Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Putus Cinta Bukanlah Akhir Kehidupan
tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita,
tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang
memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.
(Ibrani 12 : 11)
Kadang kita tidak kepikiran kalau sebuah peristiwa, ternyata memiliki
nilai-nilai penting yang sesungguhnya berguna bagi kehidupan kita di
masa yang akan datang. Banyak orang cenderung lebih memilih untuk larut
dalam kesedihan, kepenatan diri atau kepedihan hati.
Situasi
seperti ini sering terjadi pada orang sedang mengalami kesedihan oleh
karena sedang patah hati. Jiwa ini tergoncang dan teramat lemah karena
telah membiarkan kesedihan itu melingkupi, seakan tak bertepi, seakan
tiada akhir. Hidup seakan tak berdaya tanpa dirinya.
Antara
pasrah dan menyesali... itulah keadaannya kehidupan yang sedang patah
hati. Namun diantara keduanya, penolakan sikap lebih mendominasi
pemikiran serta perasaan seseorang yang sedang patah hati.
Orang yang sedang patah hati karena cinta memang cenderung tidak bisa
menerima keadaan patah hati tersebut harus dialami. Semua dinilai
sebagai sebuah kesalahan yang seharusnya tak terjadi. Akan tetapi, nasi
sudah menjadi bubur. Kenyataan tidak senyaman yang dibayangkan.
Sejumlah orang berpendapat, itu adalah hal yang wajar. Yaaa... boleh
dan sah-sah saja kalau bersedih. Bagaimanapun rasa cinta yang sudah
lama dipupuk dan kebersamaan yang sudah terjalin, tidak bisa dilupakan
atau dibiaskan begitu saja.
Akan tetapi, kita harus sadar
kalau keadaan jiwa yang sedang patah hati tersebut sebaiknya tidak kita
biarkan berlarut-larut karena tanpa kita sadari, kita telah mengganggu
atau merusak ritme kehidupan kita sendiri. Boleh bersedih tapi jangan
menyiksa diri dan membiarkan kesedihan itu menjadi cerita yang tiada
akhir.
Patah hati memang menghadirkan guncangan kehidupan.
Namun itu bukan berarti akhir dari kehidupan. Itu bukan berarti kita
harus terlena oleh keadaan yang sesungguhnya bisa membuat kita semakin
terpuruk dalam keadaan yang tak menentu. Kita hanya berputar-putar pada
masalah yang sama, padahal masalah lain sudah menunggu di depan mata.
Kutipan ayat Firman Tuhan diatas, merupakan ayat Firman Tuhan yang bisa
mencerahkan keadaan seseorang yang sedang dilanda patah hati.
Sekarang, kita gunakan sebagai penuntun story yang harus kita lakukan
agar suasana putus hubungan pacaran tidak menjadi mimpi buruk yang
terus berkeliaran di benak kita.
Pandanglah kembali bagaimana
cerita dan sejarah putusnya hubungan pacaran dengan sang kekasih hati.
Sejarah awal mula putusnya hubungan pacar perlu kita dengan pasti dan
benar.
Mengetahui dengan baik bagaimana sejarah awal mula
cerita sampai hubungan putus pacaran bisa terjadi perlu kita lakukan
agar kita tidak menyalahkan terus-menerus "kegagalan dalam menjaga
serta membina hubungan dengan pacar.
Pada tahap ini, kita
jangan mencari siapa yang salah, karena apabila itu yang kita lakukan,
kita tidak akan menemukan point-point penting yang bisa menjadi bahan
pelajaran dan pemikiran untuk membina hubungan baru di masa yang akan
datang. Hal yang tepat adalah temukan apakah yang salah.
Arti penting dari tindakan mencari apakah yang sebenarnya salah adalah
kita bisa melakukan introspeksi diri, meskipun kemudian kita ketahui
bahwa awal mula kesalahan bukanlah berasal dari keteledoran atau
keegoisan sikap kita.
introspeksi diri merupakan salah satu
metode pembelajaran nilai-nilai kedewasaan kita, terutama dalam
melihat, menganalisa, dan menarik benang merah dari suatu peristiwa
yang kita alami. Dan introspeksi merupakan salah satu cara kita untuk
mengenali diri bagaimana diri kita.
Langkah selanjutnya yang
kita lakukan adalah memilah-memilah, mana hal yang baik dan benar,
serta mana yang tidak baik, tidak perlu terjadi/dilakukan atau
sebaiknya dikoreksi. Proses pemilah-pemilahan ini perlu kita lakukan
agar di masa yang akan datang (saat menjalin hubungan baru dengan yang
lain), kita tidak membuat kesalahan yang sama.
Nilai
kebenaran yang kita ambil sebaiknya tidak berdasarkan penilaian egoisme
kita, maksudnya, apa yang kita lakukanlah yang paling benar.
Apabila prinsip seperti itu yang kita anut, maka belum tentu nilai
kebenaran tersebut memberi kepuasan kepada kita, karena sikap egoisme
diri justru membuat kita tidak dapat melihat sebuah kebenaran yang
sebenar-benarnya.
Mmmm... ketika nilai kebenaran yang
sesungguhnya telah kita temukan, itu sama artinya, kita harus sesegera
mungkin menghentikan sikap-sikap bodoh yang kita tunjukkan oleh karena
pedihnya patah hati yang kita rasakan.
Rekan-rekan sekalian,
Kepedihan hati oleh karena patah hati, bukanlah sesuatu hal yang patut
kita nikmati namun kita sikapi. Maksud aku, keadaan patah hati
sebaiknya tidak membuat dilema-dilema baru atau menghadirkan buruk
sangka yang seharusnya tidak perlu kita munculkan.
Okey,
muncul ada sisi kesalahan yang secara tidak sengaja kita lakukan
sehingga membuat keadaan hubungan pacaran menjadi renggang dan berakhir
putus... sudah terjadi, mau diapakan lagi... Itu bukan berarti :
1. kita harus terus-menerus larut dalam kesedihan lalu menyalahkan diri kita.
2. kesalahan itu tidak kita ulangi di masa yang akan datang.
Okey, ada pihak lain yang membuat hubungan pacaran menjadi putus...
well, itu namanya komunikasi diantara pihak-pihak yang berpacaran tidak
berjalan dengan baik dan besar kemungkinan ada salah satu pihak yang
terlalu egois (ingat ! Sikap egois merupakan salah satu penyebab
putusnya hubungan pacaran)... Kalau ada masalah, komunikasikan dong,
jangan mau enaknya saja... jangan mau senangnya aja... jangan cari yang
lain untuk menjadi bahan pembanding... Itu keterlaluan namanya...
Okey, kalau ternyata perbuatan benar telah kita lakukan namun keadaan
justru memaksa hubungan pacaran untuk tetap putus, itu artinya bukan
jodoh...
Segala sesuatunya, ada masanya... Kalau memang
hubungan pacaran tidak bisa dilanjutkan meskipun kita sudah sekuat
tenaga mempertahankannya, itu artinya kita harus legowo, menerima
keadaan itu sebagai sebuah keputusan yang memang harus diambil.
Segala sesuatunya, ada waktunya... Bersedih memang tidak dilarang, tapi
itu bukan berarti kita hanya terpaku oleh kesedihan dan tidak berusaha
untuk bangkit. Heiii... masa depan itu ada dan kehidupan masih terus
berlangsung selama Tuhan belum menyatakan : "cukup sudah waktumu..."
Pada sisi yang lain kita juga harus ingat kalau masih banyak orang yang
sayang sama kita dan tidak ingin melihat kita terus-menerus memendam
diri dalam kepedihan oleh karena patah hati.
Hey... wake up
will you... wake up... Kendalikan diri dan hargai diri ini apabila
tidak ingin kondisi patah hati terus dibiarkan bersemayam di hati.
Tuhan justru menganggap kita berdosa kalau kita malah membiarkan
keadaan yang menyesakkan itu tanpa ada upaya penyelesaian atau
perbaikan kondisi diri pada suatu waktu nanti.
Ayoooo...semangat. Bangkit dan bangun dari lelap kepenatan. Masih
banyak orang yang sayang sama kamu dan pasti, masih ada orang yang akan
menyayangi kamu dengan tulus. Syaratnya cuma satu : usaha...
Ada kedamaian yang lebih damai di depan sana apabila kita mau
menyadarkan diri untuk tidak terlalu terlelap dengan segenap kesedihan
oleh karena patah hati. Gak capek apa?
Tuhan memberkati kita semua.
.Sarlen Julfree Manurung
- sarlen's blog
- 15999 reads
KAYAKNYA PENGALAMAN PRIBADI NIH...
Jesus Freaks,
"Live X4J, die as a martyr"
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Tuhan meyediakan sesuatu yang lebih baik