Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pendahuluan (Bagian 12-2): Kajian Lucifer – Merunut Kabar (Dari) Burung

RDF's picture

Masuknya Agama-Agama (agama impor) ke Indonesia

 

Berdasar catatan sejarah, kelompok pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal, Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan dengan kultur di Indonesia. 

Hindu dan Buddha telah dibawa ke Indonesia sekitar abad kedua dan abad keempat Masehi ketika pedagang dari India datang ke Sumatera, Jawa dan Sulawesi, membawa agama mereka. Hindu mulai berkembang di pulau Jawa pada abad kelima Masehi dengan kasta Brahmana yang memuja Siva.

 

Pedagang juga mengembangkan ajaran Buddha pada abad berikut lebih lanjut dan sejumlah ajaran Buddha dan Hindu telah memengaruhi kerajaan-kerajaan kaya, seperti Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan Sailendra. Sebuah candi Buddha terbesar di dunia, Borobudur, telah dibangun oleh Kerajaan Sailendra pada waktu yang sama, begitu pula dengan candi Hindu, Prambanan juga dibangun. Puncak kejayaan Hindu-Jawa, Kerajaan Majapahit, terjadi pada abad ke-14 M, yang juga menjadi zaman keemasan dalam sejarah Indonesia. 

Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-14 melalui pedagang di Gujarat, India. Islam menyebar sampai pantai barat Sumatera dan kemudian berkembang ke timur pulau Jawa. Pada periode ini terdapat beberapa kerajaan Islam, yaitu kerajaan Demak, Pajang, Mataram dan Banten. Pada akhir abad ke-15 M, sebanyak 20 (dua puluh) kerajaan Islam telah dibentuk, mencerminkan dominasi Islam di Indonesia. Kristen Katolik dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa Portugis, khususnya di pulau Flores dan Timor. Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16 M dengan pengaruh ajaran Calvinis dan Lutheran.

Wilayah penganut animisme di wilayah Indonesia bagian Timur, dan bagian lain, merupakan tujuan utama orang-orang Belanda, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua dan Kalimantan. Kemudian, Kristen menyebar melalui pelabuhan pantai Borneo, kaum misionarispun tiba di Toraja, Sulawesi. Wilayah Sumatera juga menjadi target para misionaris ketika itu, khususnya adalah orang-orang Batak, dimana banyak saat ini yang menjadi pemeluk Protestan.

Perubahan penting terhadap agama-agama juga terjadi sepanjang era Orde Baru. Antara tahun 1964 dan 1965, ketegangan antara PKI dan pemerintah Indonesia, bersama dengan beberapa organisasi, mengakibatkan terjadinya konflik dan pembunuhan terburuk pada abad ke-20. Atas dasar peristiwa itu, pemerintahan Orde Baru mencoba untuk menindak para pendukung PKI, dengan menerapkan suatu kebijakan yang mengharuskan semua untuk memilih suatu agama, karena kebanyakan pendukung PKI adalah ateis. Sebagai hasilnya, tiap-tiap warganegara Indonesia diharuskan untuk membawa kartu identitas pribadi yang menandakan agama mereka. Kebijakan ini mengakibatkan suatu perpindahan agama secara massal, dengan sebagian besar berpindah agama ke Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Karena Konghucu bukanlah salah satu dari status pengenal agama, banyak orang Tionghoa juga berpindah ke Kristen atau Buddha. 

 

Sosok Setan/ hantu/ makhluk halus dan mitologi asli Nusantara

 

1.    Pocong

2.    Kuntilanak

3.    Wewe Gombel atau kolong wewe

4.    Tuyul

5.    Babi ngepet

6.    Ratu Laut Selatan

7.    Jailangkung

8.    Jenglot

9.    Sundel Bolong

10. Barong

11. Batara Kala

12. Leyak

13. Genderuwo

 

Okultisme: Pengertian dan Perkembangannya hingga di Negeri Indonesia

Kehidupan masyarakat saat ini, baik di Indonesia maupun global, diwarnai oleh banyaknya paham dan praktek keagamaan.

Di Indonesia, agama-agama yang ada itu terdiri dari beberapa corak, yaitu:

Pertama, agama-agama umum dan konvensional, seperti Hindu, Buddha, Islam dan Kristen

Kedua, agama (dan budaya-adat) yang masih dianut dan dipraktekkan di dalam masyarakat-suku tertentu, seperti Parmalim (Batak), Kaharingan (Dayak), Marapu (Sumba) dan Kedjawen (Jawa)

Ketiga, agama atau gerakan-gerakan keagamaan yang menekankan spiritualitas atau keagamaan pribadi (atau agama diri, the religion of the Self), atau kelompok yang digolongkan ke dalam gerakan zaman baru (New Age Movement), seperti (yang di Indonesia) Brahma Kumaris, Anand Ashram, dan kelompok-kelompok Yoga

Keempat, aliran keagamaan yang berakar pada agama suku/ asli Indonesia dan agama Hindu, Buddha, Islam dan Kristen, yaitu aliran-aliran kepercayaan atau kebatinan (seperti Pangestu, Sumarah, Sapta Dharma dan Subud)

Kelima, aliran keagamaan yang dianggap sesat oleh mayoritas penganut agamanya, seperti yang muncul dari dalam Islam misalnya Kerajaan Eden (Lia Eden) dan Satrio Piningit Wedang Buwono sedangkan yang muncul dari dalam agama Kristen seperti Children of God dan Satanic Church.

Dari dalam umat agama atau aliran keagamaan di atas, beredar paham dan praktek yang berdasarkan kepercayaan kepada adanya alam supranatural atau alam lain yang tidak tampak dengan mata, serta adanya mahluk-mahluk supranatural (atau mahluk halus) yang memiliki kekuatan atau kesaktian, atau juga adanya mahluk asing yang berasal dari alam semesta lain. Di dalam alam ini terdapat baik oknum atau sosok kuat dan sakti atau sosok satanik, dan energi atau kekuatan yang tidak kelihatan namun dapat berpengaruh (baik atau buruk) kepada manusia dan yang dimanfaatkan oleh orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk itu, misalnya sosok atau mahluk halus seperti hantu atau setan, roh atau arwah, jin, tuyul, mayat hidup (Zombie), benda-benda yang dipercayai memiliki kesaktian, atau benda-benda yang menjadi tempat berdiam mahluk halus.

Paham dan praktek kepercayaan inilah yang saat ini disebut sebagai Okultisme.  

Kata Indonesia “Okultisme” dibentuk dari kata Inggris Occultism dan Perancis Occultisme, yang berasal dari kata Latin Occultus, artinya yang tersembunyi, yang tidak kelihatan, rahasia atau misteri juga berarti yang di luar atau melampaui alam atau natur, karena itu ia di sebut juga yang supra-natural.

Dari pengertian asal katanya itu, Okultisme lalu didefinisikan sebagai paham atau kepercayaan terhadap alam supranatural, atau yang misterius, rahasia atau yang gaib, dengan berbagai sosok gaib dan misterius, yang diikuti oleh berbagai ritual atau ritus dengan tujuan tertentu. Bahwa di balik kenyataan hidup yang kelihatan ini, ada dunia atau oknum atau hal-hal yang tidak kelihatan, tetapi yang dapat mempengaruhi hidup manusia yang nyata dan bahwa hal-hal misterius itu dapat dimanfaatkan bagi kepentingan manusia.

Kata “okultisme” diduga dipergunakan untuk pertama kali oleh seorang Perancis, yaitu Eliphas Levi (1810-1875) dengan istilah occultisme. Kemudian seorang Inggris, yaitu A.P. Sinnet (1881) menggunakan istilah occultism. (Kata Indonesia “okultisme” tampaknya berasal dari kata Inggris tersebut). Setelah pengunaan di Perancis dan Inggris itu, istilah Okultisme mulai banyak digunakan. Tahun 1940-an mulai menjadi topik yang marak dibicarakan dan tahun 1951, kata itu dimasukkan sebagai salah satu kata dalam Encylopedia of Religion and Ethics.

Di dalam masyarakat Barat, khususnya masyarakat Eropa yang dipengaruhi oleh rasionalisme dan ilmu pengetahuan, khususnya setelah masa renaisans dan kebangkitan, Okultisme dikembangkan lebih ke arah sebuah ilmu atau menjadi ilmu dan seni. Karena itu, di tempat munculnya pembahasan yang serius dan sistematis tentang Okultisme, atau di Eropa, pada masa-masa awal, yaitu mulai sekitar akhir tahun 1600-an, Okultisme diakui dan dikelompokkan sebagai ilmu dan seni. Ketika itu Okultisme dibahas di dalam bidang Esoterisme (serupa ilmu kebatinan), yaitu paham atau ajaran dan ilmu tentang hal-hal yang tersembunyi atau rahasia atau misterius di dalam alam ini. Hal-hal itu hanya dapat dipahami oleh orang tertentu atau yang memiliki pengetahuan khusus. Misalnya, astrologi-horoskop dan al-kimia (seperti membuat logam biasa menjadi emas). Namun tahun 1700-an, Okultisme tidak lagi diakui sebagai ilmu oleh para ilmuan di Perancis. Ini dipengaruhi oleh rasionalisme absolut dan ilmu pengetahuan yang mulai berjaya ketika itu. Okultisme kemudian terpinggirkan dan mengalami kemandekan sebagai ilmu dan seni dan apalagi Okultisme sebagai unsur/agama.

Sebagai agama, Okultisme, sebagaimana juga agama Kristen, tidak sanggup menjawab tantangan rasionalisme dan ilmu pengetahuan. Okultisme baru muncul lagi sebagai ilmu, seni dan agama ketika masa revolusi industri di Eropa abad 18 dan 19. Ternyata rasio dan ilmu pengetahuan dan agama institusional, dalam hal ini, Kristen, tidak dapat menjawab berbagai kebutuhan spiritual/batin manusia. Kemajuan industri dan kemakmuran hidup tidak memberikan kepuasan batin kepada manusia; kebutuhan batin ini yang kemudian diusahakan dipenuhi melalui paham-paham dan usaha-usaha pencarian, penemuan dan penyatuan dengan hal-hal atau sosok-sosok yang bersifat gaib/supranatural atau yang rahasia atau misterius. Dengan begitu, di Eropa, Okultisme, baik sebagai ilmu, seni dan agama, kemudian tumbuh dan berkembang lagi sampai saat ini. Namun, Okultisme di Eropa saat ini lebih berkaraktek agama atau seni pengolah batin atau spiritualitas untuk kesempurnaan diri. Karena itu, bentuk Okultisme seperti Yoga sangat digemari.

Di dalam masyarakat barat yang lain, yaitu Amerika, khususnya Amerika Utara (Amerika dan Kanada), Okultisme muncul dan berkembang pesat di saat yang Eropa terpinggirkan, yaitu mulai sekitar tahun 1700-an. Namun Okultisme di Amerika itu berkembang ke arah yang lebih bersifat keagamaan; belum menjadi paham yang dikembangkan sebagai seni dan ilmu. Di Amerika, Okultisme lebih menonjolkan spiritisme dan terutama satanisme atau demonisme. Hal ini karena pengaruh agama Kristen (yang kemudian diwarnai juga oleh aliran-aliran pentakostal, injili dan kharismatik) dengan ajaran-ajarannya yang menonjolkan tentang roh (kudus dan jahat/iblis) dan penekanan pada ajaran anti-demonik, anti setan dan anti roh jahat. Nanti di zaman modern, Okultisme di Amerika berkembang juga ke arah ilmu, yaitu usaha mencari dan menemukan serta memahami adanya alam dan mahluk-mahluk misterius yang mendiami tempat atau barang tertentu atau yang berasal dari dunia lain seperti UFO. Jadi, Okultisme di Amerika memiliki dua corak, yaitu ilmu-seni dan agama.

Secara psikologis, manusia mengandung unsur yang misterius, yaitu jiwa (atau roh menurut teologi) yang menghidupkan. Juga yang masih dianggap misterius (walaupun sudah dapat dijelaskan dengan ilmu sosial dan kejiwaan) adalah hal-hal yang tidak kelihatan di alam ini tetapi yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian atau terutama keadaan atau nasib hidup. Karena unsur yang misterius inlah maka manusia umumnya dekat dengan atau memiliki kecenderungan untuk mempercayai hal-hal yang miterius, baik seseorang itu memiliki agama/kepercayaan (sebagai sebuah sistem) atau tidak. Hal-hal yang misterius ini mendapatkan konsep atau formatnya melalui pemikiran, refleksi dan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat oleh manusia. Misalnya kemudian manusia menyimpulkan bahwa ada kekuatan (ilahiah kalau dalam agama) yang menyebabkan gunung meletus, atau banjir bandang, atau topan tornado. Bahwa ada mahluk yang tidak kelihatan yang sedang menunggui mata air atau sebuah pohon yang besar. Bahwa seseorang meninggal karena arwahnya meninggalkan tubuhnya dan pada saat tertentu arwah orang yang telah meninggal itu bergentayangan dan akan mengajak saudaranya untuk ikut pergi. Terhadap pemahaman atau kepercayaan-kepercayaan ini, orang lalu melakukan ritus dengan tujuannya sendiri-sendiri. Umumnya kepercayaan dan ritualseperti itu diungkapkan dan atau ditemukan di dalam ajaran-ajaran dan praktek agama.

Dari ajaran dan praktek yang dijalankan penganutnya, Okultisme tampak memiliki unsur-unsur utama yang juga ada di dalam agama yang sudah melembaga atau agama institusional seperti Hindu, Buddha, yahudi, Islam dan Kristen, serta agama-agama suku, yaitu ajaran tentang alam dan sosok supranatural, kekuatan-kekuatan (spiritisme dan satanisme) yang tidak kelihatan dan ritus-ritus yang dilakukan dalam rangka kepercayaannya itu. Karena itu, ia dapat disebut juga sebagai agama. Melihat kesamaan unsur-unsur yang merupakan ajaran-ajaran agama, maka Okultisme dapat juga disebut sebagai unsur pembentuk atau bagian dari agama. Okultisme berbeda dari agama institusional secara umum karena ada unsur-unsur utama di dalam agama yang tidak diajarkan di dalam Okultisme, seperti tentang Tuhan-Allah, Surga dan Neraka, Kitab Suci dan umat serta aturan yang tertata sebagai sebuah lembaga. Namun karena statusnya sebagai agama atau bagian dari agama, Okultisme tidak dapat dipisahkan dari agama. Di bawah ini akan diperlihatkan unsur dan ajaran agama-agama umumnya yang sama dengan ajaran Okultisme.

Beberapa kepercayaan yang sejajar dengan Okultisme adalah:

Dinamisme, animisme, spiritisme, demonisme/ satanisme, totemisme, fetisisme, magisme, mistisisme, numerisme dan simbolisme, superstisi (tahyul), dan partisipasi.

Terkait dengan jejak pencarian sosok Lucifer yang diyakini sebagai wujud setan atau Iblis sebelum hari kejatuhannya, ranah okultisme yang masuk di dalamnya yang sangat dekat dengan apa yang diyakini oleh agama Kristen secara umum dan di Indonesia secara khususnya adalah pada kepercayaan Satanisme/ demonisme.

Definisinya sesuai dengan catatan dari Stanley Rambita dalam Makalahnya adalah:

Demonisme atau Satanisme, yaitu kepercayaan pada adanya mahluk halus (yang disebut hantu atau setan, atau juga iblis). Mahluk halus ini dapat dilihat oleh manusia atau pun tidak dapat dilihat. Manusia yang dapat melihat mahluk ini adalah yang memiliki kelebihan khusus. Demon ini, dengan kemauannya sendiri juga dapat menampakan diri pada orang-orang tertentu, dan dapat melakukan sesuatu yang buruk pada manusia. Demon biasanya dipercayai sebagai sosok yang menakutkan dan jahat. Karena itu, biasanya orang merasa takut kepadanya atau sosok itu dipakai untuk menakut-nakuti orang (biasanya anak kecil). Hantu atau setan ini berbeda dengan Iblis. Iblis lebih menunjuk kepada kekuatan atau kuasa jahat yang menggerakkan atau menguasai keadaan atau seseorang. Iblis muncul dalam perkataan dan perbuatan buruk atau jahat dari seseorang atau hewan yang dikuasainya (seperti ular dalam cerita Alkitab/Kejadian). Sedangkan setan atau hantu tampak dalam penampilannya sebagai mahluk aneh, buruk dan menakutkan, atau dalam bentuk atau penjelmaan dari seseorang yang sudah meninggal.

Okultisme dan Gereja di Indonesia 

Di dalam wacana keagamaan, khususnya dalam teologi Kristen, isu tentang Okultisme mendapat perhatian yang sangat besar. Dimulai pada akhir tahun 1940-an dan khususnya pada awal tahun 1950-an, pembicaraan mengenai topik ini muncul di berbagai tulisan.

Mead dalam tulisannya tahun 1951 menyebut istilah Okultisme sebagai penemuan baru. Menurutnya, istilah itu masih tidak ditemukan di dalam banyak kamus pada saat itu. Tahun 1970-an memperlihatkan giatnya kalangan Kristen, khususnya di Amerika, dalam menaggapi Okultisme. Saat ini, banyak buku yang ditulis tentang Okultisme, khususnya dari kelompok pentakostal dan kharismatik. Sampai tahun-tahun terakhir, di kalangan Kristen dunia, khususnya yang memiliki hubungan dengan aliran-aliran gereja pentakostal dan kharismatik di Amerika, termasuk yang di Indonesia, isu tentang Okultisme mendapat perhatian yang serius. Di pihak lain, gereja-gereja yang beraliran tradisional (khususnya anggota PGI), topik ini tidak diberi perhatian yang berarti.

Di dalam pemikiran keagamaan, khususnya Kristen, Okultisme berasal dari yang jahat yang bertentangan dengan Tuhan yang disembah. Okultisme dinilai sebagai paham dan praktek hidup yang salah. Bahwa unsur-unsur Okultisme, misalnya setan/hantu yang mengganggu atau menyengsarakan manusia harus dihadapi, diusir, dikalahkan dan dibinasakan, seperti Yesus mengusir roh jahat dari seorang perempuan. Okultisme kini merupakan kelanjutan dari Okultisme di zaman Yesus, di mana Yesus mencontohkan sikap yang anti-okultisme dan sosok-sosok gaib seperti roh jahat dan iblis. Karena itu, di dalam praktek banyak kalangan Kristen, baik di Indonesia maupun di luar negeri, khususnya di kalangan aliran pentakostal, injili dan kharismatik, soal pengusiran setan (exorcism) dari tubuh manusia atau benda tertentu atau juga penyembuhan ilahi dengan mengusir roh jahat merupakan hal yang penting dan dilakukan di dalam ibadah-ibadah. Selain pengusiran setan, peperangan rohani (spiritual warfare) juga mendapat perhatian khusus pada aliran Kristen ini dewasa ini.

 

 

Referensi:

Wikipedia Umum

Okultisme Dan Agama Suku, Stanley R. Rambitan

 

widdiy's picture

@rdf, batara kala, jailangkung, leak

Batara Kala bukan asli mitologi Nusantara, tapi mitologi Hindu.

Dewa Siwa sedang jalan-jalan dengan Dewi Uma di tepi laut, "air mani" Dewa Siwa menetes ke laut ketika melihat betis Dewi Uma karena angin berhembus menyingkap kain Sang Dewi. Dewa Siwa ingin mengajak Dewi Uma untuk berhubungan badan, namun Sang Dewi menolaknya karena prilaku Dewa Siwa yang tidak pantas dengan prilaku Dewa-Dewi di kahyangan. Akhirnya mereka berdua kembali ke kahyangan. Air mani Dewa Siwa menetes ke laut kemudian ditemukan oleh Dewa Brahma dan Wisnu. Benih tersebut kemudian diberi japa mantra. Dari benih seorang Dewa tersebut, lahirlah seorang rakshasa yang menggeram-geram menanyakan siapa orangtuanya. Atas petunjuk dari Dewa Brahma dan Dewa Wisnu, raksasa itu mengetahui bahwa Dewa Siwa dan Dewi Uma adalah orangtuanya. ......(copy & paste dari Wikipedia).

Jailangkung bukan sosok makhluk halus, tetapi permainan tradisional yang menggunakan ritual supranatural, dipercaya dapat memanggil roh / arwah yang kemudian memasuki sebentuk boneka yang dibuat dari keranjang dan siwur (gayung dari batok kelapa).

Jailangkung tampaknya juga bukan asli Nusantara tetapi ada pengaruh dari Tiongkok:

Asal penggunaan istilah "Jailangkung" diduga berhubungan dengan sebuah Kepercayaan tradisional Tionghoa yang telah punah. Ritual ini adalah tentang adanya kekuatan dewa "Poyang" dan "Moyang" (mirip istilah "nenek moyang") yaitu Cay Lan Gong ("???", "Dewa Keranjang") dan Cay Lan Tse yang dipercaya sebagai dewa pelindung anak-anak. Permainan Cay Lan Gong juga bersifat ritual dan dimainkan oleh anak-anak remaja saat festival rembulan.

Dalam ritual Cay Lan Gong, dewa "Poyang" dan "Moyang" dipanggil agar masuk ke sebuah boneka keranjang yang tangannya dapat digerakkan. Pada ujung tangan boneka tersebut diikatkan sebuah alat tulis, biasanya kapur. Boneka tersebut juga dihiasi dengan pakaian manusia, dikalungi kunci dan dihadapkan ke sebuah papan tulis, sembari menyalakan dupa. Saat boneka tersebut menjadi terasa berat menurut mereka menjadi pertanda bahwa boneka itu telah dirasuki dewa, dan bergerak mengangguk sebagai pertanda setuju setelah ditanyakan siap tidaknya untuk ditanyai, jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan akan dituliskan oleh dewa yang merasuki boneka tersebut pada papan tulis yang disediakan.

Ritual Cay Lan Gong sendiri telah punah di Tiongkok, namun diduga ritual dan namanya kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia, menjadi Jailangkung dan masih hidup karena hubungan negeri Tiongkok dan Nusantara yang telah berlangsung ribuan tahun. Berbeda dengan Cay Lan Gong, media yang digunakan untuk menampung dewa yang dipanggil dalam Jailangkung adalah gayung penciduk air yang diiringi dengan nyala kemenyan dan perapian. Jaman dahulu gayung terbuat dari tempurung kelapa yang digagangi kayu, sehingga dalam perkembangannya, permainan Jailangkung di Nusantara lebih dikenal dengan ritual pemanggilan dewa lewat boneka berkepala tempurung kelapa yang didandani pakaian. Tetap sebagai permainan anak, boneka ini akan dipegang oleh dua anak yang masih kecil dan dipandu oleh seorang pawang yang memanggil dewa dengan sebuah mantra. Jawaban dari semua pertanyaan akan dituliskan pada sehelai kertas, batu tulis atau kapur. Ritual ini dalam perkembangannya di Indonesia mulai digunakan untuk hal-hal selain permainan belaka, seperti untuk mencari informasi tentang diagnosa penyakit dan pengobatannya oleh praktisi kesehatan non-konvensional.

Oleh orang Jawa, permainan Jailangkung dikenal dengan sebutan "Nini Thowong" atau "Nini Thowok". Permainan ini tidak hanya dikenal sebagai permainan tradisional anak-anak, tapi juga dilakukan sebagai usaha menjaga keselamatan desa dan menolak bala. Untuk tujuan tersebut, ritual ini dilakukan bukan oleh anak kecil, melainkan orang yang sudah dewasa. .....(copy & paste dari Wikipedia)

Leak (bukan leyak) menurut mitologi Bali, adalah manusia biasa yang mempraktekkan ilmu sihir, sehingga bisa berubah wujud. Ilmu leak hanya berlaku di Bali, sehingga tidak ada leak di luar Bali (kutipan dari Wikipedia)

Demikian tambahan dari saya Bro....moga bermanfaat.

Salam...

 

 

RDF's picture

@widdiy: Masukan yang berharga

Bro,

catatan yang bro berikan terkait setan-setan: batara kala, jailangkung dan leak merupakan catatan berharga yang akan RDF pertimbangkan untuk penulisan BUKU RDF agar menjadi BUKU yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Terima kasih bro.