Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Tahun Baru (3)

ely's picture

Tak Disangka

Dipublikasi Artikel blog by 3m1

Lanjutan cerpen judul “Untuk Luat”.

Luat tinggal di rumah sakit selama kurang lebih 4 bulan, namun lukanya tak kunjung sembuh. Orang tuanya yang sudah kehabisan ongkos, membawanya kembali ke kampung.

Entah berapa lama luka itu baru sembuh, aku tak ingat lagi. Mungkin sekitar 3 tahun, karena waktu Luat sembuh, aku telah duduk di bangku SMP.

Sekolahku yang terletak di kampung sebelah, membuat aku tak dapat sesering mungkin menemani dan bermain bersama Luat. Aku hanya memiliki kesempatan ketika libur sekolah. Terkadang bila sempat ikut membersihkan lukanya.

Ketika lukanya sembuh, ia dapat kembali dapat bermain dan bekerja membantu orang tuanya. Meski hanya dengan tangan sebelah kiri yang dapat berfungsi normal. Karena luka bakar itu meninggalkan bekas yang membuat tangan kanan menempel di samping badannya.

Setelah tumbuh menjadi remaja yang beranjak dewasa, Luat ingin mengembalikan fungsi tangan kanannya. Ia pun kembali masuk ke rumah sakit, untuk operasi pemisahan tangan yang melengket di badannya.

Kali ini waktu yang dihabiskan Luat di rumah sakit, juga tidak sebentar, karena menyembuhkan luka pada bekas luka ternyata tidak mudah, mungkin waktu itu sekitar, 4 atau 5 bulan.

Ketika kembali libur aku senang bisa melihat hasil dari operasi itu, karena kini Luat bisa menggunakan kedua tangannya untuk mengerjakan banyak hal. Dia banyak bercerita kepadaku, tentang pengalaman-pengalamannya selama di rumah sakit dan apa saja yang ia lakukan di sana.

Cerita yang tidak jauh berbeda dengan ceritanya ketika pertama kali masuk ke rumah sakit, sewaktu menyembuhkan luka bakar yang ia alami. Ia bercerita bila di rumah sakit ia memiliki banyak teman, teruma para perawat yang sudah banyak mengenal.

Namun ada sedikit cerita berbeda. Tentang rasa sakit yang bergitu sangat. Ketika tangan kanannya, yang sudah terlanjur kaku, untuk pertamakali di bengkokkan, demikian pula ketika setiap kali ia harus berjuang berusaha membiasakan sendi-sendi sikunya, bergeser untuk bengkok kemudian lurus.

Demikianlah akhirnya, Luat sembuh dari luka dan tangannya yang melengket pada badan akhirnya terbebas.

***

Yang menjadi masalah saat ini,

Sesuatu telah terjadi, hal yang tidak pernah dibayang dan disangka telah terjadi, kisah ini berlanjut hingga kini.

***

Desember kemarin, ketika liburan natal, aku diliputi ketegangan.

Seperti biasa, aku sangat senang ketika bertemu dengan teman-teman di kampung. Sore hari di dalam rumah ketika baru tiba di kampung, aku mendengar suara Luat di teras rumah. Akupun keluar keteras, berharap segera bertemu dengannya. Benar saja di teras, Luat sedang ngobrol dengan adik dan sepupuku. Segera aku menyapanya dan bergabung obrolan dengan mereka hingga malam hari.

***

Keesokan malamnya, aku berencana bermain ke rumahnya. Sesampai di rumahnya dan sewaktu mengobrol dengannya, aku … Mencium sesuatu sangat menyengat… bau tidak sedap. Bau itu yang aku samar-samar cium ketika sedang berbicara dengannya.

Aku tak tau itu bau apa, namun kecurigaanku, membuat aku tak ingin bertanya, karena kemarin ketika pertama kali bertemu dengannya aku pun mencium bau yang sama. Ketika bertanya kepada adikku, dia menjawab, bau yang tercium adalah bau bangkai ayam yang mati. Karena kebetulan waktu itu memang musim sakit ayam, sehingga ada kemungkinan ada ayam yang tak sempat dibuang ketika mati.

Keesokan hari, aku baru mengetahui sesuatu yang sama sekali tak pernah aku sangka. Mama memberitahuku, kalau luka Luat kembali lagi. Luka itu mengeluarkan bau.

Malam berikutnya aku kembali berkunjung ke rumahnya. Kali ini, tanpa aku bertanya, Luat sendiri yang memberitahuku, tentang lukanya yang kembali kambuh. Mendengar hal itu aku merasa sedih. Dia menceritakan, bila seekor pacat (lintah hutan) telah mengigit pada bekas lukanya, sewaktu ia bekerja di hutan.

Luka kecil bekas gigitan itu, menjadi koreng. Karena gatal ia pun sering menggaruknya, mengakibatkan inspeksi dan membuat koreng membesar. Koreng kecil itu akhirnya menjadi luka yang sama, seperti luka bakar yang pernah ia alami dulu.

Beberapa hari di kampung, aku tak pernah merasa tenang. Sempat aku memberinya saran untuk segera kembali berobat ke rumah sakit. Ia hanya menjawab ‘tunggu setelah tahun baru’ .

***

Aku ketahui beberapa waktu lalu, ia masih menyimpan dendam kepada teman yang saat itu menumpahkan bensin di belakangnya, dan ia pernah sempat mengatakan suatu saat ia ingin membuat perhitungan kepadanya.

Sebagai teman, aku hanya dapat memberikan saran, yang aku harap bisa membantu ia keluar dari kepahitannya. Dan kemarin, ketika libur, aku masih memiliki kesempatan itu, sedikit berbagi dengannya.

***

Hal yang membuat aku sangat sedih, ketika mama menceritakan, Luka Luat sudah lumayan besar. Yang ia ketahui ketika mendengar suara gaduh dari rumah Luat. Suara itu pun mengundang mama buru-buru masuk ke rumah Luat, ingin mengetahui apa yang sedang terjadi di sana. Sesampai di sana, mama tak menemukan hanya menemukan barang-barang yang berada di rumah Luat, berantakan, berhamburan. Mungkin Luat emosi karena merasa kesakitan. Saat itulah Luat sempat mengijinkan mama melihat lukanya. Dan lagi tentang kalimat yang aku dengar dari mama, bahwa Luat mengatakan bila baunya sudah seperti bau bangkai manusia.

Luat hanya tinggal berdua dengan bapaknya di rumah, tidak ada orang yang bisa dengan rutin mengobati atau membersihkan lukanya dengan telaten. Karena mamanya beberapa tahun lalu sudah meninggal,

Aku meninggalkan kampung dengan perasaan tidak tenang. Tanggal 9 Januari kemarin, aku bersyukur, karena mendapat informasi, bahwa Luat sudah dibawa ke rumah sakit. Hanya saja dari kabar yang aku dengar, lukanya sudah parah.

Jaringan-jaringan tubuh pada luka telah mati (aku kurang mengerti maksud dari kalimat ini), apakah luka masih dapat disembuhkan atau tidak, atau separuh daging pada jaringan yang mati akan diangkat. Aku tak mengerti.

Harapanku Luat segera sembuh dan kembali memiliki kesempatan untuk memperbaiki segalanya, seperti harapan yang sempat ia ceritakan kepadaku.

SELESAI

__________________

Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...