Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Suara di Padang Gurun
[Markus 1: 1-8] Berbeda dengan injil Matius dan Lukas, Markus sama sekali tidak memberitakan mengenai masa kanak-kanak Yesus. Ia langsung memperkenalkan pembacaannya dengan masa dewasa Yesus yang didahului dengan pemberitaan tentang pendahulu-Nya, yaitu Yohanes Pembaptis.Seberapa penting tugas Yohanes Pembaptis? Menurut kebiasaan raja-raja pada zaman dahulu, bilamana mereka hendak mengunjungi sebuah negeri, maka dia akan lebih dulu mengutus seorang hamba atau pegawainya untuk berjalan mendahului ke negeri itu. Tugasnya adalah mengadakan persiapan-persiapan yang diperlukan, sehingga perjalanan dan kedatangan sang raja menjadi lancar dan nyaman. Demikian juga tugas yang diemban oleh Yohanes Pembaptis. Dia harus menyiapkan jalan untuk kedatangan Raja alam semesta, yaitu Yesus Kristus. Dia harus menyiapkan hati umat tuhan untuk menyambut kedatangan Mesias yang telah dinanti selama ratusan tahun lamanya.Di dalam menjalankan tugasnya ini, Yohanes memakai baju kasar yang terbuat dari bulu unta. Ikat pinggangnya terbuat dari kulit. Itulah ciri-ciri pakaian seorang nabi. “ Pada waktu itu para nabi masing-masing akan mendapat malu oleh karena penglihatannya sebagai nabi, dan tidak ada lagi dari mereka yang mengenakan jubah berbulu untuk berbohong;” (Zakharia 13:4) Dalam hal ini, ia berbebda dengan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang memakai jubah panjang dan halus. Makanan Yohanes juga sederhana, yaitu belalang madu. Belalang termasuk binatang yang boleh dimakan dan diizinkan oleh hukum Taurat (Im. 11:21,22). Serangga ini kadangkala dimasak dengan tepung dan air, atau cukup dimakan dengan garam saja. Sampai sekarang, orang-orang miskin di tanah Palestina masih memakan belalang. Sedangkan madu sangat berguna dan rasanya pun enak. “Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya." (Mazmur 81:16)Dalam Markus 1:3, Yohanes dilukiskan sebagai “suara orang yang berseru-seru di padang gurun". Itu tidak berarti bahwa Yohanes dilukiskan sebagai orang yang ahli berpidato atau pengkhotbah mumpuni. Dia hanya disebutkan sebagai "suara" saja. Sekalipun begitu, ada banyak orang yang tertarik pada khotbah Yohanes. Mereka berkumpul di sungai Yordan. Ada bermacam-macam orang yang ada di sana. Ada orang yang sederhana, ada yang kaya. Ada orang desa, ada pula orang kota. Ada rakyat jelata, ada pula pemimpin agama, guru dan prajurit. Pertanyaannya, mengapa orang-orang ini rela meninggalkan kota dan pergi ke pinggir sungai Yordan? Mengapa mereka tidak memilih duduk saja di rumah ibadah di Yerusalem yang nyaman? Yang mengherankan lagi, mereka datang untuk justru mendengarkan firman dari Yohanes yang berisi hardikan terhadap dosa mereka, sambil menuntut pertobatan. Hal ini cukup menarik untuk dicermati karena bagi bangsa Israel, padang gurun memiliki makna tersendiri. Kalau kita mencermati Alkitab, Allah sering memakai padang gurun untuk memulai karya penyelamatan-Nya. Allah memanggil Musa ketika dia berada di padang gurun. Allah membebaskan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, dan menuntun-Nya melewati padang gurun. Di padang gurun pula, Allah mengikat perjanjian dan memberikan hukum-hukum-Nya kepada umat-Nya. Di padang gurun ini pula, bangsa Israel belajar merasakan kasih dan kebaikan Tuhan. Tidak hanya itu. Di padang gurun ini pula, bangsa Israel belajar untuk menyandarkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Jumlah orang Israel yang keluar pada waktu itu diperkirakan antara 2.5 – 3 juta orang. Bayangkan makanan dan minuman yang harus disediakan setiap harinya. Itu saja belum termasuk makan dan minum untuk ternak mereka. Namun Alkitab mencatat bahwa Allah memelihara mereka selama 40 tahun. Allah mengirimkan roti manna dan daging burung. Allah mengeluarkan air dari dalam batu. Allah mengirimkan tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari.Namun di padang gurun pula, bangsa Israel merasakan kepahitan dan sakitnya penghukuman Tuhan. Ketika bangsa Israel bersungut-sungut dan memberontak kepada Allah, maka Tuhan menjatuhkan hukuman terhadap bangsa ini. Yang menarik, meskipun sudah bertahun-tahun menetap di tanah perjanjian, namun bangsa Israel masih menyimpan perasaan nostalgia terhadap padang gurun. Ada semacam kerinduan untuk kembali ke padang gurun, supaya mereka bisa merasakan kembali kasih Allah. Hal ini seperti pasangan suami-isteri yang berbulan madu kembali untuk menyalakan api asmara pernikahan mereka. Ketika bangsa Israel menerima penghukuman karena ketidaksetiaan mereka, nabi Hosea membangkitkan kembali kenangan terhadap padang gurun ini. Melalui Hosea, Allah berfirman. "Sebab itu, sesungguhnya, Aku ini akan membujuk dia, dan membawa dia ke padang gurun, dan berbicara menenangkan hatinya. . . . Maka dia akan merelakan diri di sana seperti pada masa mudanya, seperti pada waktu dia berangkat keluar dari tanah Mesir.” (Hosea 2:14-15)Dengan mengetahui latar belakang ini, maka kita bisa memahami mengapa kabar kedatangan Yesus ini diserukan dari padang gurun. Seruan Yohanes Pembaptis menarik banyak orang untuk menghampirinya di padang gurun. Kepada mereka, Yohanes mengajak supaya bertobat dan menerima untuk dibaptis di sungai Yordan. Yohanes Pembaptis telah membawa mereka kembali ke padang gurun untuk merasakan kembali kasih karunia Allah.Setiap orang memiliki padang gurun dalam kehidupan, dimana kerohanian kita merasa gersang, kering, sepi, dan tidak aman. Penyebabnya bermacam-macam. Mungkin berupa kegagalan hidup, jatuh ke dalam dosa, keragu-raguan, menderita sakit berkepanjangan, bingung, tidak tahu kemana harus melangkah, kesepian, dll.Ada seorang warga Amerika yang harus berjalan melintasi "padang gurun" kehidupan yang sangat panjang. Pada usia tujuh tahun, dia harus bekerja menghidupi keluarganya. Usia 9 tahun, ibunya meninggal. Usia 20 tahun, dia kehilangan pekerjaan sebagai penjaga toko. Usia 23, dia meminjam uang dan bermitra dengan orang lain untuk membuka toko kecil. Usia 26 tahun, mitra usahanya meninggal dunia dan meninggalkan hutang yang sangat besar. Usia 35 tahun, dia gagal dua kali ketika mencalonkan diri sebagai anggota Kongres. Usia 37 tahun, Dia memenangkan pemilihan anggota kongres. Usia 39tahun, dia gagal terpilih kembali. Usia 41 tahun, anak laki-lakinya meninggal dalam usia empat tahun.Usia 42 tahun, ditolak menjadi pengawas tanah. Usia 45 tahun, dia mencalonkan diri sebagai anggota Senat, tetapi gagal terpilih. Usia 47 tahun, dia dikalahkan dalam pemilihan Wakil Presiden. Usia 47 tahun, dia mencalonkan diri lagi sebagai anggota Senat, tetapi gagal terpilih lagi. Usia 51 tahun, dia akhirnya trepilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Pada masa jabatan keduanya, dia dibunuh seseorang. Meski begitu, namanya termasuk di antara orang-orang besar dalam sejarah Amerika. Dia adalah Abraham Lincoln. Sebagian besar orang merasa ngeri ketika membayangkan padang gurun. Apalagi kalau harus berasa di tengah padang gurun. Akan tetapi Markus menuliskan bahwa kabar kedatangan Juruselamat ini bermula dari padang gurun. Kabar baik ini bermula dari sebuah tempat, dimana kita merasa tidak aman, sendirian dan tak berdaya. Namun di sana Allah menunggu kita.Yohanes berseru-seru memanggil kita dari padang gurun. Dia mengajak kita untuk menyambut kedatangan sang Juruselamat. Dia berseru supaya kita mengakui segala dosa kita dan bertobat. Bertobat itu artinya mengakui segala kesalahan yang telah diperbuat. Sebenarnya ada berbagai alasan yang bisa diajukan untuk membenarkan kesalahan yang telah kita perbuat. Meski begitu, di dalam bertobat kita mengakui bahwa dengan alasan apapun, kesalahan itu tidak dibenarkan. Itu sebabnya kita memintakan pengampunan kepada Tuhan.Di padang gurun, kita dapat menjadi jujur. Tidak ada lagi topeng kepalsuan dan kepura-puraan yang kita kenakan. Tidak ada lagi bantahan atau penolakan atas segala kesalahan dan kelemahan kita. Situasi seperti ini memang membuat kita merasa ngeri. Meski begitu, di padang gurun Allah berjanji untuk mengasihi dan membimbing kita. Saat ini kita memasuki masa adven, masa penantian kedatangan Juruselamat. Di dalam penantian itu, alangkah baiknya jika kita berjalan menuju padang gurun. Di sana Allah telah menunggu kita. Nabi Yesaya menggambarkan Allah seperti seorang gembala yang memelihara kawanan ternak-Nya. "Ia sendiri yang menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.” (Yesaya 40:11)Dengarlah, ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya!
------------
Communicating good news in good ways
- Purnawan Kristanto's blog
- 7488 reads
melengkapi...
BIG GBU!