Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Sekali lagi, prioritas utama hidup anda
Tuhan, Keluarga, Pekerjaan, Pelayanan.
Sebagai seorang yang mengagumi seni bangunan dengan arsitektur tinggi, saya sangat mengagumi semua aspek yang berhubungan dengan arsitektur mulai dari bangunan itu sendiri, bagaimana cara membangunnya, bahan dasar yang dipergunakan, bahkan siapa yang menjadi arsitek-nya. Letak utama kekaguman saya terhadap bidang ini adalah begitu menariknya untuk mengetahui proses rumit yang harus dilewati untuk membangun sebuah bangunan dengan nilai arsitektur tinggi ini.
Saya memang bukan seorang arsitek. Dengan bahasa yang awam, saya dapat mengira-ngira berikut ini mungkin adalah proses paling sederhana yang dapat saya paparkan tentang pembuatan sebuah bangunan yang indah. Pertama, dimulai dari visi dan tujuan yang hendak dicapai dengan didirikannya bangunan itu. Kedua, masuk dalam tahap disain dan perencanaan yaitu tahap paling rumit karena akan melibatkan banyak sekali kepentingan dari berbagai disiplin ilmu. Lalu tahap ketiga yaitu pelaksanaan pembangunan kemudian yang terakhir tahap finalisasi interior yaitu barang yang mengisi didalamnya hingga warna, cahaya, dll.
Anda pasti tidak menduga bahwa ilustrasi di atas adalah cara mudah untuk menggambarkan bagaimana seharusnya kita menentukan prioritas utama dalam hidup kita. Tuhan yang menjadi prorioritas utama dalam hidup kita dapat digambarkan sebagai seorang yang hendak membangun sebuah rumah yang indah dan kita sebagai manusia adalah arsitek yang dipercaya oleh Sang Pemilik Gedung untuk membangunnya. Untuk dapat tinggal dengan nyaman, Sang Pemilik Rumah tentu telah menetapkan visi dan memberikan petunjuk-petunjuknya bagaimana bentuk rumah yang diidam-idamkanNya itu. Semuanya jelas dalam Alkitab. Untuk membangun rumah ini, kita sebagai arsitek hanya perlu memperhatikan 3 hal ini yaitu pondasi yang kuat, bangunan yang kokoh dan interior yang indah dan sedap dipandang mata. Kembali lagi, semuanya ini hanya untuk memastikan kenyamanan tinggal dari Si Pemilik Rumah.
Pondasi yang kokoh adalah makna dari prioritas hidup kita yang kedua. Keluarga. Arsitek yang hebat tentu harus mendisain fondasi yang kuat agar dapat menopang rumah tersebut tetap kokoh dan tahan gempa. Keluarga yang dibangun diatas fondasi yang tidak kokoh hanya akan membuat bangunan di atasnya roboh baik entah karena gempa yang bentuknya prahara keluarga atau angin yang bentuknya berita-berita negatif tentang keluarga kita. Sebagaimana halnya fondasi yang harus berada di bagian bawah dan tidak kelihatan, demikian juga halnya keluarga yang pada dasarnya tidak terlihat keistimewaan dari pandangan orang namun berperan sangat penting untuk menopang bangunan itu sendiri. Keluarga yang kuat memang tidak perlu untuk dipamerkan dan dibanggakan. Orang lain akan tahu dengan sendirinya dan memujinya secara terbuka maupun dalam hati.
Prioritas utama hidup yang ketiga adalah Pekerjaan. Hal ini diibaratkan seperti tahap pembangunan dari bangunan itu sendiri. Setelah fondasi selesai dibangun, saatnya untuk membangun pilar-pilar, tembok, atap, lantai beton, dsb. Proses pembangunan sama seperti apa yang menjadi pekerjaan sebagai sumber mata pencaharian kita. Perlu waktu dan urut-urutan yang benar untuk membangun karir pekerjaan. Kita tidak mungkin membangun atap kalau pilar-pilar penopang belom dibangun. Demikian juga, kita tidak mungkin membangun tembok kalau tiang-tiang penopang belom dikerjakan. Dalam dunia pekerjaan, kita tidak mungkin langsung menuju posisi tertinggi kalau kita tidak membangun karir pekerjaan kita dari awal yaitu memulai dengan membangun pilar-pilar mengenai prinsip bekerja yang baik dan benar.
Setelah semuanya selesai dibangun, tahap yang keempat adalah aspek interior yang dalam prioritas utama hidup kita digambarkan sebagai pelayanan kita kepada Tuhan. Kita harus melayani Tuhan dengan talenta yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Sebuah rumah yang dibangun dengan interior yang hebat dan menarik, tentu akan membuat kagum orang yang memiliki rumah tersebut. Dan jika pemilik rumah itu adalah Tuhan, tentu saja kita sebagai arsitek harus memberikan sentuhan yang istimewa yakni menempatkan dan mendisain interior rumah tersebut dengan luar biasa dengan harapan Tuhan yang adalah pemilik rumah tersebut akan sangat menikmatinya dan memujinya. Demikian juga halnya kita dalam pelayanan kita kepada Tuhan. Kita harus memberikan pelayanan kita yang terbaik untuk Tuhan.
- peterkambey's blog
- 9377 reads
Petunjuk Membangun Rumah Tuhan
Dikutip dari saudara peterkambey:
"Sang Pemilik Rumah tentu telah menetapkan visi dan memberikan petunjuk-petunjuknya bagaimana bentuk rumah yang diidam-idamkanNya itu. Semuanya jelas dalam Alkitab"
Betul, bahkan Alkitab sangat jelas apa bahan bangunan dan bagaimana bentuk rumah yang diidamkanNya ini:
"Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus" 1 Korintus 3:11
Kalau raja Salomo membangun Bait Allah dengan bahan bangunan yang terbaik (1 Raja-Raja 6), rasul Paulus, menganggap dirinya sebagai 'ahli bangunan yang cakap' (1 Korintus 3:10), membangun gereja Tuhan, juga menggunakan bahan bangunan yang terbaik, yaitu Yesus Kristus itu sendiri. Dengan susah payah ia juga mencoba untuk mencoba menjelaskan kepada jemaat di Korintus (yang Paulus anggap 'kekanak-kanakan' waktu itu, karena mereka terpecah belah), bahwa bahan bangunan dan petunjuk ini hanyalah injil (kehidupan Yesus) semata, tiada yang lain (1 Korintus 1:18-2:15).
Akibatnya, yang saya ingin komentarkan, keluarga, dan pekerjaan bukanlah prioritas hidup utama kita sebagai pengikut Tuhan, bahkan pelayanan (sebaiknya kita meredefinisi arti 'pelayanan' ini, karena yang saya sering saya temui, arti pelayanan di kalangan pengikut Tuhan terlalu sempit)
Ketika hidup kita dirubah melalui Roh KudusNya, sehingga kita percaya dan mengamini kematian Yesus di kayu salib dan kebangkitanNya, prioritas hidup kita pun juga berubah. Kita hidup untuk kemuliaanNya saja, bukan untuk diri kita sendiri lagi (contoh: bagaimana hidup untuk sukses, terkenal, kaya, dan lain sebagainya).
Juga, karena hubungan kita dengan Tuhan dan sesama telah dipulihkan melalui Yesus (untuk bacaan lebih lanjut, apa kekristenan itu?), hubungan kita dengan sesama (termasuk keluarga) pun dipulihkan. Sehingga, kebanyakan orang-tua yang takut anaknya menjadi pengikut Yesus, karena ketakutan anaknya menjadi pembangkang, justru sebaliknya yang terjadi, karena Firman Tuhan mengajar anak untuk hormat orang tua, bukan sebaliknya (Kolose 3:20). Juga, kita melayani pekerjaan kita dengan sungguh-sungguh, karena ini memang perintah dari Tuhan (Kolose 3:23-24)
Kesimpulan, ketika kita memiliki fondasi yang benar, yaitu kehidupan Yesus Kristus semata melalui FirmanNya (Ibrani 1:1-2), maka barulah kita bisa mengatakan, "kita telah mempunyai prioritas hidup yang benar"