Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Sekilas dari Keabadian (16)

John Adisubrata's picture

Kesaksian Ian McCormack

Oleh: John Adisubrata

MENGAMPUNI UNTUK DIAMPUNI

“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kolose 3:13)

Sikap saya yang masih ingin menuntut balas mengakibatkan pertolongan dari-Nya menjadi terhenti seketika itu juga. Tidak ada kalimat-kalimat lain yang tampil, yang bisa membantu mengingatkan saya akan tema atau kata-kata yang harus saya pergunakan untuk berdoa!

Saya menjadi sadar, bahwa keputusan terakhir untuk mengampuni orang-orang yang sudah menganiaya saya tersebut ada di dalam tangan saya sendiri. Ia tidak akan ikut mencampuri atau mempengaruhi saya. Karena keputusan itu harus keluar dari lubuk hati saya yang paling dalam.

Setelah menyadari kenyataan itu, tanpa membuang-buang waktu lagi saya berseru kepada-Nya: “Oh Tuhan, jika Engkau bersedia mengampuni dosa-dosaku, saat ini juga aku berjanji, aku mau mengampuni tindakan-tindakan mereka yang jahat terhadap diriku! Aku berjanji kepada-Mu, Tuhan, jika aku bisa sembuh kembali, aku tidak akan mencari mereka lagi untuk menuntut balas!” (1)

Terus terang saja, pikiran saya yang amat terbatas tidak mampu memahami cara-cara-Nya untuk mengampuni dosa-dosa saya, yang saya ketahui, … tidak terhitung lagi jumlahnya.

Tetapi saya percaya, melalui kasih karunia-Nya yang luar biasa, pada malam itu Ia telah mendengar dan menerima pernyataan saya tersebut. Saya merasa yakin bahwa hal itu sudah terjadi, karena tidak lama kemudian, Ia membantu saya lagi dengan menampilkan kembali huruf-huruf abjad yang baru, yang membentuk barisan kata-kata berbunyi: Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.”

“Kehendak-Mu? Kehendak Tuhan?” Selama hidup saya hanya melakukan kehendak saya sendiri! Hidup berkecukupan, bebas tanpa ikatan, tidak pernah membutuhkan pertolongan siapapun juga! Saya merasa puas dengan diri saya, bahkan bangga sekali akan status kehidupan saya.

Selama ini saya selalu hidup sesuai dengan keinginan saya sendiri! Jangankan Tuhan, … kedua orang tua saya pun tidak pernah saya ijinkan untuk mencampuri urusan-urusan saya, apalagi … kehendak-kehendak saya! 

Menyadari sikap hidup saya selama ini, tanpa merasa ragu-ragu lagi saya berkata: “Tuhan, aku masih belum bisa memahami kehendak-Mu di dalam hidupku. Tetapi, jika aku berhasil melewati peristiwa ini, dan kesehatanku Engkau pulihkan lagi, aku berjanji, aku akan bersungguh-sungguh menelusurinya. Aku akan mencari tahu dan mempelajari apa yang menjadi kehendak-Mu itu! Aku berjanji untuk selalu mengikuti langkah-langkah-Mu sampai akhir hidupku!” (2)

Tidak lama sesudah saya mengucapkan nazar itu, seluruh bagian dari doa Bapa Kami tampil di depan mata saya, berurutan secara lengkap seperti yang pernah saya pelajari ketika saya masih kanak-kanak. (3)

Setelah selesai memanjatkan doa tersebut, saya tahu, … hati saya sudah dipenuhi oleh damai sejahtera sorgawi yang amat menakjubkan. (4)

Peristiwa ajaib yang saya alami tersebut terjadi dalam waktu yang amat singkat, hanya pada saat ambulans kami sedang ‘terengah-engah’ mendaki jalan yang menukik tinggi memasuki pekarangan Victoria Hospital.

Tetapi yang amat mengherankan, waktu sekejab itu terasa lama sekali di dalam penglihatan saya, seperti tidak pernah ada akhirnya. Seolah-olah saya mengalaminya di dalam suatu alam yang berbeda, alam yang tidak terikat lagi dengan jangka-jangka waktu yang berlaku di dunia!

Ketika akhirnya ambulans tersebut berhenti tepat di depan pintu masuk rumah sakit Victoria, saya bisa merasakan perubahan instan yang sudah terjadi pada diri saya.

Di luar pengetahuan saya, pada saat itu juga jiwa saya sudah diyakinkan, karena pengampunan Tuhan sudah dikaruniakan kepada saya melalui doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus kepada para pengikut-Nya 2000 tahun yang lalu. Saya sudah didamaikan kembali dengan Allah Bapa, Pencipta saya. (5)

(5) Catatan Kaki:

Sering kali tanpa sadar kita ‘menghakimi’ orang-orang lain sesudah kematian mereka, menyangka bahwa mereka pasti masuk neraka mengingat riwayat hidup dan tingkah laku mereka semasa hidupnya. Tetapi kesaksian ajaib ini membuktikan kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa terjadi di luar dugaan kita. Pada menit-menit terakhir kehidupan seseorang, kasih karunia Tuhan yang luar biasa, yang terlampau ‘dahsyat’ untuk bisa dipahami oleh daya pikiran kita yang amat terbatas, … bisa dicurahkan oleh-Nya kepada orang itu! Karena Ia adalah Hakim Agung yang maha adil, yang mempunyai hak mutlak untuk mengaruniakan kasih-Nya kepada siapapun yang dikehendaki oleh-Nya, …  sesuai dengan rencana-Nya! Kita tidak mempunyai hak untuk mencampuri ‘urusan’ Tuhan. (Ian McCormack)

(Nantikan dan ikutilah perkembangan kesaksian bersambung ini)  

SEKILAS DARI KEABADIAN (17)

Kesaksian Ian McCormack

PERALATAN MEDIS KUNO

hai hai's picture

Pak John, Dulu Saya Menghakimi

Pak John, dulu saya menghakimi dengan gagah perkasa, si anu pasti masuk surga, si polan pasti masuk neraka, hingga suatu hari seorang teman kuliah bercerita pada saya, bahwa apabila dia masuk surga, maka dia akan kaget setengah mati (orang mati bisa mati kaget? ha ha ha, tapi itu memang ceritanya), karena orang yang disangka masuk surga, ternyata tidak ada, orang yang disangka masuk neraka, ternyata menyapanya, dan dia sendiri heran, kenapa ada di surga walaupun dia tidak pernah memimpikannya?

Sejak itu, saya hanya berani menghakimi ajaran orang sesuai dengan ajaran Alkitab atau tidak, namun tidak berani menghakimi, apalagi memastikan, si anu pasti masuk surga, si polan pasti masuk neraka.

Terima kasih pak john, anda mengingatkan saya sekali lagi!

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak