Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Peran Pengikut Yesus dalam Keadilan Sosial
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia“, kata Pancasila sila kelima.
Walau mayoritas warga negara Indonesia sudah diajarkan Pancasila, bahkan sampai hafal termasuk lagunya, tetap saja prakteknya, kalau kita mau jujur, masih jauh dari ‘lulus’.
Kalau banyak yang berpendapat masalah Indonesia bisa diatasi dengan pendidikan, mungkin sudah saatnya para pembaca berpikir lebih kritis, apa benar?
Sepertinya menghafal dan lulus ujian teori Pancasila jauh lebih mudah dibanding prakteknya (menghafal memang sulit, tapi prakteknya jauh lebih sulit lagi!!). Apa benar pendidikan bisa mengatasi masalah keadilan sosial di Indonesia? Betul tidak sih, sebenarnya kekurangan keadilan sosial di Indonesia karena kurangnya pendidikan?
Melihat contoh bangsa Israel di Perjanjian Lama, nabi Amos juga mengalami masalah yang sama:
- Yang kaya makin kaya (Amos 6:4-6), dan yang miskin makin miskin (Amos 5:11);
- Institusi yang ada bukannya membela keadilan, malah menjunjung ketidakadilan lebih parah lagi. Lembaga Pengadilan seharusnya membela keadilan melalui ‘pintunya’ (Amos 5:15), tapi, yang ada malah membela ‘kepentingan yang berduit’ (Amos 5:12);
- Institusi agama (kalau mau jujur, tidak tergantung agamanya), jadi bahan politik. Bukannya melindungi yang lemah, malah dijadikan tameng bagi yang berkuasa, “Siapa kalian mengkritis yang berkuasa?” (Amos 7:13).
Dengan korupnya sistem yang ada, mungkin sudah saatnya kita semua (baik yang memegang kekuasaan pemerintah, ‘punya duit’, sampai yang ‘pekerja bawahan’) melihat keadaan sekitar kita dan merenungkan FirmanNya. Lihat saja kerusakan-kerusakan yang ada di sekitar kita: bukan saja kerusakan sosial (antara sesama), tapi juga kerusakan material (lingkungan). Lihat saja contoh dari kebakaran hutan di Indonesia yang diakibatkan oleh keserakahan manusia.
“Akupun telah menahan hujan dari padamu, … Aku menurunkan hujan ke atas kota yang satu dan tidak menurunkan hujan ke atas kota yang lain; ladang yang satu kehujanan, dan ladang, yang tidak kena hujan, menjadi kering; … Aku telah memukul kamu dengan hama dan penyakit gandum, telah melayukan taman-tamanmu dan kebun-kebun anggurmu, pohon-pohon ara dan pohon-pohon zaitunmu dimakan habis oleh belalang, namun kamu tidak berbalik kepada-Ku,” demikianlah firman TUHAN. ” Amos 4:7-9
Mungkin sudah saatnya kita berdiam dan merenungi Firman-Nya, bahwa kerusakan-kerusakan yang ada di sekitar kita adalah kerusakan hati manusia. Pendidikan (ataupun peningkatan ekonomi) tidak akan mengatasi kerusakan ini. Seperti surat Paulus untuk jemaat di Roma:
“Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.” Roma 8:22
Melihat masalah yang sebenarnya (kerusakan hati manusia), tentunya akan membuat kita putus harapan. Siapa yang mampu meluruskan hati manusia? Tapi kita tahu, sebagai pengikut Yesus, hanya Dia yang mampu meluruskan hati manusia. Mari kita semua, yang mengaku pengikutNya, berdoa untuk keadilan sosial, yang hanya bisa dicapai melalui pulihnya hati manusia:
“Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” Matius 6:3-7
- Rusdy's blog
- Login to post comments
- 3761 reads
Rusdy Rusak
Rusdy : Melihat masalah yang sebenarnya (kerusakan hati manusia)
Waduh, saya kira bung Rusdy harus lebih memperjelas kerusakan hatinya deh. Sebab ada berbagai penyebab kerusakan hati atau nama kerennya SIROSIS itu. Menurut WebMD, ada 5 penyebabnya yaitu karena gula tambahan, suplemen herbal, obesitas, terlalu banyak vitamin A, dan membuat tato yang tidak steril. Nah, jadi apa masalah sebenarnya kerusakan hati manusia menurut Rusdy?
Tapi kalau blog di atas berbau politik, Jokowi hanya mencanangkan REVOLUSI MENTAL untuk memperbaiki mental bangsa Indonesia yang sudah memprihatinkan ini.
Salam bang Rusdy, apa kabar, masih di Australia?
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
Masih Rusak
Bahahaha, bisa aja. Obatnya gampank kok, tinggak di-'selotip' aja! Masih di sebrang nih.