Pengobatan medis vs alternatif

Sir William Osler (1849-1919) merupakan dokter serta sejarahwan kedokteran yang brilian di awal abad ke-19 dan pasti dikenal oleh semua orang yang mempelajari ilmu kedokteran. Beliau mengatakan bahwa hasil akhir pengobatan pasien tuberkulosis lebih ditentukan oleh apa yang terjadi di dalam otaknya (baca pikirannya) ketimbang apa yang terjadi di dalam paru-parunya. Beliau mengutip pendapat Hippocrates, bapak ilmu kedokteran, yang mengatakan, “Sebagai dokter, saya akan lebih berusaha untuk memahami macam orang yang menderita penyakit ketimbang macam penyakit yang dideritanya.”

Selanjutnya pada awal abad ke-19 terjadi perdebatan oleh dua orang termashur dalam ilmu biologi, yaitu Louis Pasteur (1822-1895)—seorang pakar dan peneliti mikrobiologi di Perancis—dan Claude Bernard (1813-1878)—seorang pakar dan peneliti fisiologi di Perancis. Mereka berdua memperdebatkan faktor paling penting yang menimbulkan penyakit dalam tubuh seseorang. Pasteur mengatakan penyebab atau agennya seperti bakteri tuberkulosis pada penyakit tuberkulosis, sedangkan Bernard mengatakan kondisi penjamu (host) atau tempat tumbuhnya agen tersebut yang menentukan timbulnya penyakit dalam tubuh seseorang. Pada saat menjelang kematiannya, Pasteur akhirnya mengakui kebenaran Bernard dengan mengatakan “Memang tanahlah yang menentukan apakah suatu benih dapat tumbuh.”

Kemudian setelah perang dunia kedua terjadi suatu penemuan yang menggemparkan dari seorang dokter dan ahli bakteriologi yang terkenal pada pertengahan abad ke-19 di Inggeris, Sir Alexander Fleming (1881-1955). Beliau menemukan penisilin yang merupakan senjata ampuh untuk menyembuhkan banyak penyakit infeksi yang tadinya selalu mematikan penderitanya. Konon, penisilin yang ditemukan Fleming ini juga telah menyelamatkan jiwa Sir Winston Churchill (1874-1965), seorang negarawan Inggeris yang memimpin Inggeris berperang dalam Perang Dunia kedua dan kemudian menjadi Perdana Menteri Inggeris sesudah perang selesai.

Orangtua Churchill yang merupakan bangsawan kaya telah menolong Fleming—anak dari keluarga miskin di Inggeris—untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang dokter. Fleming yang kemudian menemukan penisilin berhasil menyembuhkan Churchil, saudara angkatnya, yang terancam kematian karena infeksi pada luka-luka yang diderita beliau saat berperang, dengan menggunakan hasil penemuannya itu!

Setelah penemuan penisilin yang begitu mujarab, para dokter melupakan pendapat Claude Bernard dan selalu berusaha menyembuhkan penyakit dengan mencari serta melenyapkan kausanya. Sementara itu, pendapat Bernard kemudian diadopsi oleh para penyembuh alternatif yang menggunakan terapi herbal, akupungtur, prana, refleksi dan sebagainya untuk menaikkan daya tahan pasien (dalam pengobatan alternatif Cina, memperbaiki keseimbangan Yin dan Yang) agar tubuh pasien itu sendiri dapat menyembuhkan penyakitnya dengan mengembalikan keseimbangan di dalam tubuhnya. Ilmu gizi mempelajari makanan dan unsur-unsur dalam makanan seperti nutrien serta fitokimia pangan untuk memperbaiki status gizi serta daya tahan pasien agar proses kesembuhan berjalan lebih cepat. Jadi, ilmu kedokteran menjadi dasar pengobatan sedangkan pengobatan alternatif bersama terapi gizi dapat dikatakan merupakan dasar bagi kesembuhan. Karena itulah, pengobatan atau terapi alternatif kini diberi nama pengobatan atau terapi komplementer.

Hanya sayangnya, pendapat dari para pakar ilmu gizi dan pengobatan komplementer yang baik seperti herbal dan akupungtur jarang mendapatkan kesempatan dibuktikan di rumah sakit lewat penelitian besar-besaran terhadap banyak pasien seperti halnya penelitian obat dan tindakan medis lainnya. Paling banter, pendapat mereka hanya dibuktikan lewat penelitian hewan. Namun, pengobatan komplementer seperti akupungtur dan herbal teruji lewat kenyataan bahwa bentuk pengobatan tersebut tidak lenyap setelah melewati masa ribuan tahun (sumber: Andry H., Sembuh karena Iman, Harapan dan Kasih, Penerbit Kanisius, Yogyakarta).