Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pendahuluan (Bagian 4): Kajian Lucifer – Merunut Kabar (Dari) Burung

RDF's picture

 

Pada Blog-Blog terdahulu, saya pernah berjanji untuk memperkenalkan sebuah paham atau kepercayaan yang disebut dengan Pagan(isme) sebagaimana Yesus Kristus menyinggung bentuk paham dan kepercayaan tersebut seperti tercatat dalam kitab Matius.

 Matius 6:32 (versi NIV)

“For the pagans run after all these things, and your heavenly Father knows that you need them.”

Pagan(isme) 

Secara etimologi, paganisme berasal dari bahasa Latin ‘paganus’ yang berarti ‘country dweller’ atau ‘rustic’ sejajar dengan kata ‘pedusunan’ yang menunjuk kepada sebuah kepercayaan tradisi yang bersifat politeistik (percaya kepada kekuatan di luar diri manusia akan dewa-dewa: sesembahannya yang banyak). Secara definisi yang di-umum-kan, paganisme menjadi sebuah kepercayaan/ praktek spiritual penyembahan/ pemuasan kebutuhan manusia sebagai makhluk religius terhadap baal/ berhala/ sesembahan yang dipercayanya. Paganisme ini mencapai kejayaannya pada masa Mesir Kuno dengan catatan-catatan sejarah yang membuktikan bahwa banyak dewa-dewa yang dipercayai dan disembah oleh bangsa Mesir.

Latar belakang paganisme

Adam, sebagaimana Alkitab catat sebagai manusia ‘pertama’ yang diciptakan Yahweh sejak awalnya sudah diperkenalkan dengan sebuah ‘agama’ yang menuntut penyerahdirian manusia kepada Penciptanya. Berbagai aspek agama tersebut pada perkembangannya mengalami evolusi yang cukup signifikan hingga pada masa sekarang.

Perjalanan waktu yang terjadi dengan berbedanya tempat, latar belakang budaya serta sosial masyarakat telah melahirkan perbedaan pandangan kepercayaan/ agama yang cukup beragam dan secara tidak langsung menyebabkan keragaman agama yang sampai saat ini masih ada (yang survive) atau yang sudah tenggelam/ hilang di’makan’ waktu.

Di antara evolusi tersebut, paganisme (atau boleh disebut agama pagan), yang juga disinggung dalam Alkitab Perjanjian Baru, dianggap sebagai agama masyarakat primitif, bahkan sebelum kehadiran agama tertua seperti Hindu dan Buddha. Meski masih sulit untuk mencari titik temu antara masyrakat primitif dan paganisme, namun indikasi ke arah tersebut dapat diketahui dengan membandingkan ciri-ciri animisme-dinamisme yang dianggap sebagian dari bagian dari agama primitif dengan kebiasaan masyarakat primitif yang cenderung menghormati dan mengkeramatkan benda.

Asal usul kelahiran agama pagan tidak disebutkan secara eksplisit di dalam beberapa referensi. Dari deskripsi yang ada, dapat disimpulkan bahwa kelahiran agama pagan ditimbukan oleh dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal.

Faktor internal kemunculan agama ini adalah adanya naluri ‘agama’ yang dimiliki setiap manusia, utamanya sebagai homo religious. Manusia memiliki kesadaran bahwa betatapun hebatnya, ada satu ‘zat’ yang memegang kendali pada seluruh kejadian di alam semesta yang didiaminya atau ada ‘kekuatan’ besar di luar dirinya.

Naluri itu kemudian direpresentasikan dalam suatu kepercayaan yang masih sangat terkontaminasi oleh pola pikir umum yang berlaku di masyarakat tertentu (ingat: bahwa akibat dosa/ pelanggaran Adam maka refleksifitas diri atau nurani manusia tidak dapat sempurna menangkap ‘suara’ Penciptanya). Dalam hal ini manusia primitif, yang dalam Ensyclopedia of Religion and Ethic (ERE) disebut sebagai noncivilized people cenderung mengkeramatkan benda. Mereka beranggapan bahwa benda yang dapat memberi arti dalam hidup dan  membantu mereka menyelesaikan pekerjaan sehari-hari memiliki daya. Ada kekuatan dan sesuatu yang tersembunyi di balik benda tersebut.  Karena itulah benda-benda tertentu kemudian dikeramatkan, dihormati, dan pada perkembangannya, benda (maupun pribadi di balik benda) tersebut dinggap sebagai tuhan.

Akan tetapi pada perkembangannya, agama pagan memiliki beberapa macam sempalan yang masih saling berhubungan satu sama lain. Secara garis besar, ada tiga macam sempalan yang ‘mengisi’ agama pagan, yakni politheisme, pantheisme, dan animisme - dinamisme. Politheisme adalah kepercayaan yang meyakini ada banyak tuhan, pantheisme menganggap semua realitas yang ada di dunia sebagai tuhan, sedangkan animisme - dinamisme adalah kepercayaan pada roh atau benda. Penganut animisme dan dinamisme mengganggap bahwa roh atau benda memiliki pribadi atau ‘nyawa’. Artinya bahwa roh atau benda memiliki kekuatan dan kehendak serta dapat menjalankan kehendak tersebut.

Meski demikian, pada intinya manusia primitif sangatlah menghormati benda dan pribadi yang berada di balik benda tersebut. Pola pikir yang demikian baru didobrak dan dianggap sesat setelah datangnya kekristenan oleh Yesus Kristus yang salah satu ajarannya adalah untuk berkuasa atau mengeksploitasi alam, tidak lagi menghormati dan mengkeramatkan alam.

Sedangkan faktor eksternal yang cukup berpengaruh, sebatas pandangan saya adalah belum masuknya ‘wahyu’ atau suara Yahweh langsung atas manusia. Dengan demikian, masyarakat primitif hanya memiliki satu referensi untuk mengekspresikan naluri keagamaannya, yakni dengan mengkeramatkan lalu menuhankan benda dan pribadi di balik benda.

Jadi, ada dua perbedaan besar dalam keyakinan manusia primitif, yakni animisme dan dinamisme. Secara umum, animisme dapat diartikan kepercayaan pada ‘nyawa’ (roh). Animisme berasal dari bahasa latin, yaitu anima yang berarti ‘ruh’. Animisme adalah kepercayaan terhadap adanya mahluk-mahluk spiritual yang erat sekali hubungannya dengan tubuh atau jasad. Mahluk spiritual tersebutlah yang kemudian membentuk jiwa dan kepribadian.

Sedangkan dinamisme berasal dari kata dinamos yang berarti daya atau kekuatan, sehingga dinamisme adalah kepercayaan yang mengandaikan barang atau mahluk tertentu sebagai tuhan. Kepercayaan ini juga disebut preanimisme. Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan misterius. Kekuatan misterius batiniah tersebutlah yang menjadi orientasi dari penghormatan benda-benda tertentu.

Menyimak dari esensinya, animisme dan dinamisme merupakan dua entitas yang tak dapat dipisahkan. Hal ini disebabkan kepercayaan animisme dan dinamisme memiliki ketumpangtindihan yang sangat berkaitan. Karena pada intinya, keduanya menyembah hal yang tersembunyi, yakni roh atau kekuatan spiritual. Bedanya, animisme menyembah roh tersebut secara langsung sedangkan dinamisme masih menggunakan perantara benda untuk menyembah roh-roh yang dianggap memiliki daya.

Ketumpangtindihan ini terjadi pada benda yang menjadi objek penyembahan. Secara umum, animisme adalah paham yang menyembah roh akan tetapi pada perkembangannya masyarakat primitif juga menyembah roh yang tersimpan di balik benda, seperti pada pengkultusan tumbuhan padi yang terjadi di Malaka.

Secara khusus, kemunculan dinamisme adalah karena adanya nisbah yang kuat antara manusia sebagai subjek dan barang sebagai objek. Namun, hubungan subjek dan objek ini tidak sama seperti relasi subjek-objek seperti biasa. Hal ini karena pada konteks dinamisme, subjek dan objek sangat berdekatan, bahkan bisa dikatakan, baik manusia maupun benda sama-sama merupakan subjek. Pada taraf ini sebenarnya masyarakat primitif telah menyadari bahwa manusia dan barang memiliki keterikatan pragmatik.  Pola pikir manusia primitif berbeda dengan manusia modern. Jika manusia modern menganggap alam sebagai objek dan dirinya sebagai subjek yang dapat mengubah serta mengekslpoitasi alam, maka manusia primitif memiliki pemahaman yang berbeda. Artinya, dalam pandangan masyarakat primitf, manusia berposisi sebagai subjek sedang alam semesta berposisi sebagai objek. Akan tetapi karena mereka mengkeramatkan benda dan menganggap benda sebagai zat yang berpribadi, maka pada saat itu alam semesta otomatis dianggap sebagai subjek yang juga bisa berposisi sebagai ‘esensi’ yang bisa menyebabkan perubahan pada kehidupan manusia (tidak hanya pasif seperti pemahaman manusia moderan, namun juga aktif).

Sedangkah kemunculan animisme, dalam ERE disebutkan, bahwa pada awalnya adalah keberadaan sebuah usaha rasional yang dilakukan untuk menjelaskan fakta yang terjadi di dunia. Akan tetapi mengenai alasan memilih mahluk yang berpribadi (seperti roh atau nyawa) sebagai pengontrol alam semesta yang kemudian menjadi tuhan adalah sama dengan alasan pada kemunculan dinamisme. Ada kepercayaan yang begitu kuat bahwa roh atau nyawa (dari mahluk yang berpribadi) merupakan sesuatu yang mengatur alam dan seluruh kehidupan manusia.

Mencoba mencari titik temu antara paganisme dan hubungannya dengan animisme, secara umum, pengertian paganisme adalah aliran yang menyemba berhala, sedangkan dinamisme menyembah barang dan animisme menyembah roh. Namun, hal ini bisa saja dipertemukan jika mengamati bagian dari kepercayaan tersebut, yakni adanya kepercayaan terhadap dewa yang terkadang direpresentasikan dengan berhala.

Ajaran pokok dalam dua agama tersebut, secara umum dapat dikatakan sama. Selain karena kepercayaan yang sama namun berbeda, ritual kegamaan mereka hanya dibedakan dengan objek yang disembah. Berikut disajikan beberapa ajaran pokok yang tertuang dalam pola pikir dan ritual masyarakat primitif.

Sekilas tentang paganisme Mesir Kuno

Kepercayaan terhadap kekuatan gaib dan adanya kehidupan setelah kematian dipegang secara turun temurun oleh kepercayaan Mesir Kuno. Kuil-kuil diisi oleh dewa-dewa yang memiliki kekuatan supernatural dan menjadi tempat untuk meminta perlindungan, namun dewa-dewa tidak selalu dilihat sebagai sosok yang baik; orang Mesir Kuno percaya dewa-dewa perlu diberi sesajen agar tidak mengeluarkan amarah. Struktur ini dapat berubah, tergantung siapa yang berkuasa ketika itu.

Dewa-dewa disembah dalam sebuah kuil yang dikelola oleh seorang imam. Di bagian tengah kuil biasanya terdapat patung dewa. Kuil tidak dijadikan tempat beribadah untuk publik, dan hanya pada hari-hari tertentu saja patung di kuil itu dikeluarkan untuk disembah oleh masyarakat. Masyarakat umum beribadah memuja patung pribadi di rumah masing-masing, dilengkapi jimat yang dipercaya mampu melindungi dari marabahaya. Setelah Kerajaan Baru, peran Firaun sebagai perantara spiritual mulai berkurang seiring dengan munculnya kebiasaan untuk memuja langsung tuhan, tanpa perantara. Di sisi lain, para imam mengembangkan sistem ramalan (oracle) untuk mengkomunikasikan langsung keinginan dewa kepada masyarakat.

Masyarakat Mesir Kuno percaya bahwa setiap manusia terdiri dari bagian fisik dan spiritual. Selain badan (fisiki), manusia juga memiliki šwt (bayangan), ba (kepribadian atau jiwa), ka (nyawa), dan nama. Jantung dipercaya sebagai pusat dari pikiran dan emosi. Setelah kematian, aspek spiritual akan lepas dari tubuh dan dapat bergerak sesuka hati, namun mereka membutuhkan tubuh fisik mereka (atau dapat digantikan dengan patung) sebagai tempat untuk pulang. Tujuan utama mereka yang meninggal adalah menyatukan kembali ka dan ba dan menjadi "arwah yang diberkahi." Untuk mencapai kondisi itu, mereka yang mati akan diadili, jantung akan ditimbang dengan "bulu kejujuran." Jika pahalanya cukup, sang arwah diperbolehkan tetap tinggal di bumi dalam bentuk spiritual.

Yeremia 43:13

Ia akan memecahkan tugu-tugu berhala Bet-Syemes (cetak tebal hanya untuk keperluan penekanan) yang ada di Mesir dan akan menghanguskan kuil para allah Mesir itu dengan api."

Kota Bet-Syemes (artinya "Rumah/ Kota Matahari") adalah sebutan untuk kota kuno "On" dalam bahasa Mesir kuno atau "Heliopolis" dalam bahasa Yunani. Di sana terdapat kuil dewa matahari Re; kuil itu dikenal dengan 2 lajur pilar-pilar batu berukir (obelisk). Penghancurannya dilakukan oleh Esarhadon, raja Asyur, dan sekali lagi oleh Kambises dari Kekaisaran Persia pada abad ke-6 SM.

Dalam kebudayaan dan kepercayaan orang-orang Mesir Kuno terdapat 13 dewa sebagai berikut :

1. Ra

Ra (sering diucapkan sebagai Rah, tetapi lebih tepat sebagai Re) adalah dewa matahari Mesir Kuno. Pada kelima dinasti ia menjadi dewa terbesar dalam agama Mesir kuno, diidentifikasi terutama dengan matahari tengah hari, dengan dewa-dewi lain yang mewakili posisi lain dari matahari. Ra sangat banyak berubah dari waktu ke waktu dan dalam satu bentuk atau lain, kemudian ia berkata kepada matahari yang mewakili setiap saat sepanjang hari. Kemudian disebut Heliopolis yang berarti “Kota Matahari” oleh orang Yunani Kuno. Kemudian, Ra bergabung dengan dewa Horus, sebagai Re-Horakhty. Ketika mencapai posisi penting dalam jajaran Mesir, ia dipercaya untuk memimpin langit, di bumi, dan di bawah tanah. Dia dikaitkan dengan elang, yang simbol dewa matahari lain yang melindungi Firaun. Setelah dipasangkan dengan dewa-dewi Firaun, anak-anak Hathor dianggap ayah oleh Ra.

2. Osiris

Osiris digambarkan dengan menggunakan mahkota, yang mirip dengan mahkota putih dari Mesir. Dia juga membawa crook dan cambuk. Lekukan diperkirakan untuk mewakili Osiris sebagai dewa gembala. Simbol mencambuk lebih pasti dengan cambuk gembala, terbang-menyapu, ia biasanya digambarkan dengan warna hijau (warna kelahiran kembali) atau hitam (mengacu kepada kesuburan dataran banjir Sungai Nil).

3. Amon

Amon adalah seorang dewa dalam mitologi Mesir yang dalam bentuk Amun-Ra menjadi fokus dari sistem yang paling rumit di Mesir Kuno. Sebagai pencipta dewa, ia adalah juara kaum miskin dan pusat kesalehan pribadi. Amun diciptakan sendiri, tanpa ibu dan ayah, dan selama Kerajaan Baru ia menjadi ekspresi terbesar dalam dewa di Mesir teologi. Amun-Ra, juga seperti dewa pencipta, tidak secara fisik yang melahirkan alam semesta. Posisinya adalah sebagai Raja dewa. Dengan Osiris, Amun-Ra adalah yang paling banyak yang tercatat dalam dewa Mesir.

 

4. Isis

Isis adalah dewi di Mesir Kuno untuk keyakinan agama, ibadah yang tersebar di seluruh dunia Yunani-Romawi. Dia dipuja sebagai ibu yang ideal, istri, pelindung alam dan sihir. Dia adalah teman budak, orang-orang berdosa, pengrajin, kaum tertindas, serta mendengarkan doa orang-orang kaya, gadis, bangsawan dan penguasa. Isis adalah dewi ibu dan kesuburan.

 

 5. Hathor

Hathor adalah seorang Dewi Mesir Kuno yang dipersonifikasikan prinsip-prinsip feminin cinta, keibuan dan sukacita. Dia adalah salah satu yang paling penting dan dewa populer sepanjang sejarah Mesir Kuno. Hathor yang disembah oleh masyarakat umum yang sama dalam kuburan dia digambarkan sebagai “pemimpin Barat” menyambut orang mati ke kehidupan selanjutnya. Peran lain dia adalah seorang dewi musik, tari, dan kesuburan tanah asing yang membantu perempuan dalam proses melahirkan

6. Horus

Horus adalah salah satu dewa yang paling tua dan paling penting dalam agama Mesir kuno yang di puja, setidaknya hampir akhir periode Predinastik melalui Yunani-Romawi. Berbagai bentuk Horuses dicatat dalam sejarah dan ini berbeda diperlakukan sebagai dewa oleh Mesir Kuno. Bentuk paling awal adalah Horus Falcon yang merupakan dewa pelindung Nekhen di Mesir.

7. Maat

Maat adalah Dewi Mesir kuno dengan konsep kebenaran, keseimbangan, keteraturan, hukum, moralitas dan keadilan. Dewi Maat juga di anggap sebagai Dewi yang mengatur bintang-bintang, musim, serta tindakan-tindakan baik manusia dan para dewa, yang mengatur alam semesta dari kekacauan. Setelah perannya dalam penciptaan dan terus mencegah kembali ke alam semesta dari kekacauan, peran utamanya dalam mitologi Mesir berurusan dengan penimbangan jiwa-jiwa yang terjadi di dunia bawah, bulunya adalah ukuran yang menentukan apakah jiwa-jiwa (dianggap berada di jantung) orang yang sudah meninggal akan mencapai surga dengan selamat.

8.Nephthy

Nephthys adalah dewi yang asalnya belum ditentukan, dengan nama Mesir kuno tidak berarti “Lady of the House”, seolah-olah menunjukkan kepada manusia. Dia tidak dengan cara apa pun harus diidentifikasi dengan beberapa gagasan tentang “ibu rumah tangga,” maupun sebagai wanita utama yang memerintah negeri umum rumah tangga. Ini adalah kesalahan meresap dan mengerikan, sering diulang-ulang, sangat banyak komentar-komentar tentang dewa ini. Sebaliknya, namanya berarti sangat khusus, Lady of the Temple.

9. Anubis

Anubis adalah dewa untuk melindungi dari kematian dan membawa mereka ke alam baka. Dia biasanya digambarkan sebagai setengah manusia, setengah serigala, atau dalam bentuk serigala lengkap mengenakan pita dan memegang cambuk di lekuk lengannya. Para serigala itu sangat terkait dengan kuburan di Mesir kuno, tapi dengan warna daging yang membusuk dan dengan tanah hitam lembah Sungai Nil, melambangkan kelahiran kembali

10. Sobek

Di Mesir kuno, Dewa Sobek digambarkan sebagai buaya biasa, atau sebagai seorang laki-laki dengan kepala buaya. Ketika dianggap sebagai pelindung pasukan Firaun, ia ditampilkan dengan simbol otoritas raja. Dia juga ditunjukkan bersama salibnya, yang mewakili kemampuannya untuk membatalkan jahat dan menyembuhkan penyakit. Ia pernah menjadi Sobek-Ra, ia juga ditunjukkan dengan cakram matahari di atas kepalanya, sebagai Ra adalah dewa matahari.

11. Thoth

Thoth dianggap sebagai salah satu dewa yang lebih penting dari dewa Mesir, sering digambarkan dengan kepala dari suatu Ibis. Kepala-Nya berada di Khemennu tempat suci, di mana dia memimpin masyarakat setempat, kemudian berganti nama menjadi Hermopolis oleh orang-orang Yunani

12. Sekhmet

Dalam Mesir kuno, Sekhmet digambarkan sebagai singa betina, pemburu paling sengit dikenal oleh Mesir. Dia dipandang sebagai pelindung dari Firaun dan memimpin mereka dalam peperangan. Sekhmet kemudian dianggap sebagai ibu Maahes, seorang dewa yang muncul selama Kerajaan Baru. Dia terlihat seperti singa pangeran, putra dari dewi.

13. Khnum

Dalam Mesir Kuno, Khnum adalah salah satu dewa Mesir yang paling awal, awalnya dewa sumber Sungai Nil. Karena banjir tahunan Sungai Nil membawa lumpur dan tanah liat itu, dan membawa air kehidupan kepada sekitarnya, ia dianggap sebagai pencipta tubuh manusia anak-anak, yang dilakukan di roda tembikar, dari tanah liat, dan ditempatkan ibu mereka ‘rahim'.

 

Runutan Ide Pagan sebagaimana (juga) tercatat di dalam Perjanjian Lama

Alkitab Perjanjian Lama selalu mencatat peristiwa dimana Yahweh menentang ide-ide bahwa ada kekuasaan lain di luar diriNya.

 

1. Lewiatan

Seperti pada kitab Mazmur 104 dan Ayub yang menyebutkan kepercayaan Ninurta.

 

Mazmur 104 (Penomoran Septuaginta: Mazmur 103) adalah sebuah mazmur dalam bagian ke-4 Kitab Mazmur di Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama dalam Alkitab Kristen. Tidak dicatat nama penggubahnya

 

104:25 Lihatlah laut  itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar.

104:26 Di situ kapal-kapal  berlayar dan Lewiatan (cetak tebal diberikan hanya untuk keperluan penekanan) yang telah Kaubentuk untuk bermain  dengannya.

Lewiatan: naga; binatang air raksasa

Dalam bahasa Ibrani (Ntywl livyathan):

1) Seekor binatang laut mitologis yang luar biasa besarnya. Di dalam PL dinyatakan, bahwa lewiatan mewakili semua kekuatan bencana: Seekor naga yang hidup di laut dengan berbagai kepala, yang dihancurkan oleh Yahwe, waktu lewiatan bangkit melawanNya bersama-sama --> air pasang waktu dahulu kala (Mazmur 74:13-14). Di dalam naskah-naskah Ugarit dibuktikan, bahwa bentuk itu diambil dari mitologi Fenesia.

(Menurut Ayub 3:8, lewiatan dilukiskan sebagai naga di langit yang menelan matahari dan bulan. Juga di dalam pikiran apokaliptik (Wahyu 12:13) dan pikiran apokrif, lewiatan memperoleh suatu penceritaan mitos yang baru.)

 

- Semacam naga atau buaya purbakala yang melambangkan ancaman dan kuasa laut

- Semacam naga atau buaya purbakala yang melambangkan kekacauan yang ada sebelum Allah menciptakan bumi (Yes 27:1; Mazmur 74:14).

- Seekor binatang khayalan, yang diduga seperti seekor biawak raksasa.

 

Binatang laut raksasa mitologi, yang katanya dikalahkan oleh ilah *Baal. Mitos ini muncul ke permukaan PL dengan Yahweh menggantikan Baal (Mazmur. 74:13-14). Bagi *Yesaya, pemusnahan lewiatan melambangkan kematian akhir dari mereka yang tidak diselamatkan, tidak termasuk Israel (Yesaya 27:1; 26:2 dst.; 27:12-13).

2) NAGA: adalah alih aksara dari suatu perkataan Ibrani yg dipakai hanya pada lima tempat dalam PL. Pada umumnya dikatakan bahwa perkataan Lewiatan berasal dari akar kata lava, bnd lawa (Arab) yg berarti 'membengkokkan', 'memutar'. Arti harfiahnya adalah 'membengkokkan diri'. Sebagian ahli berpendapat bahwa mungkin ini adalah kata pinjaman berasal dari Babel. Konteks pemakaiannya dalam PL menunjuk pada beberapa bentuk binatang raksasa yg hidup di air. Dalam Mzm 104:26 ditunjukkan dengan jelas bahwa tempatnya di laut dan pada umumnya dibayangkan sebagai ikan paus, atau lumba-lumba. Dalam Yes 27:1, Lewiatan dipakai dua kali secara kiasan, menunjuk kepada kerajaan Asyur ('ular yg meluncur' 'swift' adalah Sungai Tigris yg mengalir dengan lancar) dan Babel ('ular yg melingkar' adalah Sungai Efrat). Dalam Mzm 74:14 Lewiatan dipakai sebagai petunjuk terhadap Firaun dan Keluaran sejajar dengan kata Ibrani tannin, 'raksasa sungai atau raksasa laut', kata itu (tannin) juga dipakai dalam Yeh 29:3-5 secara kiasan menunjuk kepada Firaun dan orang-orang Mesir, yg gambaran tentang ukuran dan rahang-rahangnya menunjukkan bahwa yg dimaksud adalah buaya.

Ayub 3:8

“Biarlah ia disumpahi oleh para pengutuk hari, oleh mereka yang pandai membangkitkan marah Lewiatan (cetak tebal diberikan hanya untuk keperluan penekanan).”

 

Dalam Kitab Ayub Lewiatan disebut dua kali. Dalam Ayub 3:8 umumnya diartikan sebagai naga, yg menurut dongeng-dongeng kuno diduga menjadi penyebab gerhana karena ekornya melilit matahari. Gambaran yg panjang lebar terdapat dalam Ayb 41:1-30, dan kebanyakan ahli sepakat bahwa binatang yg dimaksud adalah buaya. Beberapa ahli menolak pandangan ini dengan alasan bahwa buaya tidak akan dilukiskan sebagai yg tak dapat didekati, dan bahwa tak ada petunjuk lain dalam PL tentang buaya di Palestina. Tapi rupanya penulis masih mengingat akan buaya di Sungai Nil dan penggambaran sebagai makhluk yang tak terkalahkan itu adalah retorik. Satu-satunya penafsiran lain tentang Lewiatan ialah sebagai suatu raksasa dalam mitos, barangkali disamakan dengan naga dalam mitos Babel yg disebut Tiamat. Perkataan itu sama asalnya dengan perkataan lotan (bh Ugarit), binatang raksasa berkepala tujuh yang digambarkan sebagai 'ular yang sedang meluncur ... ular yang melingkar-lingkar', dipukul oleh Baal, adalah mengingatkan pada sebutan dalam Yes 27:1.

 

Tambahan mengenai lewiatan.

Kutipan dari http://en.wikipedia.org/wiki/Leviathan

Lewiatan (bahasa Ibrani: ????????? (Livyatan/Liwy???n) - melingkar/melilit; bahasa Inggris: Leviathan) adalah monster yang disebut dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, khususnya (Mazmur 74:13-14; Mazmur 104:26; Ayub 3:8; Ayub 41; Yesaya 27:1).

Banyak juga yang mengatakan bahwa perkataan Lewiatan berasal dari akar kata lawa, yang berarti "membengkokkan", "memutar". Arti harafiahnya adalah 'membengkokan diri'. Sebagian ahli mengatakan mumgkin ini adalah bahasa pinjaman dari Babel. dalam Mazmur 74:14 Lewiatan dipakai sebagai petunjuk terhadap Firaun dan Keluaran sejajar dengan kata Ibrani tannin, 'raksasa sungai atau raksasa laut'

Kata lewiatan menjadi sinonim dengan mahluk atau monster laut. Pada buku novel Moby-Dick, lewiatan merujuk pada ikan paus raksasa, dan pada bahasa Ibrani modern, lewiatan berarti "ikan paus".Dan juga dalam beberapa mitologi lewiatan dikenal sebagai dewa lautan dalam mitologi Jepang atau Kanaan. Menurut beberapa sumber lewiatan adalah ular raksasa jahat berkepala tujuh.

Menurut Alkitab, lewiatan adalah makhluk raksasa yang hidup di lautan. Ia mempunyai kulit sangat keras yang mampu menghancurkan semua senjata. Selain itu ia juga memiliki mata yang bercahaya yang digunakan untuk melihat di lautan yang dalam dan gelap.

Di game-game seri Final Fantasy, "Leviathan" adalah Dewa penguasa lautan yang sangat ditakuti.

 

2. Rahab

Juga pada kitab Ayub 26:5-14 tentang Rahab yang mencatat kepercayaan mitos bangsa Kanaan.

26:5 Roh-roh di bawah menggeletar, demikian juga air dan penghuninya. 26:6 Dunia orang mati terbuka di hadapan Allah, tempat kebinasaanpun  tidak ada tutupnya. 26:7 Allah membentangkan utara  di atas kekosongan, dan menggantungkan bumi pada kehampaan. 26:8 Ia membungkus air di dalam awan-Nya, namun awan itu tidak robek. 26:9 Ia menutupi pemandangan takhta-Nya, melingkupinya dengan awan-Nya. 26:10 Ia telah menarik garis pada permukaan air, sampai ujung perbatasan antara terang dan gelap; 26:11 tiang-tiang langit bergoyang-goyang, tercengang-cengang oleh hardik-Nya. 26:12 Ia telah meneduhkan laut dengan kuasa-Nya dan meremukkan Rahab dengan kebijaksanaan-Nya. 26:13 Oleh nafas-Nya langit menjadi cerah, tangan-Nya menembus ular yang tangkas. 26:14 Sesungguhnya, semuanya itu hanya ujung-ujung jalan-Nya; betapa lembutnya bisikan yang kita dengar dari pada-Nya! Siapa dapat memahami guntur kuasa-Nya?"

 

Rahab:

1) Semacam naga purbakala yang melambangkan kekuasaan laut, kadang-kadang pula Mesir (bandingkan Lewiatan).

[PL] Yos 2:1-21; 6:22-25 [PB] Mat 1:5; Ibr 11:31; Yak 2:25

2) Dari bahasa Ibrani ‘rahav’: 'kebanggaan', 'kecongkakan', naga kekacauan betina (bnd Tiamat Babel), erat dihubungkan dengan *LEWIATAN. Ketika dikatakan bahwa Allah meremukkan Rahab dengan kebijaksanaan-Nya (Ayb 26:12), yg dimaksudkan ialah pengekangan kekuatan kacau-balau (terutama laut) pada zaman penjadian (bnd Ayb 9:13; 38:8-11). Tapi dalam PL bahasa ini sering dipakai mengenai peristiwa penyelamatan Israel dari Mesir, ketika sekali lagi Allah memperlihatkan kuasa-Nya atas laut dan kuasa lain yg menentang kehendak-Nya. Keluaran dimaksudkan dalam Mzm 89:11; Yes 51:9 (bnd Mzm 74:13, dst yg sama artinya, sekalipun Rahab tidak disebut dgn tandas). Dari pemakaian ini istilah Rahab menjadi sinonim puitis untuk Mesir (Mzm 87:4, 'Aku akan menyebut Rahab (Mesir) dan Babel di antara mereka yg mengenal Aku') dan Yes 30:7 ('Rahab dibuat menganggur') dan rekan naganya menjadi gambar Firaun (bnd Yeh 29:3).

 

Catatan lain: Rahab = "breadth"

1) pride, blusterer

1a) storm, arrogance (but only as names)

1a1) mythical sea monster

1a2) emblematic name of Egypt

 

1) storm, arrogance (but only as names)

1a) mythical sea monster

1b) emblematic name of Egypt

 

Rahab. (catatan lain tentang Rahab ‘lain’ yang sering kita dengar).

Seorang --> perempuan sundal di Yerikho (Yos 2:1-24), yang menyelamatkan dua orang Isr. yang menjadi pengintai. Oleh karena itu ~R dan keluarganya tetap dilindungi keselamatan hidupnya (Yos 6:17-25). Di dalam PB itu ~R dipuji karena imannya (Ibr 11:31; Yak 2:25). Pada Mat 1:5 ~R muncul dalam daftar silsilah Yesus. Sastra para rabi menyebutkan ~R menjadi ibu-asal dari berbagai keturunan imam dan nabi.

 

Ancient Near East (Timur Dekat Kuno)

Daerah Timur Dekat Kuno sangat lekat dengan segala kepercayaan bahwa samudera/ lautan merupakan tempat dimana figur setan (yang jahat/ pemberi petaka) tinggal. Dalam kepercayaan mereka, samudera/ lautan merupakan tempat yang diidentifikasi sebagai sumber dari kuasa di luar manusia yang jahat seperti: petaka dan marabahaya.

 

Mitos dari kepercayaan Kanaan Kuno melihat lautan sebagai bentuk kuasa revolusi kepada Sang Pencipta..

Naskah-naskah dari Ugaritik menampilkan kuasa baal atau berhala sebagai the Prince of the Sea dan the Judge of the River. Akan ide kuasa baal ini, Perjanjian Lama selalu memberikan referensi bagaimana di atas semua ‘kuasa’ yang ada itu tetaplah Yahweh di atas segalanya yang menguasai ‘kuasa’ bawahannya tersebut. Semua ‘kuasa’ bawahannya tersebut selalu mendengar dan taat akan suara dan perintah Yahweh. “Ia telah meneduhkan laut dengan kuasaNya”, begitulah seperti tercatat di kitab Ayub pada saat Yahweh harus berurusan dengan ‘kuasa’ bawahannya. Sebab Yahweh adalah Pencipta dan TIDAK ada tandingannya. 

Bangsa Mesir Kuno mungkin adalah bangsa yang paling ‘fanatik’ jika menunjuk kepada ‘kuasa’ kesuburan pada air atau lautan, khususnya menunjuk kepada Sungai Nil mereka. Untuk menghardik kepercayaan mereka, kita melihat sebagaimana tercatat pada kitab Keluaran bahwa Yahweh memerintahkan Musa untuk membawa tulah pertamanya atas Sungai Nil dengan mengubahnya menjadi darah (Keluaran 4:9). Ini semua tidak lain dan tidak bukan untuk mendomenstrasikan bahwa apapun ‘kuasa’ yang ada di air atau Sungai Nil tersebut tetaplah Yahweh yang lebih besar bahkan tetap yang terbesar. Sangat mudah bagi Yahweh untuk mengubah keberadaan Sungai Nil yang begitu subur dalam sekejap menjadi fatal berubah menjadi darah sebagai lambang kematian. Sekali lagi, pesannya jelas, bahwa Yahwehlah Sang Penguasa Tunggal dan TIDAK ada kuasa lain selain daripadaNya.

Dari sisi geografisnya, Timur Dekat Kuno merujuk kepada sebuah peradaban awal di dalam daerah Timur Tengah modern saat sekarang. Terdiri dari Mesopotamia (Irak dan timur laut Syria), Mesir Kuno, Iran Kuno (Elam, Media, Parthia dan Persia), Armenia, Anatolia (Turki) dan Levant (Syria, Lebanon, Israel, Palestine, Jordan, Cyprus, dan Kreta).

Israel kuno merupakan bagian dari daerah yang sering disebut dengan Timur Tengah yang membentang dari Laut Tengah di sebelah barat sampai Pegunungan Zagros di sebelah timur; dari Kaukasus (satu kawasan yang terletak antara Laut Hitam dan Laut Kaspia) di sebelah utara sampai Laut Merah, Padang Gurun Arab dan Teluk Persia di sebelah selatan.

Bangsa Israel menempati daerah yang kecil jika dibandingkan dengan negara-negara di sekitarnya. Namun meskipun kecil, Israel merupakan daerah yang sangat strategis, karena daerah kecil ini merupakan jembatan yang menghubungkan tiga benua: Asia, Afrika dan Eropa. Jalan-jalan utama yang menghubungkan tiga benua ini melewati Israel. Oleh karena Israel merupakan daerah yang sangat strategis, maka negara-negara besar di sekitar Israel berusaha untuk menguasai daerah ini, karena dengan dikuasainya daerah ini, maka negara bersangkutan akan menguasai baik jalur perdagangan maupun politik dunia.

Timur Dekat kuno merupakan daerah besar yang terdiri dari tiga daerah penting, yaitu Mesopotamia, Suriah-Palestina dan Mesir, yang membentang membentuk bulan sabit.

Oleh karena sangat kaya dengan air dan juga merupakan daerah pertanian yang sangat subur, maka sering juga disebut dengan “Bulan Sabit yang Subur”. Daerah ini dikelilingi oleh benteng-benteng alam, yaitu pegunungan-pegunungan yang tinggi di sebelah utara dan padang gurun yang sangat luas di sebelah selatan; dan meskipun demikian, daerah ini merupakan dataran yang sangat subur dan kaya akan air.

 

Kepercayaan akan makhluk laut

Sekali lagi kepercayaan akan ‘kuasa’ makhluk laut sangat kental beredar dari catatan-catatan kuno yang ditemukan akan mitologi daerah Timur Dekat Kuno. Catatan ikonografi bangsa Sumeria memperlihatkan tentang mitos kuasa Ninurta yang berkuasa atas makhluk luar berkepala tujuh. Catatan-catatan lainnya juga memperlihatkan bahwa dewa-dewa Ba’al, Yam (Kanaan), Marduk, Tiamat (Babilonia), Atum, Nehebkau (Mesir) selalu mengambil rupa makhluk laut.

 

Doktrin Pagan yang Disisipkan ke dalam Taurat

Semasa Musa masih hidup, bangsa Israel telah mulai membuat tiruan dari berhala-berhala yang mereka lihat di Mesir dan menyembahnya (ingat persitiwa pada saat Musa menghadap Yahweh ke Gunung Sinai). Setelah Musa wafat, makin sedikit yang menghalangi mereka dari penyelewengan lebih jauh kepada kepercayaan-kepercayaan pagan ini. Tentu saja, hal ini tidak terjadi pada semua orang Yahudi, tetapi sebagian mereka memang mengekstrak paganisme bangsa Mesir. Sebagian dari mereka meneruskan doktrin-doktrin kependetaan Mesir (para ahli sihir Firaun), yang menjadi asas bagi kepercayaan kaum itu, dan merusak keimanan mereka sendiri akan Yahweh.

 

Akhirnya, hingga saat ini pun, doktrin dan pandangan-pandangan pagan tersebut masih dimasukkan ke dalam agama Yahudi dari Mesir Kuno seperti dalam kitab/ buku Kabbalah (ingat Blog saya akan Yudaisme). Seperti sistem dari para pendeta Mesir, Kabbalah merupakan sistem esoterik (mistik, bersifat ritual dan kerohanian), dan berlandaskan pada praktik sihir. Yang menarik, Kabbalah memberikan pendekatan yang sangat berbeda tentang penciptaan daripada yang ditemukan di dalam Taurat, yakni penceritaan materialis, yang berdasarkan kepada gagasan Mesir Kuno tentang keberadaan kekal dari material.

Jelaslah bahwa Kabbalah disusun bertahun-tahun sebelum keberadaan Taurat. Bagian paling penting dari Kabbalah adalah sebuah teori tentang pembentukan alam semesta. Teori ini sangat berbeda dengan kisah penciptaan yang diterima oleh agama-agama ketuhanan. Menurut Kabbalah, pada awal penciptaan, muncullah benda-benda yang disebut Sefiroth, artinya “lingkaran-lingkaran” atau “orbit-orbit”, yang mengandung baik sifat material maupun spiritual. Benda-benda ini berjumlah 32. Sepuluh yang pertama mewakili bintang-bintang di angkasa. Keistimewaan Kabbalah ini menunjukkan bahwa ia berhubungan erat dengan sistem kepercayaan astrologis kuno.

Penting untuk dilihat bahwa dosa-dosa dari bangsa Israel sudah seringkali diceritakan di dalam kitab suci Yahudi sendiri, Perjanjian Lama. Di dalam kitab Nehemiah, sebentuk kitab sejarah di dalam Perjanjian Lama, kaum Yahudi mengakui dosa mereka dan menyesal.

“Keturunan orang Israel memisahkan diri dari semua orang asing, lalu berdiri di tempatnya dan mengaku dosa mereka dan kesalahan nenek moyang mereka. Sementara mereka berdiri di tempat dibacakanlah bagian-bagian daripada kitab Taurat TUHAN, Allah mereka, selama seperempat hari, sedang seperempat hari lagi mereka mengucapkan pengakuan dan sujud menyembah kepada TUHAN, Allah mereka. Di atas tangga tempat orang-orang Lewi berdirilah Yesua, Bani dan Kenani. Dengan suara yang nyaring mereka berseru kepada TUHAN, Allah mereka.

 … (Mereka berkata:) “…Mereka (nenek moyang kami) mendurhaka dan memberontak terhadap-Mu. Mereka membelakangi hukum-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu yang memperingatkan mereka dengan maksud membuat mereka berbalik kepada-Mu. Mereka berbuat nista yang besar . Lalu Engkau menyerahkan mereka ke tangan lawan-lawan mereka, yang menyesakkan mereka. Dan pada waktu kesusahan mereka berteriak kepada-Mu, lalu Engkau mendengar dari langit dan karena kasih sayang-Mu yang besar Kau berikan kepada mereka orang-orang yang menyelamatkan mereka dari tangan lawan mereka. Tetapi begitu mereka mendapatkan keamanan, kembali mereka berbuat jahat di hadapan-Mu. Dan Engkau menyerahkan mereka ke tangan musuh-musuh mereka yang menguasai mereka. Kembali mereka berteriak kepada-Mu, dan Engkau mendengar dari langit, lalu menolong mereka berulang kali, karena kasih sayang-Mu dan mereka berdosa terhadap peraturan-peraturan-Mu, yang justru memberi hidup kepada orang yang melakukannya. Mereka melintangkan bahu untuk melawan, mereka bertegang leher dan tidak mau dengar.

 … Tetapi kerana kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka, karena Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang.

 Sekarang, ya Allah kami, Allah yang Mahabesar, kuat, dan dahsyat, … Tetapi Engkaulah yang benar dalam segala hal yang menimpa kami, karena Engkau berlaku setia dan kamilah berbuat fasik. Juga raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami, imam-imam kami, dan nenek moyang kami tidak melakukan hukum-Mu. Mereka tidak memerhatikan perintah-perintah-Mu dan peringatan-peringatan-Mu yang Kauberikan kepada mereka. Dalam kedudukan sebagai raja mereka tidak mau beribadah kepada-Mu, walaupun Engkau telah mengurniakan kepada mereka banyak kebaikan dan telah menyediakan bagi mereka tanah yang luas dan subur. Mereka tidak berbalik dari perbuatan-perbuatan mereka yang jahat.”

(Nehemiah, 9: 2-4, 26-29, 31-35)

Bagian ini mengungkapkan keinginan yang dimiliki segolongan kaum Yahudi untuk mengembalikan keimanan mereka kepada Yahweh, tetapi dalam perjalanan sejarah bangsa Israel, segolongan lain perlahan meraih kekuatan, mendominasi yang lainnya dan kemudian sepenuhnya kembali kepada paham dan kepercayaan pagan dengan menentang kekuasaan Yahweh.

Kerana inilah, di dalam Taurat dan kitab-kitab lain pada Perjanjian Lama, terdapat elemen-elemen dan ‘bahasa’ yang berasal dari doktrin pagan yang fasik, di samping yang disebutkan di atas, yang intinya selalu tetap mengajak untuk kembali kepada Yahweh yang benar.

Jika paham pagan ini terus dibedah, maka, sangat mungkin untuk menemukan di dalamnya sebuah jejak-jejak nyata dari ideologi materialis dari bangsa Mesir Kuno namun itu sudah menjadi ‘keluar’ dari track yang saya tuju dari pembuatan Blog ini. Oleh sebab itu, pembahasan ide paganisme Mesir tidak diteruskan lebih mendalam agar kita tetap di orientasi tujuan dari penulisan Blog Lucifer ini. Pada Blog berikutnya kita akan mulai merunutnya kepada ide Dualisme bangsa Kanaan.

 

 

 

jlwijaya's picture

RDF:berikan sumber pustaka dari tulisan anda

-Banyak tulisan ternyata sumber pustakanya hanyalah sebuah kepalsuan jadi tolong cantumkan sumber pustaka dari tulisan2 anda.

RDF's picture

sumber pustaka

-tulisan dalam Blog-Blog saya adalah sebuah paparan perunutan tentang asal muasal Lucifer seperti saya sampaikan pada Blog pertama saya yang merupakan hasil pemikiran dan perunungan panjang.

-Sumber pustaka utamanya adalah setiap catatan-catatan pada Alkitab yaitu berupa Kitab dan ayat-ayat yang selalu saya kutip dan tuliskan ulang secara lengkap (terkadang harus mengambil versi bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia yang saya cantumkan jelas versinya).

-Ketika menunjuk kepada sebuah fakta sejarah, seperti letak geografis tempat atau keberadaan sebuah bangsa dan suku, serta budayanya saya menunjuk kepada nama, buku dan tahun yang saya tulis dengan jelas.

-Sumber-sumber runutan lain seperti Kitab Tanakh Yahudi juga saya nyatakan jelas. Catatan-catatan atau sumber dokumen lain juga saya nyatakan jelas.

-Untuk definisi umum dan kepentingan otentifikasi serta validasi semua rujukan dapat dilakukan pengujian ulang melalui ensiklopedia dunia ataupun sekarang dengan mudah dengan internet 'wikipedia'

-Setelah paparan saya lengkap dalam kumpulan Blog-Blog yang tersaji dalam SABDA Space, saya akan menerbitkan versi BUKU untuk 'Lucifer' ini dan tentunya akan mengikuti aturan penulisan sebuah Buku seperti Pendahuluan, Daftar Isi, Pustaka, dll

 

Salam 

Orang Bijak III's picture

Keep the Faith

Tetaplah yakin dan percaya kepada Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus.... walaupun ada begitu banyak dewa dan dewi ataupun allah lain menurut mitos ataupun kitab-kitab lainnya, ataupun pengajaran-pengajaran...

Keep the Faith