Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Sepasang Mata
Percakapan pada suatu hari:
"Mengapa sayurannya tidak kamu makan, Dik?"
"Ibu kan tidak ada, jadi tidak apa-apa."
Aduh, ironis ya! Ketika sang ibu tidak ada untuk mengawasi anak atau anak tidak melihat ibunya ada, dengan berani dia tidak mau makan sayurannya. Padahal kalau ada dia mau saja makan sayuran itu dengan lahap, meskipun mungkin agak dipaksakan. Jadi mungkin selama ini dia mau makan karena ibunya ada, dia takut, pastinya takut dimarahi atau mendapat hukuman.
Aku jadi melihat pada hidupku, apakah aku juga seperti adik itu ya. Ketika ada yang melihat, mengawasi, memantau atau apalah namanya ... aku menjadi orang yang penurut, manis, menyenangkan, pokoknya yang baik-baik dan ketika jauh dari pandangan orang, jadilah aku seperti apa yang ku mau.
Ah ... ku tahu dan harus segera sadar, ada 'Sepasang Mata' yang senantiasa melihat kearahku. Baik di saat ku sendiri atau ada di keramaian sekalipun. Mata itu tidak pernah sedetik pun terlepas dariku.
Jadi kuterus berusaha dan belajar melakukan apa yang baik dan benar tanpa menunggu diawasi seseorang atau menjadi diriku sendiri dengan menjadi orang yang paling menyebalkan dan membuat korban berjatuhan karena menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Karena disamping orang sekitar yang melihatku, "Sepasang Mata" itu terus saja memandangku dan ku rindu Dia terus tersenyum bahagia melihat tingkah polahku dalam menggunakan waktu pemberian-Nya. Dan ku ingin melakukannya karena aku mengasihi-Nya seperti apa yang sudah terlebih dulu Dia lakukan kepadaku!
"Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! (Mazmur 139:23-24)
"kita berbeda dalam semua kecuali dalam CINTA"
- Eudice's blog
- 4956 reads