5.
Barangkali aku lagi romantis
Dan semoga ini tak lagi jadi tragedi
Hanya sebilah pedang atau seteguk racun
Memang sudah kugantung di atas dinding disitu
Aku lihat diwajahku, masih tak ada gambar hati
Atau malaikat kecil apalagi mawar yang terdera mentari
Cuma beberapa hari belakangan
Awan putih berarak pelan dan merekah di kelopak mataku
Tapi hanya dimatamu kudapat lukisan nada-nada cantik
Yang menjalin satu persatu seperti ingin dilagukan
Lagu yang semoga dapat kucari liriknya (dari google saja)
Tapi tak perlu menjadi hits nomor satu didunia
Sudah malam sekarang, semoga kau telah bermimpi
Sementara aku masih tak tahu mengapa tiap malam
Elusan dingin bintang-bintang tak bisa menggapaiku
Padahal tak setiap malam aku memikirkanmu
(Tapi ini barangkali sudah cukup.
Aku cukup senang kau masih mengingatku)
- februari 2004 -
Catatan 2007: kini aku hanya tertawa saja, memang dulu aku gila.. baik-baik dengan suami dan anakmu ya...
6.
HARI 1:
Kini kau menjadi inspirasi
Setelah sekian lama akau tahan dalam hati
Yang pernah kutelan bulat-bulat dalam kerongkonganku
Bersama setiap teguk bir dan kopi susu
Kini kau akan kubiarkan disini
Menikmati setiap ruang otak kanan kiriku
Diamlah disana, akan kubuatkan puisimu
Dan malam ini, tidurlah dalam ranjang khayal punyaku
HARI 2:
Esok pagi kamu akan kutelpon
Bicara tentang tiada
Tertawa bukan karena apa-apa
Memang begitu banyak yang hilang oleh frekuensi telkom
Sekarang aku ingin menulis puisi tentangmu
Tapi lagi-lagi aku tak mau seperti yang dulu-dulu
Puisi itupun tak pernah jadi lagi
Karena aku sungguh benci menulis puisi tentangmu
Catatan 2007: kini aku makin benci menulis puisi, aku pun sudah lupa bagaimana bisa kutulis puisi tentangmu
Inginnya Mengapresiasi
Kalau Sdr. y-control, berdasarkan catatan 2007-nya malah membenci puisi, belakangan saya malah mulai senang berpuisi lagi, meski hanya sampai titik tertentu. Cuma entah kenapa kesulitan untuk mengapresiasi puisi orang lain. Soalnya kuliah itu saya peroleh waktu semester satu-dua-tiga dulu, meski sempat ngulang juga untuk telaah puisi.
Saya cuma mau sedikit komentar saja.
6.
HARI 1:
Kini kau menjadi inspirasi
Setelah sekian lama akau tahan dalam hati
Pada baris terakhir, ada kata akau, tidakkah itu semestinya aku?
"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"
In reply to Inginnya Mengapresiasi by Indonesia-saram
Permalinkgpp lah
ma kasih atas koreksinya. tapi biar aja, biar tetap seperti itu, biar sama waktu diketik beberapa tahun lalu.. hehe.. (gimana coba kalau misalnya anda jadi editor trus penulisnya minta begitu?)
Y lagi jatuh cinta ya?
Kalau si Y mungkin pernah membenci puisi, sekarang dia malah jadi suka nulis puisi. Setahu saya, cinta bisa mengubah orang yang tidak puitis menjadi pujangga cinta yang luar biasaaaa. Kamu lagi jatuh cinta ya, Y? Atau puisimu itu merupakan awal terbukanya hatimu terhadap dunia puisi? peace, love
In reply to Y lagi jatuh cinta ya? by Love
Permalinkkebalik
soal puisi, dugaan anda kebalik bu (ah sekarang bener2 akan ada yang manggil ibu ya? atau mama? atau bunda?
) .. tapi ketimbang jadi perangkai puisi, saya sekarang pilih melatih diri biar pinter merangkai kata-kata waktu nelpon atau ngobrol aja
rasa
jatuh cinta berjuta rasanya,
patah hati "bermilyar" rasanya...
Membaca tulisanmu Y, memang
Membaca tulisanmu Y, memang dari dulu kamu paling jago merangkai kata-kata. Habis baca tulisan ini, tadi sempat baca-baca artikelmu yang dulu-dulu. Baca lagi, ngak bosan aku... bakat tenan kowe.
Gak berani komentar puisi Y
Gak berani komentar puisi Y, karena
dia bukan penyair,
dia hanya menulis apa yang dia pikir
dia juga bukan seniman,
dia hanya menulis tentang pengalaman
benar-benar original