Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Tahukah kau, betapa aku mencintaimu
"Baiknya bagaimana ... sepertinya kamu dan anak-anak tidak bisa ikut ke sana."
Deg! Kedua kupingku berdiri tegak.
"Beasiswa itu tidak cukup untuk menghidupi kita sekeluarga. Mungkin sebaiknya aku tidak usah pergi saja ...."
Seperti ada palu yang dihantamkan ke kepalaku. Satu persatu gelembung asa terbanting pecah. Bye bye, Netherlands. Bye, Germany. Bye, England. Bye, *****. Case closed. Bagiku dan anak-anak.
"Kamu harus tetap pergi." Suara itu seperti bukan suaraku. Nada itu bukan nada bicaraku. Namun lawan bicaraku jelas terperangah dan sontak menatap lekat sepasang mataku, mencoba mencari kepastian di sana.
"Tetapi bagaimana nanti ... kamu akan sendirian mengurus anak-anak ...."
"Tidak apa-apa."
Duuuh, tololnya akuuu! Mengapa berkata begitu? Seharusnya bilang, 'Iya, jangan pergiii, nanti kami bagaimana? Di rumah cuma bertiga, cewek semua. Lagi pula si kakak asma. Apa kamu lupa, waktu itu sampai harus ke rumah sakit untuk di-oksigen. Kalau dia kambuh dan aku sibuk mengurusnya, lalu si adik bagaimana? Dia masih terlalu kecil .... Apa kamu tega meninggalkannya? Belum lagi kalau aku jatuh sakit ... siapa yang akan mengurus mereka berdua??'
Kegamangan demi kegamangan bergaung di kepalaku. Gemanya begitu keras sampai aku khawatir kalau-kalau orang yang berada di dekatku bisa mendengarnya. Aku tak ingin membuat suamiku bertambah bimbang. Apalagi sampai membuyarkan impian yang sudah dibangunnya sejak ia masih muda. Kalau saja beasiswa itu datang dari Belanda, Jerman, atau Inggris, masih ada kemungkinan bagi keluarga untuk ikut serta. Namun faktor usia membuatnya tereliminasi. Hanya satu negara ini yang masih memberinya kesempatan untuk mendapat beasiswa, itu pun harus diambil tahun itu juga. Bila ditunda, hanguslah kesempatan terakhirnya.
Deal. Bulan-bulan berikutnya penuh sesak dijejali berbagai macam persiapan sehingga kami berdua tak sempat menikmati sisa waktu yang ada. Sampai akhirnya hitung mundur tinggal menyisakan beberapa minggu saja. Dan kebaktian di minggu-minggu terakhir itu terasa begitu berbeda.
Aku tak bisa mengenyahkan bayangan kesendirian yang menantiku di minggu-minggu selanjutnya. Kucoba tak memikirkannya, namun lukisan suram itu jelas terhampar di depan mata. Saat itu, bahkan merasakan sentuhan dari lengan kami yang bersisian saja sudah cukup untuk membuat mataku merebak. Betapa besar arti kehadirannya bagiku ....
Dan hari itu tiba juga. Hari yang mau rasanya kutunda selama-lamanya. Sepanjang pagi kami sudah disibukkan oleh sanak keluarga yang akan ikut mengantar ke bandara. Semua serba repot. Serba tergesa-gesa. Aku di sini. Suamiku di sana. Bahkan di jam-jam terakhir pun tak bisa kami tenang berdua.
Sesampainya di bandara, si bungsu masih belum paham apa yang sebenarnya terjadi. Trenyuh hatiku melihatnya begitu terkesima mengagumi burung raksasa yang akan membawa terbang ayahnya. At the very last minutes, akhirnya, kami mendapat kesempatan berkumpul berempat saja.
Kesempatan pertama adalah untuk si bungsu. Dekapan erat dan kecupan panjang disematkan sang ayah di wajah mungilnya. Selepas dari dekapan, mata polosnya menyiratkan tanya. Mungkin dikiranya ayahnya hanya pergi dua-tiga hari saja seperti biasa. Belum lagi gilirannya tiba, sang kakak sudah menangis sejadi-jadinya. Ia tahu betul setelah siang ini akan ada ratusan siang yang harus dilaluinya tanpa kehadiran sang ayah. Ayahnya memeluknya erat dan menciumnya penuh haru.
Ketika tiba giliranku ... mata kami yang basah bertemu. Ketika sepasang lengannya merengkuh erat bahuku, dan bibirnya yang hangat menyentuh basah wajahku ... aku berharap waktu berhenti saat itu. Sekujur tubuhku berseru ... aku mencintaimu. Namun tiada kata yang terucap. Jam kembali berdetak. Dan aku harus merelakannya pergi.
Bulan berganti tahun dan aku berusaha menepati janjiku. Merawat kedua anak kami sebaik yang aku mampu. Sungguh jauh dari sempurna. Namun itulah yang aku bisa.
Tuhan memimpin. Tuhan menyertai. Tuhan memberi pertolongan dan kekuatan di kala kami membutuhkan. Suatu ketika kami bertiga terserang cacar air. Si bungsu terkena lebih dulu, selepas kurawat dia sampai sembuh, barulah sang kakak dan aku sendiri terkena. Andai saja kami bertiga jatuh sakit pada waktu yang bersamaan ... entah apa jadinya.
Di lain kesempatan, tiba-tiba listrik di ruang tamu kami mengalami gangguan arus pendek. Walau sekering pusat telah dimatikan, masih saja terjadi ledakan-ledakan keras disertai kilatan api yang mengerikan. Tetangga yang mencoba membantu nyaris terkena sambaran api. Tanpa listrik, terpaksa kami bergelap-gelapan sampai malam tiba. Puji syukur kepada Tuhan, kami bermukim di perkampungan padat penduduk sehingga para tetangga ikut berjaga-jaga sampai petugas PLN tiba pada tengah malam. Semua berakhir dengan baik.
Masa-masa penuh perjuangan itu kini telah berakhir. Keluarga kami kembali berkumpul bersama. Alangkah berharganya setiap detik yang bisa kami lalui bersama. Entah sampai kapan kami diberi kesempatan menikmatinya.
Tak jarang saat menatap sosok lelaki yang asyik mengetik di depan komputernya, atau sibuk membaca literatur kumalnya, sebentuk senyum mengembang di bibirku. Alangkah mahalnya pemandangan ini beberapa waktu yang lalu. Bila malam tiba, menatap wajahnya yang lelap tertidur, aku bersyukur diijinkan mengenal lelaki ini dalam hidupku. Ia tak pernah menghujaniku dengan hadiah dan pujian. Ia tak banyak memberiku perhatian. Ia adalah lelaki sederhana yang menyayangi istri dan anak-anaknya secara sederhana pula. Ia jauh dari romantis, namun kerelaannya untuk berbagi tugas rumah denganku menunjukkan bahwa ia menyayangiku. Tak pernah kulupa doa yang kupanjatkan kala aku telah cukup dalam mengenalnya. Kukatakan, "Tuhan, kalau bisa aku tak ingin menikah. Namun aku tak sanggup membunuh perasaanku terhadapnya. Kalaupun aku harus menikah, aku ingin Engkau tahu, hanya kepada lelaki inilah aku dapat mempercayakan hatiku ...." Dan Tuhan memberikannya sebagai suamiku.
Kini, yang kuinginkan adalah berjalan di sisinya, mengukir sebanyak mungkin kenangan bersamanya. Tentang hidup. Tentang cinta. Tentang segalanya. Hingga bila tiba saatnya nanti kami harus berpisah, entah sementara, atau selama-lamanya ... kami akan mengenang kebersamaan kami sebagai masa bahagia yang penuh keindahan ... dan bukan masa yang penuh penyesalan.
Kutatap lelaki yang berbaring di sisiku menekuni buku. Sejenak rasa ragu menyergapku. Namun kusentuh juga lengannya perlahan. Tatapannya beralih dari sang buku ke wajahku. Ada apa, matanya menyiratkan tanya. Perlahan kukembangkan senyum di bibirku. Tahukah kau, bisikku dalam kalbu ... betapa aku mencintaimu.
eha
- Evylia Hardy's blog
- Login to post comments
- 6805 reads
@Evylia.. so sweet..
Kini, yang kuinginkan adalah berjalan di sisinya, mengukir sebanyak mungkin kenangan bersamanya. Tentang hidup. Tentang cinta. Tentang segalanya. Hingga bila tiba saatnya nanti kami harus berpisah, entah sementara, atau selama-lamanya ... kami akan mengenang kebersamaan kami sebagai masa bahagia yang penuh keindahan ... dan bukan masa yang penuh penyesalan.
so sweet.....
@joli: gimana kabar clair?
joli, tx yaa
itu tadi gulanya kebanyakan tiga sendok, jadi rasane muanniss banget!
btw, kalo ga salah tangkep, joli juga berjauhan sama clair ya. kalo boleh kapan2 diceritain dong suka-dukanya jauh sama sweety-nya
Eha
eha
lekat tidak melekat
Dear Evyllia
Iya neh, Clair sekolah di China sejak September08, minggu kemarin baru niliki kesana.. Kabar Clair ?? sangat baik..
heran... waktu kesana kayak melihat masa kecilku dulu.. dilaporin guru nya, si Clair bolos, lompat pagar asrama.. tapi nilai math nya very good... kok bisa memper persis mama-nya he.. he..
ketika melewati Gym si Clair kasih tahu rahasiannya.. nih Mam, salah satu jendela ni kita copot gerendel kuncinya.. disinilah kami melompat keluar, ssstt jangan bilangin form teacher ya..
Kangen nggak? tanyalah sama Clair.. dia akan jawab nggak..
kenapa? sejak kecil memang di setting untuk itu.. sejak kecil sudah terbiasa dan di biasa kan tidak saling melekat satu sama lain, nggak ada maam, nggak ada papa, ya seneng2 aja.. ada mama, ada papa ya lebih seneng lah.. sejak kecil tidak pernah diajarkan kata "kangen".. aneh kan? begitu juga Joli dan Papanya Clair..
Bukan berarti kami tidak dekat.. kami sangat dekat.. lekat tapi tidak melekat.. wis istilah opo maneh ini..
@joli: tx ya oleh2e
he eh, joli, aku mudeng. suatu kali aku ngajak adik perempuanku (yg jarak umurnya 13 th) nginep di kos-ku. baru hari kedua dia wis sambat, "Aku kangen mamaaah." aku bengong, padahal selama kuliah aku jaraaang banget balik ke smg. "Ndak kangen sama mamah? ndak sayang ya sama mamah?" dia super heran. aku inget waktu itu susah banget nerangin ke dia bentuk hubungan n perasaanku ke ibuku.
iya, lengket atau tidak bukan patokan. kasih sayang emang unik
Eha
eha
yang sabar bu eha
hmmmmmmm...
aku pas kuliah punya pembimbing yang deket banget. ketika beliau kuliah di belanda, anaknya satu2nya meninggal. kasihan banget!
tapi buat mbak EHa, SMANGAT TERUS, ANDA BISA!!!
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
@AES: ga kebayang
ga kebayang gimana ya perasaan ayah-ibunya. yang satu jauh, ga bisa dampingi saat2 terakhir anaknya; yang satu lagi ngenes sendiri menyaksikan anaknya berpulang. wah, keluarga itu pasti luar biasa tegarnya ....
makasih ya, sukses buat AES
Eha
eha
iNGET LAGU cHRISYE
Resah.........rintik hujan, yg tak henti menemani.....
Bla bla bla bla.............
Tiada yg dapat kau ragukan, segalaku untukmu...
Du du du duuuuuu,... du du du......
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
@erick: pas!
selamat jalan kekasih ... kejarlah cita-cita ...
wuihh, erick pinter ngepas-ngepasin baju, eh, lagu. dari dulu aku apal banget lagu ini (hampir semua lagu om chrisye aku apal sih), ga taunya kejadian beneran. ada satu ni favoritku, punyanya ari lasso
entah diii mana, dirimu beeerada ... hampa teeerasa hidupku tanpa diiirimu; adakah diii sanaaa ... kaumerindukaaan akuuu; spertiii diriku yang slalu meeerindukanmu ... selalu merindukanmuuuuuu ....
tutup kuping, tutup kuping! kalo aku dah teriak2 gitu tetangga mah cuma bisa makluuum
Eha
eha
@eha:..salut..
Mbak eha, salut terhadap anda dan mas'e yang bisa hidup berjauh-jauhan seperti itu..
Saya sendiri, kalau disuruh seperti itu, jujur saya tidak sanggup. Kalau harus berjauhan dengan istri untuk beberapa waktu tidak terlalu masalah (walau kangen juga, hihi ). Tapi kalau tidak ketemu dengan anak-anak dalam untuk jangka waktu lama itu yang saya tidak sanggup.
Dulu saya pernah ada kesempatan membawakan firman di Bogor sana. Tapi karena putri bungsu saya tiba-tiba menelepon dari rumah, saya urung berangkat. Tidak menangis sih. Cuma bilang, bapak pulang ya, bapak pulang ya? Ya sudah. Saya "kalah". Saya pun pulang. Pikiran saya waktu itu kalau membawakan firman banyak juga yang bisa toh?
Saya tahu, mungkin banyak yang akan mengecam saya karena hal ini (dulu juga begitu). Saya juga mengakui, kalau apa yang saya lakukan itu salah (saya sampai dipanggil oleh pihak kampus gara-gara hal itu), dan janganlah ada yang melakukan hal seperti itu, karena itu memang tidak baik.
Tapi mau bagaimana ya? Saya tahu saya salah, tapi saya lakukan juga. Tapi kalau tidak pulang saya juga tidak bisa berkonsentrasi...
Omong-omong mbak eha, anda seorang istri yang baik dan setia. Walau kita hanya berinteraksi lewat tulisan, saya bisa merasakan "getarannya". Berbahagialah mas'e memiliki seorang istri seperti anda...
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
(...shema'an qoli, adonai...)
@ebed_adonai: berbahagialah
makasih pujiannya, ebed. aku jadi malu, soalnya banyak banget kekuranganku.
omong2 soal ga bisa jauh sama anak, kurasa ebed tak perlu terlalu menyalahkan diri. emang sih sepertinya agak berlebih, tetapi di balik setiap pola perilaku kita, pasti ada latar belakangnya. yang penting kita pelan2 mempersiapkan diri, karena cepat atau lambat anak2 akan beranjak 'pergi'. entah kuliah di luar kota, entah bekerja, atau menikah. aku mengatakan ini untuk diriku sendiri juga, karena aku pun meninggalkan separuh duniaku demi anak-anakku.
berbahagialah istri dan anak-anak ebed memiliki seorang kepala keluarga seperti anda.
Eha
eha
@eha : terlalu mahal
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
@JF: ngos-ngosan
iya ni emang mahal, buannggett mahalnya, sampe bayarnya ngos-ngosan .
tapi gpp deh, krn dari bayaran yang mahal itu, aku (n keluarga) dapet pengalaman2 hidup yang istimewa juga
btw, walau ga istimewa2 amat, tapi yg gini2 juga kukategorikan berharga lho: bongkar-pasang keran sendiri, bongkar-pasang busi motor sendiri, naek2 ke atap betulin genteng yg melorot waktu ujan angin ... (he he, jangan diketawain ya, kalo aku sendiri yg ketawa sih gpp)
Eha
eha
so sweeettt...
mbak istri yang hebat... semoga bahagia ever after yahhhh ....
-keteladanan menghadirkan kelegaan-
-keteladanan menghadirkan kelegaan-
@CeCiLia Sitanggang: bikin kelompok belajar
makasih ya doanya. nanti kalo CeCiLia jadi seorang istri akan lebih hebat lagi. aku sih masih terus belajar (sekalian praktek, he he). kita sama-sama belajar ya
Eha
eha
Deutschland..ich war da in Deutschsland.
hemmm...Deutschland...ich hab' schon lange nicht gehoert. na ja... da in Deutschland hat Got mir so viel gnade gegeben.
by the way...suami nya dulu di mana n ambil apa mbak? sekarang suaminya kerja apa?
saya dulu juga di jerman. pengalaman yang tak terlupakan dimana saya mencari kebebasan hidup dan saya benar2 merasa dipenjara di dalam kebebasan hidup saya. Yang akhirnya saya menemukan kebebasan yang sesungguh nya di dalam "ketidakbebasan" hidup saya... akhir nya saya kembali ke Indonesia dan meneruskan petualangan saya dalam pencarian BebekPanggang yang paaaaaaaaaaaaaaling enak...
Tak ada yang lebih baik bagi manusia daripada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa ini pun dari tangan Allah. Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia? (pengkhotbah 2:24-25)
DAN-DAN
saya suka bebek panggang...
Saya Suka Bebek Panggang...
@DAN-DAN: enakan sosis jerman apa bebek panggang?
DAN-DAN tu rame & menyenangkan ya? tiap ketemu komennya DAN-DAN di mana2 slalu ada lucu2nya (tuuu kan senyam-senyum)
si ayah dulu kuliah di negara yg jarak tempuhnya kira2 enem jam dari jakarta (kalo pesawatnya ga transit di hongkong). dia mendalami sampe daleeem banget misiologi. dari dulu sampe sekarang pekerjaan utamanya sih dosen.
btw dulu waktu di Jerman sempet kenalan ama kaptennya der panser gak? minimal papasan di jalan gitu, he he (sapa tau waktu DAN-DAN di sana si Ballack blom hijrah ke Liga Inggris). wiss, mulai ngelantur deh aku. mo nanya sosis aja ni, sosis ... di sana kan gudangnya sosis tu ... menurut DAN-DAN enakan mana, sosis jerman apa bebek puanggangg? ha ha ....
Eha
eha
tetep BebekPanggang...
hemmm.... kalo bicara sosis, dulu yang terkenal itu ada yang namanya BRATWURST itu di kota KOELN, aku dulu menimba ilmu di kota itu, tapi tinggal di BONN, greja ku di AACHEN tempat pak Habibi kuliah... di stasiun kereta KOELN yang gede itu ada banyaaaaaaakkkk banget jual SOSIS BRATWURST itu dan beberapa orang yang fanatik akan SOSIS bila transit di kota ini selalu mentidak lupakan dirinya untuk beli SOSIS ini...
dibandingkan bebek panggang???? sebagai kaum BebekPanggangist sejati tentu saja bebekPanggang paling enakssss.... di Jerman pun saya selalu memburu para Bebek2 ini, makanya di jerman bebek agak mahal mungkin karena sekarang langka karena saya buru melulu...
Disana bebek yang paling saya suka justru bukan ala jerman, tetapi masakan Bebek Korea atau Bebek Peking tetep no.1 di mana2.
Tapi ada satu masakan Bebek yang puaaaaaling enak diantara semua masakan bebek yang pernah saya coba, yaitu: BEBEK GRATIIIISSS...!!!!
BTW, berarti suami nya bukan di JERMAN yah? Sebab kalo bicara 6 jam di pesawat itu bukan ke jerman, ke jerman sekitar 12 jam di dalem pesawat yang tidak asik karena tidak ada menu BebekPanggang nya...
Salut sama si IBU yang satu ini, tulisan anda pasti menjadi berkat bagi banyak orang...ketegaran hati anda dan pengorbanan anda mengingatkan saya akan pengorbanan BEBEK2 yang dipotong dan digantung di etalasa2 rumah makan chinesefood sebagai BebekPanggang... setiap kali saya memandang nya, saya selalu teringat akan kasih TUHAN YESUS kepada saya, yang digantung di tiang salib demi aku yang berdosa ini. Oleh sebab itu saya suka Bebek Panggang...
DAN-DAN
saya suka bebek panggang...
Saya Suka Bebek Panggang...
@DAN-DAN: eha kaya bebek?? gubrakkk
ha?? aku kayak bebek panggang ? (melongo, ga nutup2) he he ... bener-bener pecinta bebek ni, semuanya dihubungin sama bebek ... jangan2 kalo liat girlfriend juga kebayang-bayang deasy duck ... ati-ati lho, ntar diomeli donald duck! ................
Eha
eha
wek...!! 3x
bebek mania juga ye si Dan Dan. masa Eha dikatai kayak bebek panggang? Wek...3x
a wise woman
wanna to know how a wise woman act? read proverb 31.
Seorang ibu yang baik di mata anak-anak dan suaminya adalah seorang wanita yang bijak.
Yes, you can be a wise woman. GBU
@rudynurjanto: ga apal2 ni
pr proverb 31 dah dibaca, dah diapalin tapi ga apal2, he he ...
menurut contekanku dari komen di blognya rudy, rudy lagi nyari calon mertua yaaa moga2 dapet mertua yang bijak dari istri yang bijak juga ya
Eha
eha
Bukan "kayak" tapi "seperti"
heaheaheahea...maaf, bukanya "kayak" tapi maksutsaya adalah 'seperti"
DAN-DAN
saya suka bebek panggang...
Saya Suka Bebek Panggang...
@DAN-DAN: itu mah ditto
waaa ... itu mah podo wae, sami mawon, idem, ditto, serupa n sama ...
Eha
eha