalam hal ini Allah yang diperkenalkan Yesus adalah Allah yang sama dengan Allah yang disembah Abraham, Ishak, Yakub, dan orang Yahudi; Allah yang monotheistik.
Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46
- sandiputra's blog
- Login to post comments
- 4256 reads
Sandiputra :
Pada dasarnya pengajaran tentang Trinitas atau keallahan yang tiga, yaitu Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus tidak pernah diajarkan dalam pengajaran kitab-kitab Perjanjian Lama, yang merupakan tradisi Yahudi yang mengajarkan keallahan yang satu atau tunggal (monotheistik); Sedangkan tentang pengajaran Kristen yang menggunakan kitab-kitab Perjanjian Lama, dalam kasus ini yang sering digunakan adalah kitab Kejadian (Kej.1:26; 3:22), untuk mendukung pengajaran Trinitas adalah suatu pemerkosaan terhadapnya.
Kealahan yang tiga bukan tritunggal tapi tritheisme.................pertimbangkan.
bukan dari kej 1:26 timbul ajaran tritunggal itu ,kamu kebalik ....demikian :karena ada realitanya maka di buat dan di sepakatilah istilah tritunggal dan ini karena apa yang di nyatakan di PB karenanya baru kita melihat kebelakang bahwa dari kej sudah ada benih ini ok?jangan kebalik ya ,jadi bukan memaksakan ayat ok.
Kata 'keallahan' atau ada
Kata 'keallahan' atau ada yang lebih suka menulis 'ke- Allahan' mempunyai makna 'hakikat Allah', dimana hakikat Allah menurut ajaran Tuhan yesus Kristus adalah Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Rohul Kudus. Kata 'keallahan' saya gunakan justru untuk membedakan persepsi pembaca dari pengertian Tiga illah (tritheisme).
Pengertian saya mengenai paham orang Yahudi adalah monotheisme, mereka memuja YHWH yang satu, yang lebih unggul dari semua dewa atau illah dari bangsa-bangsa lain; oleh karena itu ketika membaca 'Tanakh' harus sesuai dengan pandangan Yahudi yang monotheistik, sehingga ketika orang Kristen kemudian membaca 'Tanakh' dengan pengertian Trinitas maka sama saja dengan memaksakan arti yang 'bukan paham Yahudi' pada kitab suci mereka. Dan memaksakan kehendak adalah satu bentuk pemerkosaan. Demikian penjelasan saya semoga saudara dapat mengerti...terimakasih telah menanggapi tulisan saya...GBU.
Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46
Sand:
kalau maknanya hakikat masak hakekatnya tiga?
.....tapi kalau yang di percayai ngak saalah ya ngak apa hanya saja adalah lebih baik menggunakan istilah yang tepat / umum.
menjawab jlwijaya...
Sebenarnya kata 'keAllahan' sudah dipakai dalam PB (Kol.2:9)...dan menurut KBBI kata 'keAllahan' berarti: hal sifat-sifat Allah, yang mengenai Allah.
Karena KBBI mengacu pada agama Islam maka kata 'allah' digunakan sebagai nama diri dan ditulis 'Allah' sehingga kata bentukannya menjadi 'keAllahan'. Untuk membedakan pengertian seperti itu maka saya memilih menggunakan kata 'keallahan' yang maknanya sama dengan 'ketuhanan' yang dipakai dalam sila pertama Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam hal ini makna kata 'allah' yang diserap dari Bahasa Arab sama dengan kata 'tuhan' yang diserap dari Bahasa Sanskerta. Meniru kata 'ketuhanan' dari Pancasila maka saya gunakan kata 'keallahan' untuk memberi arti yang sesuai dengan iman Kristen, sehingga saya menggunakan kalimat: "Keallahan yang tiga" yang berarti 'Allah atau Tuhan yang mempunyai tiga hakekat (substansi)'...demikian penjelasan saya...GBU
Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46
Sandiputra :
"Keallahan yang tiga" yang berarti 'Allah atau Tuhan yang mempunyai tiga hakekat (substansi)'...demikian penjelasan saya...GBU
SELAIN KAMU SIAPA YANG PAKAI ?.........KARENA BIASANYA BUKAN DI PAKAI TIGA HAKEKAT TAPI SATU HAKEKAT TIGA PRIBADI.
hakikat menurut KBBI berarti:
hakikat menurut KBBI berarti: 1. inti sari atau dasar 2.kenyataan
'Satu hakikat tiga pribadi'...dengan menggunakan arti yang pertama menjadi 'satu intisari tiga pribadi' atau 'satu dasar tiga pribadi'; dengan menggunakan arti yang ke dua menjadi 'satu kenyataan tiga pribadi'.
'Allah yang mempunyai tiga hakikat'...dengan menggunakan arti yang pertama menjadi 'Allah yang mempunyai tiga intisari' atau 'Allah yang mempunyai tiga dasar'; dengan menggunakan arti yang ke dua menjadi 'Allah yang mempunyai tiga kenyataan'
Dari dua perbandingan di atas kira-kira mana kalimat yang lebih dapat dicerna...silahkan kamu pilih sendiri...GBU
n.b: ini ide murni saya...mungkin penemuan baru...hehehehe
Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46
sandiputra, sandiwara Getsemani?
[..Allah Anak mempunyai kehendak yang sama dengan kehendak Allah Bapa, ..]
Masa sih? Apakah berarti Yesus sedang bersandiwara ketika berdoa di Getsemani?
"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." Lukas 22:42
Kejarlah kasih, follow the way of love.
http://kejarlahkasih.wordpress.com
@Kejarlah Kasih
Pada waktu Anak Allah lahir sebagai manusia, Ia mengenakan tubuh yang terdiri dari darah dan daging; Ia menjadi manusia seutuhnya yang tidak terbebas dari rasa takut dan godaan, Ia benar-benar menjadi manusia seperti kita...tetapi ia tidak pernah jatuh ke dalam dosa Yoh.8:46... sehingga bila ia menyatakan telah mengalahkan dunia (Iblis) Yoh.16:33 adalah benar-benar telah dilakukanNya...bukan hanya sandiwara... dan itu dilakukan demi kasihNya yang sangat besar kepada manusia Yoh.3:16...GBU
Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46
sandiputra, belajar teliti dan nyambung
sandiputra, kamu menulis: Allah Anak mempunyai kehendak yang sama dengan kehendak Allah Bapa.
Alkitab mencatat: "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." Lukas 22:42
Catatan Alkitab membuktikan bahwa kehendak Yesus tidak selalu sama dengan kehendak Bapa.
Kejarlah kasih, follow the way of love.
http://kejarlahkasih.wordpress.com
@Kejarlah Kasih
Allah Anak yang menjadi manusia (Yesus Kristus) mengenakan tubuh...karenanya Ia juga mengalami semua yang dirasakan seorang manusia...Ia sebagai manusia merasakan takut...tegang...stress...keadaan yang demikian yang sedang dialami oleh Yesus di taman Getzemani...sehingga Ia berdoa seperti dalam Luk.22:42...itu bukan berarti Allah Anak mempunyai kehendak yang berbeda dengan Allah Bapa...bukankah Yesus berdoa:"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."
Jadi Yesus sebagai manusia juga tahu kehendak BapaNya...GBU
Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46
sandiputra, pete dan jengkol
["Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."
Jadi Yesus sebagai manusia juga tahu kehendak BapaNya...GBU]
Bukan masalah Yesus tahu atau tidak kehendak Bapa-Nya, melainkan: ayat itu menunjukkan Yesus punya kehendak yang berbeda dengan kehendak Bapa.
Analogi Pete dan Jengkol:
Sandiputra punya ayah, namanya Sandipapa.
Sandiputra hendak makan.
Sandipapa berkehendak agar sandiputra makan jengkol.
Sandiputra punya kehendak lain, yaitu makan pete.
Sandiputra tahu kehendak Sandipapa, tetapi Sandiputra punya kehendak yang berbeda.
Sandiputra memohon kepada Sandipapa untuk di-ijinkan agar boleh makan pete.
Tiga kali sandiputra memohon, tetapi Sandipapa tidak mengijinkan.
Sandiputra tetap harus makan jengkol, sesuai kehendak Sandipapa.
Itu artinya Sandipapa dan Sandiputra punya kehendak yang berbeda.
Kejarlah kasih, follow the way of love.
http://kejarlahkasih.wordpress.com
@Kejarlah Kasih
hehehe..kamu kreatif juga ya...tapi analogi seperti itu saya rasa tidak tepat...lebih tepat menurut saya adalah perkataan Tuhan Yesus yang mengatakan:"...Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah." Mrk.14:38...GBU
Sebagai manusia Yesus mempunyai kehendak yang sama dengan Allah Bapa...tetapi karena Ia mengenakan daging, sehingga berdoa seperti dalam Luk.22:42...GBU
Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46
sandiputra, saya tidak lanjutkan lagi
Saya sudah mengutip ayat dan memberikan penjelasan yg menurut saya mudah untuk dipahami oleh mereka yg paham bahasa Indonesia apalagi sudah membuat banyak tulisan.
Tetapi kalau kamu tetap mau mempertahankan kalimat blog kamu yg saya komentari, terserah kamu saja.
Mudah-mudah2an saja kamu tidak dipermalukan dalam perjalanan kamu di sabdaspace ini.
Saya tidak lanjutkan lagi karena tidak ada gunanya lagi.
Kejarlah kasih, follow the way of love.
http://kejarlahkasih.wordpress.com