Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Takdir Kita
Dapatkah kita memilih dalam hidup ini untuk Tuhan jadikan diri kita sesuai dengan apa yang kita inginkan? Terkadang kita “mengeluhkan akan keadaan kita, semisal, Mengapa Tuhan “menempatkan” kita pada sebuah keluarga yang miskin? Atau mengapa Tuhan menjadikan kita laki-laki atau perempuan. Semua itu adalah suatu takdir yang telah Tuhan tetapkan yang ada dalam rancangan dan rencana-Nya yang indah untuk kita. Untuk mengerti akan takdir kita, kita harus lebih dahulu mengerti akan asal muasal kita.
Ayat pembuka dalam Kitab Kejadian menyatakan: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej. 1:1). Selanjutnya dalam Kejadian 1: 26-27 digambarkan penciptaan manusia: “Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara”….kita perlu menempatkan penciptaan manusia dengan latar belakang sejarah yang meluas melebihi periode waktu yang sangat panjang.
Allah bekerja menurut sistem kronologis yang Ia rancang sendiri, penting bagi kita untuk mencari tahu dimana kita berada saat ini dalam kronologi Allah. Pada Kitab Ibrani 9:26 “Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menanggung dosa oleh korban-Nya”. Ini menunjukan bahwa kedatangan Yesus ke bumi adalah puncak dari suatu “program” yang Allah sudah ikuti selama suatu periode yang digambarkan sebagai “zaman akhir”. Dalam 1 Korintus 10:11, Paulus mengatakan, “Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, dimana zaman akhir telah tiba”. Pertanyaan yang kini timbul adalah, bagaimanakah kita menafsirkan kata “zaman” ini? dalam Mazmur 90:4, pemazmur berbicara kepada Allah dan katanya, “Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam”. Dalam budaya Alkitab suatu periode dua belas jam dibagi menjadi tiga masa “giliran jaga” yang masing-masingnya empat jam, sehari dua puluh empat jam sama dengan enam ribu tahun. Jadi, kita lihat bahwa peristiwa-peristiwa yang diuraikan di dalam Kejadian 1:2 dan berikutnya adalah puncak aktivitas ilahi yang berlangsung selama suatu periode waktu yang jauh lebih lama daripada yang otak kita yang terbatas sanggup pahami.
Ciptaan Baru
Tuhan menciptakan satu ras dari sumber paling rendah yang tersedia dari bumi. Nama makhluk yang Ia ciptakan adalah “Adam” , nama ini diambil langsung dari kata Ibrani “Adamah” yang berarti bumi. Ras Adam adalah ras bumi. Namun, pewahyuan Kitab Suci yang tersingkap membuat jelas bahwa Allah memiliki maksud bagi ras Adam, suatu takdir yang lebih tinggi daripada para malaikat.
“Jadi siapa yanga ada di dalam Kristus, Ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2Kor. 5:17)
“Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang” lalu terang itu jadi.” (Kej. 1:3)
“Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej. 2:7)
Dalam hal ini penciptaan baru di dalam Kristus adalah pekerjaan pemulihan. Ketika kita datang kepada Kristus sebagai orang berdosa, keseluruhan pribadi kita tidak dilenyapkan. Allah tidak mewujudkan sesuatu yang sepenuhnya baru, tetapi Ia memasang kekuatan “operasi” yang akan memulihkan kita, memperbarui kita dan akhirnya menghasilkan sesuatu yang sepenuhnya baru di dalam Kristus. Beberapa aspek lain dari penciptaan dalam Kejadian 1:2 direproduksi dalam pemulihan orang berdosa ketika ia datang kepada Kristus. “Dunia” atau bumi sebagaimana di gambarkan dalam Kejadian 1:2, berada dalam keadaan kacau. Begitu pula, ketika kita datang kepada Yesus Kristus sebagai orang berdosa, dimana kita mungkin menyadarinya, tetapi kita pun berada dalam kekacauan. Tidak hanya kita dalam keadaan kacau, tetapi seperti bumi di dalam Kejadian 1:2, kita berada dalam kegelapan. Sementara berada dalam gelap, kita tidak dapat melihat segalanya sebagaimana adanya. Inilah kondisi bumi saat itu dan juga merupakan kondisi orang berdosa secara individual.
Ada dua pelaku besar pemulihan dalam penciptaan baru, di dalam Kejadian 1:2, Roh Allah “melayang-layang”. Dalam Kejadian 1:3, Allah berbicara dan Firman-Nya disampaikan. Melalui persatuan Firman dan Roh Allah inilah penciptaan dan penciptaan ulang terjadi. Apa yang terjadi ketika seorang yang berdosa bertobat? Roh Allah mulai mengubah hati orang berdosa itu dan menerima Firman Allah yang dinyatakan. Melalui Roh dan Firman, proses penciptaan ulang (pemulihan) di dalam Kristus dimulai. Hasil pertama dari persatuan Roh dan Firman yang bekerja sama adalah “Terang”. Sesudahnya Allah bekerja di dalam terang itu. hal pertama yang terjadi ketika seorang berdosa datang kepada Kristus adalah ia mulai melihat segalanya, dirinya sendiri, sebagaimana adanya. Mulai saat itu dan seterusnya, Allah terus bekerja di dalam hidupnya di dalam terang. Selanjutnya, proses pemisahan dan pemurnian, banyak bidang yang berbeda ditangani secara secara berturut-turut. Pada saat inilah suatu bidang baru dalam kehidupan kita dipaparkan dan di bawa ke dalam terang oleh Roh Allah, dan kemudian Ia melanjutkan dengan lembut berurusan dengan bidang tersebut. secara bertahap pemulihan itu dikerjakan. Seperti gambaran yang digambarkan dalam Kejadian 1, Tuhan bekerja secara bertahap: pertama air, lalu bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan, ikan, burung, berikutnya binatang liar dan seterusnya.
“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej 1:27)
“Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikinalah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej. 2:7)
Allah tidak berhenti dalam proses penciptaan ini sebelum Ia mewujudkan keserupaan-Nya. Begitu pula halnya, dalam proses penciptaan baru di dalam Kristus, Allah tidak berhenti sebelum Ia mewujudkan di dalam kita keserupaan dengan diri-Nya yang utama. Manusia baru ini adalah makhluk moral, ia berbeda dengan binatang. Ia mengetahui perbedaan antara benar dan salah, antara baik dan jahat. Cobalah kita perhatikan, saat kita melatih seekor anjing untuk mengerjakan hal-hal tertentu dan tidak mengerjakan hal-hal lain. Apabila anjing tersebut melakukan salah satu dari hal-hal yang ia sudah dilatih untuk tidak melakukannya dan kita mengetahuinya, ia akan menjepit ekornya dan tampak merasa bersalah. Namun, itu bukanlah bukti suara hati yang membedakan antara benar dan salah. Tetapi itu hanyalah pengkondisian yang menentukan perilaku dalam situasi tertentu. Namun, manusia di ciptakan dengan suara hati yang memberitahu dia bahwa hal-hal tertentu benar dan hal-hal tertentu salah.
Di dalam setiap generasi, Iblis berusaha mengaburkan perbedaan antara benar dan salah, antara baik dan jahat. Faktanya tetap bahwa manusia memang mempunyai pengertian moral, ia tidak dapat melepaskan diri darinya. Ia dapat minum-minum hingga mabuk, ia dapat melakukan hubungan seks dengan bebas, ia dapat melakukan kecurangan atau pun ia dapat membius dirinya dengan narkoba. Namun, apa pun yang ia perbuat ia tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan bahwa ia tahu ada yang benar dan ia tahu bahwa ada yang salah.
Satu lagi ciri pembeda manusia adalah ia memiliki kemampuan terbatas untuk mencipta, yang ia terima dari Allah. Ini diperlihatkan dengan dengan banyak cara. Manusia dapat merencanakan dan merakit serta melaksanakan. Dengan kata lain, manusia mempunyai kemampuan tertentu untuk mencipta yang tidak dimiliki oleh binatang yang lebih rendah. Seekor kelinci dapat membuat liang, seekor burung dapat membangun sarang, tetapi mereka tidak pernah berubah dan berkembang, tidak ada kemajuan. Kemampuan untuk berubah dan berkembang hanya terbatas pada manusia. Di dalam ketiga bidang kepribadian ini: Rohani, Moral dan Intelektual, unsur-unsur pada manusia sebanding secara unik dengan unsur-unsur pada Allah.
Menemukan Pemenuhan Tujuan
“Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi” (Kej. 1:26)
Secara sederhana, manusia diciptakan untuk menjadi penguasa, untuk “berkuasa”. Ras Adam atau manusia, diciptakan untuk menguasai seluruh dunia: laut, darat, udara dan semua mahkluk penghuninya. Manusia adalah wakil Allah yang dapat di lihat yang menjalankan otoritas yang diberikan Allah diseluruh muka bumi. Ketika mahkluk lain di atas bumi berjumpa dengan Adam, mereka akan mengenali di dalam dia kerserupaan dengan sang pencipta. Ketika ia menjalankan atas mereka kuasa yang sang pencipta sudah tanamkan di dalam dirinya.
“Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?. Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan” (Mzm. 8:4-8)
Ciri-ciri unik berikutnya dari Adam adalah kemitraan cerdas dengan Allah dalam kapasitas ini, Adam dijadikan bertanggung jawab untuk menggolongkan seluruh kerajaan binatang. Ini di catat dalam Kejadian 2:19-20
“Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya, dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup. Manusia itu memberi nama kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:19-20)
Dalam bahasa Ibrani di mana kita menerima Alkitab, pemberian nama tidak dilakukan secara acak ataupun kebetulan. Nama selalu merupakan ekspresi dari suatu sifat, tatkala Allah membawa seluruh ciptaan binatang di hadapan Adam dan menugaskannya untuk menamai mereka. Adam sanggup memberi nama yang tepat kepada setiap binatang. Ini menunjukkan bahwa Adam mengerti hubungan di antara mahkluk-makhluk: ordo, spesies, dan seterusnya. Dengan kata lain, ia memiliki apa yang kita sebut pengetahuan ilmiah, bukan melalui eksperimen, melainkan melalui penggunaan pewahyuan ilahi yang berakar dari hubungannya dengan Allah.
Ciri unik terakhir dari Adam adalah penetapan pasangan, ini tercatat dalam Kejadian 2:20-24. Frasa penolong yang sepadan dengan dia di dalam bahasa Ibrani adalah “ezer k’negdo” yang lebih kurang berarti “seorang penolong untuk berdiri dihadapannya”. Ketika Adam sudah memandang semua binatang, ia melihat tidak ada satu pun yang denganya ia dapat berhubungan secara pribadi.
Sesudah arak-arakan ciptaan binatang tersebut berlalu dari hadapan Adam, masih belum ada seseorang yang sepadan dengannya ia dapat berbagi. Allah sengaja mengaturnya begitu! Ia sedang memperlihatkan kepada Adam apa yang Ia sendiri inginkan dan Ia memperlihatkannya dengan membuat Adam menginginkan hal yang sama. Apa yang Allah paling inginkan dan apa yang Ia ingin agar Adam alami adalah persekutuan. Sesudah demontrasi yang jelas sekali kepada Adam mengenai kebutuhannya akan persekutuan; Allah menjalankan suatu operasi yang unik. Ia mengambil salah satu rusuk Adam dan darinya Ia “membangun” seorang wanita dan meletakkannya di hadapan Adam untuk menjadi “penolong” –nya. Respon Adam adalah, “Inilah dia yang aku idamkan, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan aku namakan perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki”.
Hidup di dalam Firman-Nya
“Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas. Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastialh engkau mati” (Kej. 2:16-17)
Sesudah menciptakan Adam, Allah tidak terus-menrus mengikutinya seperti seorang polisi yang sedang bertugas, mengikuti Adam sambil berkata: “Sekarang kerjakan ini!” selanjutnya, “Jangan lakukan itu!”. Allah memberi Adam kehendak bebas dalam menjalankan tanggung jawabnya. Ia selalu boleh memilih untuk taat atau tidak taat. Kehendak bebas menjadi suatu olok-olok apabila tidak ada pilihan. Walaupan demikian Allah tidak meninggalkan Adam begitu saja, Ia meninggalkan Firman-Nya bagi Adam.
Itulah Firman “TUHAN Allah”, itu adalah kebenaran. Namun dalam Kejadian 3:4 “Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu:”Sekali-kali kamu tidak akan mati”. Itulah suatu kebohongan Iblis, Adam dan Hawa dihadapkan pada situasi dimana mereka harus membuat pilihan yang tegas antara kebenaran Allah dan kebohongan Iblis. Kesalahan tragis yang mereka lakukan adalah, mereka menolak kebenaran Firman Allah dan menerima kebohongan Iblis.
”Jawab Yesus:”Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti Firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” (Yoh. 14:23)
Keturunan Adam masih dihadapkan pada pilihan yang sama seperti yang ia sendiri harus ambil di taman. Sekarang ini, kita masing-masing, harus mengambil pilihan kita. Kita masing-masing menetapkan takdir kita melalui cara kita berespon terhadap Firman Allah.
Dalam ciptaan baru, semua yang akan kita butuhkan sudah disediakan di dalam Kristus. Seperti halnya Adam di dalam taman, kita di taruh dalam situasi dengan persediaan yang lengkap dan sempurna. Ini di uraikan secara jelas dalam 2 Petrus 1:2-4 ;
“Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus , Tuhan kita. karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”
Semuanya sudah diberikan kepada kita dalam Yesus Kristus. Semuanya datang melalui pengenalan akan Kristus dan semuanya tersedia dalam janji-janji yang berharga dan sangat besar dari Firman-Nya. Adam diciptakan dan ditaruh di tempat dengan persediaan yang sempurna, tidak kurang suatu apa pun. Satu-satunya syarat untuk tinggal di sana adalah percaya dan taat pada Firman Allah. Begitu pula halnya dengan kita yang sudah dicptakan kembali di dalam Kristus, ditaruh di tempat dengan persediaan yang lengkap dan sempurna. Semua yang kita butuhkan, sekarang dan selamanya, sudah disediakan. Satu-satunya syarat untuk tinggal dalam ketersediaan yang sempurna ini adalah percaya dan taat pada Firman-Nya.
Thank and GBU
- arharahadian's blog
- Login to post comments
- 4618 reads