Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Perumpamaan Tentang Harta Terpendam (Bagian 1)

QuoVadis's picture

Allah sedang duduk-duduk santai di Sorga ketika datang Anak Allah

"Dari mana saja kamu?" tanya Allah.

"Biasa Pap, jalan-jalan nengokin Bumi," jawab Sang Anak.

"Ah kamu ini, coba itu lihat, manusia makin hari makin bertambah jahat. Sekarang malah banyak Buto Cakil pula berkeliaran di bumi," kata Allah.

"Ah, Papi sabar dong. Kan semua masih dalam proses. Nggak ada yang instan Pap. Kan tempo hari manusia dibikin dari tanah. Papi tau dong betapa rapuhnya tanah. Nggak sangguplah tubuh tanah menopang roh ilahi."

"Mereka semua itu bejat. Kalau dibiarkan, mereka akan makin bejat; dan makin besarlah kerusakan di bumi. Baunya akan sampai ke sini nanti."

"Oke setuju Pap. Tapi mungkin yang bejat itu cuma mereka yg sekarang hidup saja Pap. Barangkali generasi berikutnya nggak sebejat yang sekarang ini. BTW rencananya mereka yg sekarang sudah hidup bejat di bumi mau diapakan Pap?"

"Ya dimatikan semuanya," jawab Allah.

Anak allah pun bertanya lagi "Oh, trus rohnya diangkut ke mari semua?"

"Ya nggaklah," jawab Allah. "Kalau di bawa ke sini, bisa goncang tatanan Sorga;Papi nggak tahan dengan bau busuk mereka, sementara mereka nggak tahan dengan kemilaunya kemuliaan Papi. Papi dan mereka akan sama-sama menderita kalo kumpul bareng di sini."

"Lha trus mau dimusnahkan aja gitu Pap?" tanya Anak Allah.

"Ya nggak bisa. Kamu kan tau Hukum Kekekalan Roh. Roh itu nggak bisa dimusnahkan. Kalo sekedar Napas Hidup yang papi kasih ke mereka masih bisa Papi tarik lagi. Tapi roh persilangan gara-gara kamu main gila di Bumi nggak bisa dimusnahkan. Paling-paling dimanfaatkan, difungsikan jadi bahan bakar Api Neraka."

"Waduh jangan Pap. Biar gimana kan mereka berasal dari aku dan aku berasal dari Papi. Jadi mereka berasal dari Papi juga kan ujung-ujungnya."

"Hee jangan ngakalin Papi ya. Kamu yang berbuat, masak Papi yang musti tanggung jawab. Pokoknya papi mau matikan mereka dan rohnya akan Papi buang ke Neraka."

Wah gawat ini, pikir Anak Allah dalam hati. Putar otak eh putar hati mencari jalan keluar; sebab seiring interaksinya dengan manusia di Bumi selama ini, Anak Allah telah menemukan potensi berharga dari manusia, yaitu pertemuan roh yang kekal dengan tanah yang fana  telah melahirkan suatu persilangan yang rapuh tapi indah: JIWA MANUSIA. (BERSAMBUNG)