Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDA Space Teens
Suatu Hari di Kamar Kakak
Kemarin kakakku beres-beres kamar. Dia menyapu, mengepel, dan menata ulang letak perabotan di kamarnya. Kakak jarang sekali membereskan kamarnya, kalau boleh jujur dia melakukannya paling sering hanya tiga bulan sekali setelah tumpukan buku dan barangnya menutupi lantai kamar. Begitulah kakak, walau dia memiliki meja dan lemari, tapi dia lebih suka meletakkan buku-bukunya di lantai kamar.
"Biar gampang diambil, aku malas bangun dan berjalan ke lemari hanya untuk mengambil buku" katanya ketika aku menanyakan kenapa dia tidak membereskan kamarnya.
Kakak memang keras kepala, bukan hanya keras kepala tapi sumpalan telinganya benar-benar tebal. Entah sudah berapa kali mama mengomelinya, bahkan ketika mama mengalah dan menyapu kamarnya kakak tetap tidak memindahkan buku-bukunya dari lantai.
Acara beres-beres di kamar kakak selalu luar biasa dan heboh, bagaimana tidak setelah dibiarkan tertutup debu selama tiga bulan semua barang akan dibongkar dan dilap satu per satu. Kakak biasanya menghabiskan tiga sampai lima plastik ukuran besar untuk menampung sampah di kamarnya. Setiap buku dan barang yang tergeletak di lantai akan dikembalikan ke lemari, kemudian kakak mengganti sprei dan sarung bantalnya dengan yang baru. Setelah itu dari lantai dua kakak membawa semua selimut, sprei, sarung bantal, dan baju hangat yang biasa dipakainya tidur ke lantai satu, memasukkannya ke mesin cuci tanpa mencucinya. Dasar kakak, dia terlalu malas menyalakan mesin cuci. Sambil mengomel panjang lebar mengeluhkan semua debu dan kotoran di kamarnya kakak menyapu dan mengepel seluruh kamarnya. Memang mengasyikkan menyaksiksan salah satu mahluk paling egois di rumah berpeluh keringat memegang sapu.
Kadang di sela-sela pekerjaannya kakak tampak membaca sebuah buku. Setelah kudekati, kakak sedang membaca buku hariannya dulu. Mungkin kakak sedang mengingat hal-hal yang dulu ditulisnya. Kadang wajahnya tampak sedih, gembira dan ekspresi aneh lain yang tidak bisa kugambarkan seperti apa.
"Aku sudah hampir melupakan bagaimana gembiranya aku saat ini" kata kakak menunjukkan sebuah halaman. Di situ kakak menulis bagaimana bahagianya dia diterima di sebuah SMU favorit di kota kami.
Di halaman selanjutnya kakak menulis kekesalannya padaku karena menurutnya kue ulangtahun yang dipotong mama untuknya lebih kecil daripada milikku. Masih ada berlembar-lembar halaman yang ada di buku itu, namun sepertinya kakak keberatan aku membacanya.
"Jangan dibaca, aku malu. Aku tidak habis pikir kenapa dulu aku bisa menulis hal-hal seperti ini, sangat memalukan" ujarnya. Tapi dari raut wajahnya kakak terlihat rindu sekali dengan masa kecilnya dulu. Entah kenapa, mungkin beberapa hal yang disesalinya tapi ada juga yang membuatnya bahagia.
Jadi teringat sebuah buku yang pernah kubaca, pengarangnya menulis seperti ini:
When you become a teenager, you step onto a brigde. You may already be on it. The opposite shore is adulthood. Childhood lies behind. The bridge is made of wood. As you cross, it burns behind you.
If you save what you write, you still won't be able to cross back to childhood. But you'll be able to see yourself in that lost country. You'll be able to wave to yourself across the wide river.
Whether or not you continue to write, you will be glad to have the souvenirs of your earlier self.
Aku belum menjadi orang dewasa, jadi aku tidak dapat merasakan apa yang kakak rasakan. Aku merasa apa yang kulakukan sekarang normal, aku suka pergi bermain ke rumah Endah, mengolok teman yang sudah punya pacar tapi aku sendiri suka melirik teman sekelas yang tampak menonjol dan berkeringat dingin ketika berbicara dengannya.
Aku kurang rajin menulis buku harian, menurutku membuang-buang waktu dan tidak ada gunanya. Tapi melihat kakak membaca buku hariannya, aku jadi ingin merasakan apa yang dirasakannya nanti. Apakah diriku nanti akan menganggap aku yang sekarang kekanakan? apakah diriku nanti akan menganggap aku yang sekarang konyol? Apakah diriku nanti akan menganggap aku yang sekarang lugu?
Kutipan diambil dari sebuah buku yang menarik berjudul "Writing Magic", ditulis oleh Gail Carson Levine, diterbitkan oleh HarperCollins Publishers pada tahun 2006. Kutipan yang indah ini bisa dibaca pada halaman 6.
- amelia's blog
- Login to post comments
- 4206 reads
kakakmu mirip denganku
aku jg sering sprti kakakmu
tapi mungkin tidak sampai 3 bln sekali
maksimal biasanya aku 2 bln sekali
hahaha...
sering kali buku" yang ingin kubaca kubiarkan tergeletak di atas kasur
betapa malas tangan ini meraih buku" itu..
• the kingdom, the power, and the glory, are Yours 4ever •
• the kingdom, the power, and the glory, are Yours 4ever •
Diary
Diari yah..hmm.. untuk orang-orang yang rajin dan suka menulis sih bisa saja dengan mudah membuat sebuah buku harian kecil.. dan ketika ia membaca kembali setelah sekian lama hari itu dilewati.. ia akan bernostalgia..
Mungkin,, begitu pula setelah kita meninggalkan dunia ini.. Di Sorga nanti ada saatnya kita melihat reka ulang kehidupan kita di dunia. Dari sejak kecil sampai Tuhan memanggil kita dari dunia ini..
Oleh karena itu, mari kita ciptakan sejarah yang indah dan yang membuat hati Tuhan kita senang.
=D