Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Satunya kata dan perbuatan
Saat itu hari sudah malam saya melakukan perjalanan dari bandara ke hotel di Kupang. Seperti biasa, saya terpaksa meninggalkan istri saya di Bandung karena ada tugas di Kupang. Hal yang paling tidak saya sukai.Maklum aja usia pernikahan kami baru memasuki bulan ke-8. Tapi apa boleh buat, tugas memanggil saya. Sebenarnya sebelum-sebelumnya saya juga sudah sering keluar kota.
Sopir taksi yang saya naiki sangat aktif bicara. Dia bicara tentang keadaan bangsa Indonesia. Dia seorang keturunan India dan umurnya pun sudah cukup tua. Memang dia hanya sopir taksi di sebuah kota yang masih minim informasi tetapi dia sangat pandai. Bayangkan saja, dia mengatakan apa yang harus dilakukan oleh presiden Indonesia sekarang yaitu bapak SBY. Banyak sekali hal-hal praktis yang dia sampaikan. Dia juga menghujat setiap pejabat yang melakukan korupsi. Orang-orang yang dulu dia kenal baik tetapi sekarang sudah melakukan kebaikannya. “ketika sudah menjadi pebajat semua sama saja.” Begitulah ungkapnya. Luar biasa. Mungkin dia bisa menjadi next president.
Tetapi saya kecewa ketika giliran membayar ongkos taksi. Seharusnya saya membayar Rp 50.000,- sesuai dengan tarif yang berlaku tetapi dia minta tambahan Rp 10.000,- untuk beli rokok katanya. Dia bisa berbicara tentang korupsi, atau bagaimana mengatur negara tetapi dia sendiri melakukan korupsi. Saya yakin kalau dia menjadi pejabatpun dia akan korupsi.
Ada yang lebih menyedihkan, banyak orang Kristen yang tidak jauh berbeda dengan sopir taksi tersebut. Saya sering mendengar tentang sikap pengkotbah yang berlawanan dengan apa yang dikotbahkannya. Ada seorang pengkotbah besar yang mangkir dari pajak. Padahal dia sering berbicara tentang Tuhan dan sering mengadakan mujizat. Ada juga pengkotbah yang memasang tarif untuk setiap undangan yang dia terima. Atau seorang yang sehabis berbicara tentang kasih, tak lama kemudian memaki-maki bawahannya. Banyak kasus yang memperlihatkan mereka tidak berbeda dengan sopir taksi yang tadi saya ceritakan. Banyak ngomong tapi tidak ada tindakan atau istilah kerennya NATO (No Action Talk Only). Sikap seperti itulah yang membuat bangsa ini tidak pernah beranjak dari keterpurukannya.
Saya sangat sedih ketika mendengar ada pertengkaran diantara pengkotbah. Mereka berebut untuk berkotbah. Penyebabnya? Karena persembahan yang didapatkan akan diberikan untuk pengkotbah. Memang hal itu terjadi karena sistem gereja yang menurut saya tidak benar dan tidak bertanggung jawab atas hidup para pelayannya.
Semua harus dimulai sekarang. Saya tidak meminta Anda berubah karena menurut saya percuma saja. Tetapi paling tidak saya berusaha supaya apa yang saya katakan itulah yang saya lakukan. Di dalam Alkitab saya ada doa sederhana seperti ini; Tuhan, jangan biarkan aku bicara tentang kebenaranMu jika aku belum melakukannya. Ini saya tulis tanggal 12 Desember 2005. saat itu saya menemukan bahwa banyak pengkotbah yang omong doang sehingga saya harus memulai dari diri saya sendiri.
Bagaimana dengan Yesus? Sudah tiga bulan saya mempelajari setiap gerak-gerik Yesus yang tercatat di kitab Markus. Ada yang unik, dia memilih menjadi rakyat biasa bukan menjadi ahli taurat. Bahkan dia memilih bergaul dan bersikap seperti rakyak biasa. Dia seorang yang membayar pajak dan memerintahkan kita untuk melakukan hal yang sama. Apa yang menjadi hak pemimpin kita harus diserahkan kepada mereka dan apa yang menjadi hak Allah juga harus kita berikan kepada Allah.
Yesus berkotbah tetapi sangat berbeda dengan ahli taurat atau para imam. Mereka mendapatkan penghasilan dari ritual-ritual yang ada. Bentuk-bentuk persembahan diadakan untuk memperbesar penghasilan bahkan kalau perlu kotbah-kotbah diarahkan kesana. Sedangkan Yesus melakukan yang berbeda. Dia tidak meminta persembahan justru Dia memberi makan orang-orang yang kelaparan. Kalau orang ramai-ramai membangun gereja Yesus justru tidak mempunyai tempat untuk berkotbah. Dia tidak membangun tempat beribadah untuk menyaingi para imam. Dia tetap berjalan kaki dan membaur dengan masyarakat lainnya. Tidak ada tanda-tanda kesuksesan di dalam diriNya.
Bagaimana dengan mujizat? Lucunya saya tidak menemukan Yesus menyuruh orang berkumpul untuk mengadakan mujizat. Alasan yang saya tangkap tentang mujizat, Yesus melakukannya untuk melayani orang-orang yang lemah. Dia tidak unjuk kekuatan. Dia juga tidak menyuruh orang berkumpul untuk mendapatkan miujizat. Dia melakukannya karena belas kasihan. Bahkan saya tidak menemukan Dia membuat mujizat supaya kerajaan Allah semakin tersebar luas. Saya justru menemukan Dia melarang orang untuk mengabarkan tentang mujizat yang Dia lakukan.
Dari apa yang tertulis di kitab Markus saya tidak menemukan sosok Yesus yang NATO. Ketika Dia bicara pengorbanan justru Dialah yang melakukan pengorbanan terbesar yang pernah ada di dunia. Hanya saja apakah pengikutNya melakukan hal yang sama? Saya tidak tahu dengan Anda tetapi saya ingin melakukan seperti yang Yesus lakukan. Seandainya semua orang Kristen melakukannya saya yakin bangsa ini akan menjadi bangsa yang terkenal dengan integritasnya bukan dengan korupsinya. Semoga saja.
Small thing,deep impact
- Sri Libe Suryapusoro's blog
- 3411 reads