Submitted by Lost Admin on Wed, 2008-12-31 00:00
Permalink

Judul Komentar : @rahseto, mungkin itu karena efek psikologis
Pengirim : pwijayanto
Tanggal : Tue, 30 Dec 2008 22:10:54 +0700
Komentar :

Satu yang kuheran adalah aku juga merasakan sama seperti yang istriku rasakan, mual dan ingin muntah-muntah, apakah itu yang dinamakan sudah menjadi "satu"?

Ya.., saya sering dengar cerita, kalau waktu isteri melahirkan, suami yang kesakitan (perutnya). Mungkin itu efek psikologis, atau hal lain yang tidak bisa dijelaskan.

Sewaktu istri saya melahirkan anak pertama, saya tidak kesakitan sama sekali.  Saya antar istri saya ke rumah bersalin jam 16.30, jam 17.00 saya ke kampus, mengajar, jam 18.00 kembali ke RB, karena kata perawat, bayi masih agak lama keluar, kira-kira jam 23-an, saya segera pulang untuk mandi, jam 19.00 saya datang lagi ke RB, ternyata anak saya sudah lahir. Dan yang paling mengherankan saya (juga bagi adik saya yang saat itu saya minta datang menemani), pertama kali melihat anak saya di kamar bayi, bayi itu menatap saya dan tersenyum.  (padahal setahu saya, bayi baru lahir, pandangannya masih kabu
r). Semalam saya menginap di RB, sambil buka2 buku mencari nama untuk si jabang bayi. (dan saya tidak menamainya dengan 'unsur' nama saya, karena saya ingat tulisan Kahlil Gibran, 

Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu; Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri; Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu; Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu )

Bagi beberapa orang, saya "terlalu santai" menyambut kelahiran anak pertama.  Mungkin memang saya "santai" menghadapi "saat menegangkan" itu, karena:

  • bagi saya, melahirkan adalah 'proses alamiah' yang dialami oleh sebagian besar wanita, jadi istri saya sebagai wanita, ya wajar kalau "bisa" melahirkan, karena wanita-wanita yang lain juga bisa, bahkan "lebih" bisa.
  • ya.., secara 'spiritual' saya mempersiapkan diri sejak istri mulai hamil, (untuk
    yang ini memang 'khusus' dan tidak setiap suami melakukannya, yang jelas yang paling penting adalah BERDOA kepada Tuhan setiap waktu, mohon kepadaNya agar anak lahir secara normal dan lancar -- gitu saja --) jadi saya yakin bahwa Tuhan 'turut bekerja' dalam peristiwa itu. 

Anak saya yang lahir bulan Oktober yang lalu, malah lebih lancar, saya berangkat dari rumah mengantar istri ke RB jam 03.41, sekitar 5 menit sampai RB,  jam 03.58, bayi mungil sudah lahir. Anak itu keluar dari "pertapaan"nya, hanya 17 menit kemudian sejak kami keluar halaman rumah.

Oh ya, kami TIDAK melakukan selamatan 7 bulan-an (mitoni -- adat Jawa) pada saat istri hamil 7 bulan, bahkan untuk anak yang terakhir (terakhir sampai saat ini....) saya TIDAK memasang lampu di tempat ari-ari ditanam, seperti KEBIASAAN banyak orang di daerah saya. Dan sampai saat ini semua berjalan baik-baik saja.  (saya percaya,  Tuhan adal
ah ROH, maka menyembah DIA "perlu" dengan ROH [dan KEBENARAN], bukan dengan simbol-simbol...)

Saya sering merenung, "Tuhan memang LUAR BIASA....tidak seperti yang BIASA dipikirkan oleh banyak orang..."

salam, www.gkmin.net .


Judul Komentar : Selamat
Pengirim : smiley girl
Tanggal : Wed, 31 Dec 2008 00:32:58 +0700
Komentar :

Selamat,

Tidak semua orang mendapatkan kesempatan itu.


 

 
Tanggung jawab baru
Dipublikasi Artikel blog by rahseto
 
malam ini hujan sungguh deras di kota tempatku berada, apalagi udara
duingin ga terlalu bersahabat. Malam ini setelah pulang dari gereja
menemani adik-adik latihan band untuk natal pemuda remaja di gereja
kami
pulang kerumah dalam keadaan lapar menunggu ransom dari kakak yang
keluar mencari makan diluar.
MAlam ini aku agak beruntung karena memakai modem HSDPA milik kakak,
agak aji mumpung sih daripada online pake HP so hatiku ingin sekali
menulis di SABDA.
menjadi calon ayah memang gampang-gampang susah, mendampingi istriku
menghadapi kehamilan adalah tantangan tersendiri.
perasaan mual karena si jabang bayi mulai berkembang di dalam rahim
memang sedikit membuat keadaan tubuhnya agak kurang seimbang, perutnya
sering mual dan pingin muntah-muntah terus. sering kali aku
menjumpainya
kelelahan harus muntah-muntah, kasihan juga tapi kalo memang harus
demikian aku tidak bisa apa-apa lagi selain hanya membauat dia merasa
nyaman disampingku.
Satu yang kuheran adalah aku juga merasakan sama seperti yang istriku
rasakan, mual dan ingin muntah-muntah, apakah itu yang dinamakan sudah
menjadi "satu"?
pertanyaan yang membuatku terus berpikir, betapa hebatnya Tuhan Yesus
menciptakan kita berpasang-pasangan untuk saling membantu dan mengisi
kehidupan.