Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

PEDANG SAMBER GELEDEK VS PEDANG API

Tante Paku's picture

     "BWA HA HA HA hahaha......minggir kau dari hadapan gua kalau tidak ingin runyam hidupmu!"

     "Siapa kau manusia gemuk yang membikin gaduh di taman yang teduh ini?"

     "Sekali lagi gua tanya, lu manusia berdasi membawa-bawa pedang di depan taman, apakah lu satpam taman ini? Aku Samuel Pendekar Samber Geledek dari Pulau Jauh, lu siapa?!"

     "Aku Kiem,Pendekar Pedang Api,namun aku tak perduli apa katamu tentang diriku, tetapi kuharap engkau segera pergi dari sini Taihiap (pendekar besar, maksudnya besar tubuhnya, gito loh). Aku penjaga pintu masuk taman Eden ini, siapa yang mendekat akan kupersilahkan menjauh, daripada berperkara denganku," kata orang berdasi itu tegas. "Engkau tidak lihatkah tulisan yang terpampang di pintu masuk ini? Kalau tidak jelas membaca, pake dulu kacaMATAMU itu !"

     "Eden lojin  (orangtua dari eden), aku tidak perduli ada pengumuman apa di situ, yang kuharapkan lu jangan menghalangi jalanku. Perkenankan aku masuk, apakah engkau tidak mendengarnya?"

     "Hei, kamu masih tidak bergeming juga, taman ini tidak untuk umum, siapapun masuk akan KUPENGGAL lehernya!!"

     " BANYAK BACOT bener lu orangtua berdasi, apa hakmu melarangku masuk? Sudah susah payah aku keliling dunia untuk mencari tempat dimana pohon Kehidupan berada, kini sudah di depan mata, engkau mau menghalangi. Aku siap mati untuk mendapatkan pohon itu!"

     "Oke, oke , kalau anda keras kepala, aku tidak akan ragu-ragu untuk menghabisimu, itu perintah dari Tuhan!  Siapapun masuk, walau mengaku Anak Tuhan pun akan kupenggal!  Tak ada pilih kasih, aku adalah penjaga yang konsekuen, mari kita adu jurus, akan kuhabisi engkau dalam beberapa jurus saja. Tapi tunggu dulu, akan kulepas jas dan dasi ini, nggak enak kan kalau berkelahi pakai jas dasi gini, ribet," kemudian penjaga pintu masuk Taman Eden itu melepas jas dan dasinya, juga celana panjangnya, hingga hanya memakai kolor dan kaos dalam saja. Lantas mengambil pedang dan meloloskan dari sarungnya. Pedang itu tampak tajam berkilauan tertimpa sinar mentari dan dengan nakalnya pantulan sinar dari pedang itu diarahkan ke mata Samuel sehingga menyilaukan.

     "Hei kurang ajar, jangan kau arahkan pantulan sinar pedang itu ke mataku,  SILAU tau?!"

     "Hehehehe....itu baru pantulannya, belum apinya, masih berani maju?"

     "Oke, mari kita selesaikan ini! Tapi tunggu dulu, aku juga gerah kalau pakai baju ini." berkata begitu, pendekar  pedang geledek itu menaruh pedangnya ke tanah, kemudian melepas baju dan celananya, tinggallah pakai celana kolor dan kaos oblong. Setelah itu, mengambil pedangnya, melepas sarungnya dan melemparkannya ke tanah.

     Sebuah pedang yang begitu besar dan tampak tajam kokoh dengan gagang berukiran naga, diputar-putarnya sambil memasang kuda-kuda.

     "Eit tunggu dulu, apakah benar pedang samber geledek itu buatan  impor?"

     "Memangnya ada apa?"

     "Itu kok di pangkal pedang ada capnya made in China?" Pendekar Pedang Samber Geledek menurunkan pedangnya, lalu mengamati. "Haiyaaaa .....!! Bukan ini pedangku, aku salah ambil!" teriaknya sambil mengamati pedangnya, yang ternyata memang bukan pedang andalannya.

     "Hehehe.....ngambil pedang aja keliru mana mau ngelawan aku hahaha.....Bisa kita mulai?" Kiem si Pendekar Pedang Api itu terkekeh meremehkan, jelas kemenangan di depannya, karena pedang apinya bila di adu dengan pedang buatan negri China itu pasti menang pedangnya. Karena pedang tersebut nampak tajam tapi dari bahannya terlihat mudah patah. Pedang itu hanya tampak bagus pada ornamennya saja.

     Tiba-tiba dari kejauhan nampak seorang penunggang kuda melaju dengan cepatnya. Keduanya menoleh, sebelum sampai di depan mereka, sang penunggang kuda berteriak sambil melemparkan sesuatu.

     "Sam, tangkap nih, pedangmu!!" Maka dengan sinkang yang begitu sempurna, Samuel menangkapnya dengan tepat. Kiem memperhatikan gerak sang pendekar pedang geledek itu dengan takjub, orang yang berperawakan gemuk itu ternyata mempunyai ilmu ringan tubuh yang hebat, pasti dia bukan orang sembarangan, batinnya mengira-ira.

     "Kalian mau main keroyok? Silahkan maju berdua, biar pekerjaanku cepat selesai, sekali tebas dua nyawa melayang!"

     "Orang sok, melawanku saja belum tentu menang kok mau melawan suhengku (kakak). Mari kita mulai, ciaaaat....!" berkata begitu Samuel meloncat dan mengarahkan pedang ke arah kepala Kiem. Tapi dengan sigap Kiem menunduk dan menangkisnya. "Criing!"  kilatan api keluar dari benturan kedua pedang itu.

     Kiem pun segera meloncat dengan pedang terangkat ke atas siap membacoknya. "Rasakan Hokliong kiam sut (Ilmu Pedang Naga)  yang terkenal dahsyat ini!!" Serangan ini demikian dahsyatnya sehingga tidak memungkinkan lawan yang diserangnya untuk mengelak lagi karena jalan keluar sudah tertutup dan ke mana pun lawan mengelak, ujung pedang
tentu akan mengejar terus. Akan tetapi, sambil tersenyum  Samuel tidak menghindarkan diri sama sekali tidak mengelak, bahkan menubruk ke depan, tiba-tiba ketika tubuh Kiem yang meloncat ke atas itu sudah dekat dan pedang  Kiem itu sudah menyambar ke arah kepalanya, dia menjatuhkan diri ke bawah, berjongkok dan mebalas dengan sabetan pedang. "Hyaaaaatttt...!!" Pekik melengking yang keluar dari mulut  Samuel ini dahsyat sekali dan  pedangnya yang mengandung sepenuhnya tenaga Inti  geledek yang ampuh itu telah menyambar perut  lawannya  yang sedang melayang di atas.

     Melihat perubahan jurus lawan yang begitu mendadak itu, Kiem terperanjat, segera ia merubah serangannya, pedang ia putar-putar hingga mengaburkan pandangan mata lawan. Namun dengan tenang Samuel menggerakkan tangan kirinya, dengan telapak tangan terbuka dia mendorong ke depan sehingga hawa pukulan sinkang yang hebat menyambar dan membuat  pedang itu seperti tertiup angin keras dan menahan daya serang ujung  pedang,kemudian disusul dengan gerakan  pedang menyambar dari samping dengan dahsyatnya. "Plakk...! Cringggg-cring....!!" pedang itu ditangkis dengan pedang Kiem seraya menyambut telapak tangan Samuel dengan hantaman yang cukup cepat. Samuel segera bergerak cepat sekali dan dia sudah mainkan ilmu pedangnya yang luar biasa itu.

     Tidak percuma Kiem menjadi penjaga pintu Taman Eden dan mendapat julukan Pendekar Pedang Api. Tidak hanya ilmu pedangnya yang lain dari pada yang lain, gerakan tangannya pun berbahaya. Demikian juga Samuel, sebagai pendekar yang sudah malang melintang, julukan Pendekar Samber Geledek cukup membuat gentar yang mendengarnya. Memang tujuan dalam perjalanan jauhnya ini hanya untuk mencari tempat dimana adanya Pohon Kehidupan, ia ingin menyempurnakan ilmunya itu bila berhasil mendapatkan pohon kehidupan.

     Ternyata untuk masuk dimana tertanam pohon kehidupan itu tidak mudah, ada beberapa penjaga yang ternyata berilmu tinggi juga. Apakah ia berhasil melalui penjaga pintu masuk ke taman itu, karena satu penjaga saja begitu hebat ilmu pedangnya, bagaimana bila penjaga yang ada di dalam ikut keluar mengeroyoknya? Apakah ia bisa mengatasinya? Ia melirik temannya yang masih duduk di punggung kudanya, mengawasi pertarungan itu dengan mengisap cerutunya. Untuk itu ia tidak perlu kuatir, bila penjaga yang di dalam keluar membantu Kiem pendekar pedang api ini, tentu temannya pasti akan turun membantunya juga. Tapi bagaimana jika pendekar-pendekar lain dari penjuru bumi akhirnya mengetahui tempat ini dan bermaksud yang sama dengan dirinya yaitu mendapatkan pohon kehidupan agar bisa hidup abadi??

 

Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat

 

    

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

Huanan's picture

@ TP

Hallo TP,

mau tanya nih. Siapakah si penunggang berkuda itu ? Jangan2 ketua Partai KAYPANG lagi. Bwa hahaha.  Anda bilang si Penunggang kuda itu mengisap Cerutu ? Masa sih..? Jaman dulu, pendekar mana ada yg isap cerutu ?.

__________________

Huanan

Tante Paku's picture

@ Huanan, belum jelas.

Ini kisah zaman dulu dicampur zaman sekarang kok, jadi boleh aja pendekarnya mau pake dasi, mau pake kolor atau ngisep cerutu  juga minum vodka, suka-suka yang ngarang deh hehehe......Humor kan bebas masuk kemana saja.

Soal siapa si penunggang kuda itu, saya kira anda bisa menebaknya, tapi cerita ini belum selesai kok, masih berlanjut, cuma belum mau ngelanjutin dulu, jadi belum tau terusannya, lagi dibayang-bayangin di kepala.

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat