Submitted by erick on

Resensi Buku: Tuhan Yesus tidak tidur
100 Renungan Tentang hikmat di Balik Musibah
Penerbit ANDI (Penerbit Buku dan Majalah Rohani)


Buku ini ditulis kawan kita, blogger disini, Purnawan Kristanto. Ia mengumpulkan tulisan dan renungan semasa menjadi relawan Gerakan kemanusiaan Indonesia di Kelaten, yaitu ketika terjadi gempa bumi tanggal 27 Mei 2006.

Penulis berharap buku 100 Renungan Tentang hikmat di Balik Musibah memiliki benang merah, yaitu memberi penguatan, penghiburan, dan pengharapan dalam menghadapi penderitaan.
Disisi lain sebagai penulis ia juga ingin agar buku ini dibeli karena royaltinya diberikan untuk membantu gereja-gereja di Klaten yang mengalami kerusakan akibat bencana alam yang terjadi.

Dari 100 renungan yang ditulis, penulis membaginya dalam 3 golongan besar yaitu Penderitaan dan Penghiburan sebanyak 31 renungan, Kepedulian dan Kasih ada 24 serta Pelayanan dan Ketaatan memiliki 45 tulisan. Di 10 halaman akhir, ada guyon ala penyintas gempa. Humor-humor ringan yang ditambahkan pada buku ini.

Di halaman 61, renungan berjudul Hati yang Gembira ia menuliskan
"Orang yang bergembira bukan berati orang yang bebas dari persoalan hidup. Mereka juga mengalami berbagai masalah hidup dan penderitaan, tetapi mereka memandang semuanya sebagai bagian dari proses pertumbuhan rohani."

Mau membaca guyonan mengenai gereja disaat gempa?
Pada halaman 211, dibagian Mati ketawa a la Penyintas Gempa, ada guyonan yang memang lucu disaat gempa di lokasi yang mengalaminya.
 

Pesetan GKJ
........
Saya bertanya, « Bagaimana gereja Anda setelah gempa ? »
Teman saya menjawab, “Akibat gempa, gereja kami benar-benar menjadi GKJ?”
“Maksudnya? Apa selama ini belum menjadi GKJ?” tanya saya dengan heran.
« Makasudnya, GKJ itu singkatan dari ‘Gereja Kurang Jejeg,’” kata teman saya sambil tersenyum.
Dalam bahasa jawa kurang jejeg berarti kurang tegak.

Buku ini sangat baik sebagai teman melewati waktu luang. Renungan-renungan yang ada banyak yang mengocok iman kekristenan seseorang yang membacanya baik itu caranya memberikan penghiburan pada mereka yang menderita, kepedualiannya terhadap sesama, dan ketaatannya pada perintah yang Allah berikan kepadanya secara pribadi.

Ketika berada ditoko buku, memilih dan dan membaca sepintas untuk memutuskan buku mana yang akan kita bawa pulang dengan harga yang akan kita bayar, Judul Tuhan Yesus tidak tidur,…. Mungkin membingungkan bukankah Tuhan Yesus juga tidur, ada tertulis di Lukas 8:23

Harga buku  Tuhan Yesus tidak tidur 100 Renungan Tentang hikmat di Balik Musibah Rp. 26.500 saya cek di Salatiga akhir tahun 2008.
 

Submitted by Purnawan Kristanto on Thu, 2009-02-26 17:41
Permalink

Terimakasih Erick. Jadi tersanjung 8

Jump Pictures, Images and Photos

Buat teman-teman. ayo dong beli bukunya. Soalnya royaltinya akan digunakan untuk pembangunan kembali gedung-gedung gereja yang rusak. Salah satunya digunakan untuk membangun gereja Pesu, seperti foto di bawah ini. Ini adalah bangunan sementara karena bangunan yang asli telah rata dengan tanah digoyang gempa Mei 2006.

Photobucket

 

“If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul” ~ Johann Wolfgang von Goethe

 

 

 

Submitted by cahyadi on Thu, 2009-02-26 18:46
Permalink

Wah, saya juga udah sempet baca bukunya tuh...

Kebetulan sekarang ada di perpustakaan gereja saya...

Emang bagus dan bisa nambah inspirasi...

Makasih Pak Pur untuk bukunya...

Submitted by Purnawan Kristanto on Thu, 2009-02-26 23:21

In reply to by cahyadi

Permalink

 Terimakasih juga karena sudah membaca buku saya. Jangan hanya pinjem, beli dong! Dengan membeli buku itu berarti Anda telah menyumbang Rp. 2.650,- (tapi masih dikurangi PPN 15%) untuk pembangunan gereja.

 

----------------------------------------------

“If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul” ~ Johann Wolfgang von Goethe

 

 

 

Submitted by hai hai on Thu, 2009-02-26 22:56
Permalink

Erick, Mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, SAYA tidak suka buku itu. Banyak teman-teman saya yang membeli buku itu karena mereka ingin tahu, kenapa saya tidak suka buku itu. Anda mau tahu kenapa saya tidak suka buku itu? Silahkan klik di sini.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Submitted by hai hai on Fri, 2009-02-27 00:16
Permalink

Mas Wawan, waktu kopdar di taman Anggrek, kami janji ketemuan di toko buku Gramedia. Awalnya kami ketemu di bagian yang jual VCD & DVD. Saya lalu ajak yang lainnya untuk pergi ke bagian buku rohani Kristen. Namun sayang, saat itu stock buku yang saya tidak suka itu kosong, jadi tidak bisa mengagul-agulkan diri tidak suka buku ini. Ha ha ha ha ...

Sejak buku itu dipajang, setiap kali ke toko buku saya pasti memperhatikan buku itu. Bila letaknya kurang menyolok, dengan cuek saya akan memindahkannya dan menatanya agar mudah terlihat. Bila ada orang lain yang nongkrong juga, saya akan bertanya, "Anda suka buku ini? Saya tidak suka buku ini. Ketika membacanya saya merasa ditelanjangi, menyebalkan." Umumnya mereka akan menjawab belum membacanya lalu bertanya kenapa saya tidak suka buku itu? Kenapa saya merasa ditelanjangi? Saya akan mengangkat bahu dan berkata, "Penulis buku ini bilang Tuhan Yesus tidak tidur, padahal kita tahu, ketika angin ribut menerjang, Tuhan Yesus tidur nyenyak." Umumnya mereka akan bertanya lagi, namun saya selalu bilang, "Lebih baik anda beli dan baca dulu buku ini, setelah itu kita bisa diskusi sampai pagi." Saya lalu akan membuka-buka buku itu agar orang itu bisa melihat judul-judul tulisannya sambil saya mengomentari judul-judul itu.

Biasanya mereka tertarik lalu membelinya. Beberapa kali saya bertemu lagi dengan orang-orang itu, dan saya mengambil buku itu lalu bertanya dengan pertanyaan yang sama. Mereka akan membantah saya dengan menyatakan buku itu bagus. Lalu saya akan bertanya, "Oh ya bagus ya? Menurut anda buku ini cocok untuk dibaca siapa ya? cocok nggak klo untuk hadiah ulang tahun atau hadiah lainnya? Atau sekedar hadiah dari seorang teman untuk seorang teman?" Ha ha ha ha ... Anda pasti tahu kelanjutannya. Mereka beli lagi.

Ada juga yang suka nyeletuk ketika saya menawarkan buku itu kepada orang lainnya lagi. Mereka bertanya, "Om dapat komisi ya, getol bener jualannya?" Saya akan menjawab, "Jangan bilang siapa-siapa ya, setiap kali buku ini terjual, saya punya teman baru yang sama-sama ditelanjangin. Di samping itu, istri Tuhan Yesus dapat komisi, sekitar no ceng go (Rp. 2.500,-)."  

Ya, namanya juga usaha ... Ha ha ha ha ...

Sejak buku itu terbit, saya jadi punya cita-cita agar Counter buku rohani Kristen menjadi RAMAH. Orang-orang yang berkunjung bukan hanya saling melirik, namun saling nyengir bahkan saling menyapa dan saling mentraktir.     

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Submitted by Purnawan Kristanto on Fri, 2009-02-27 13:43

In reply to by hai hai

Permalink

Ck...ckk...ckk   Saya saja nggak bisa seheboh itu kalau mempromosikan buku. Pada dasarnya saya ini pemalu dan agak kuper.

Kalau main ke toko buku dan tidak mendapati buku saya dipajang di sana, saya biasanya menghibur diri: "Oh, bukunya sudah habis dibeli. Stoknya kosong."

Kalau masih ada yang dipajang, tetap juga bersyukur,"Ternyata buku saya dijual di sini juga." Saya suka mengamati siapa saja yang sedang membaca-baca buku saya di toko buku. Hampir semua tidak mengenali kalau ada pengarangnya di samping mereka ha...ha..ha... Emangnya saya siapa sih, kok minta dikenali sama mereka. Dulu di sebuah gereja, ada dua orang di sebelah tempat duduk yang ngerasani saya. Salah satunya adalah teman saya. Yang satunya, nggak kenal saya. Dia tidak nyadar kalau sedang ngerasani saya,. Dia tahu nama saya dari buku yang saya tulis, tapi belum pernah lihat orangnya. Sekarang orang itu jadi teman baik saya.

“If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul” ~ Johann Wolfgang von Goethe

 

 

 

Submitted by king heart on Fri, 2009-02-27 17:19

In reply to by sandman

Permalink

Urusan kera meng-kera bisa bikin orang Malang  tersinggung

Orang malang biasa menyebut diri mereka disebut Kera Ngalam. Mereka pasti tidak suka disebut tukang ngerasani

Apa bukan begitu Aremania penggemar Ongis Nade warga Kera Ngalam ?? Hadir di pasar Klewer juga kah ?

 

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Submitted by erick on Fri, 2009-02-27 21:14

In reply to by Purnawan Kristanto

Permalink

Ada, ada aja.....!

Maaf pak wawan, lama postingingnya. Kemaren itu aku pikir tertinggal di komp kantor yang lama....., ternyata ada di usb, ya sud..... di pamerkan saja. Wong data yg aku butuhkan sudah lengkap

 

Hayuk kawan-kawan dapatkan segera buku 100 renungan tersebut,..... karena dari buku itu kita juga bisa belajar bagaimana menulis renungan yang baik  kalo ga percaya, tanya pak wawan! he he he..... (tetep jualan!!!!!)