Saya seorang mahasiswa dari perguruan tinggi swasta di Bandung jurusan seni rupa dan desain. Siang tadi, ada kelas tambahan "studi profesi" dan kebetulan hari ini kami memiliki tugas presentasi mengenai konsep diri, tentang bagaimana kita memandang diri kita sendiri. Mata kuliah ini cukup menarik karena kami bisa menganalisis diri kami dan memandang kelebihan serta kekurangan yang teman-teman kami miliki sehingga memungkinkan kami bisa lebih mengerti 1 dengan yang lain.
Dari semua teman yang presentasi, saya sangat tertari dengan presentasinya sebut saja namanya Bunga. Bunga adalah mahasiswi yang tidak memiliki hubungan terlalu dekat dengan saya, tetapi dari yang saya lihat, Bunga adalah sosok yang berbadan kecil tetapi baik, pendiam, pemalu, dan giat mengerjakan tugas. Tetapi Bunga memiliki kekurangan tidak memiliki banyak teman untuk bergaul dan memiliki kekurangan fisik yaitu mata yang tidak normal atau bisa disebut juling, mungkin itu salah satu penyebab dia tidak terlalu bersosial. Saat Bunga memulai presentasinya, saya meperhatikan bahwa Bunga ternyata memiliki cara berbicara yang baik dan percaya diri yang baik, tentu tidak seperti perkiraan saya bahwa dia adalah seorang yang pemalu dan tidak mudah berbicara di depan umum, dan hal itu membuat pemikiran saya terhadapnya menjadi lebih baik. dalam presentasinya, kami diminta untuk menceritakan suatu kejadian yang membuat kami berubah dan menyadari sesuatu. Bunga menceritakan 1 cerita yang sangat menyentuh hati saya yang paling dalam. Ia bercerita bahwa penyakit yang ia derita (penyakit mata juling) sudah ia dapati sejak lahir. Ketika SD SMP, ia mengalami ejekan-ejekan dari teman-temannya, dan hingga suatu hari Bunga dipukul di wajahnya oleh salah seorang temannya dan beralasan bahwa mukanya (muka Bunga) aneh. Terlihat Bunga menahan rasa sedih dari mukanya saat menceritakan hal tersebut. Bunga bukanlah anak yang nakal, tetapi perlakuan yang ia terima seperti untuk anak yang nakal. Hal itu membuat hati nya sangat terluka (bayangkan saja seorang anak perempuan yang masih kecil, selalu dihina karena kekurangannya hingga akhirnya diperlakukan kasar oleh teman-temannya). Tetapi melihat keadaannya yang sekarang bahwa ia bisa berbicara di depan kelas, sharing tentang pengalamannya, tentunya sangat menyentuh hati saya dan muncul rasa iba yang luar biasa. Mungkin dalam prosesnya, Bunga banyak menangis dan bertanya-tanya mengapa ia dilahirkan seperti itu, tetapi pada saat itu yang saya lihat dari diri Bunga adalah ketegaran hatinya yang sangat kuat untuk melewati semua prosesnya. Setelah itu Bunga berkata lagi bahwa dia mengutamakan Tuhan dalam hidupnya, ketika orang lain meninggalkannya, Bunga percaya bahwa Tuhan ga pernah meninggalkan dirinya, sehingga itu yang menguatkannya. Pernyataan Bunga tersebut langsung seperti menegur saya bahwa saya sangat tidak bersyukur atas apa yang Tuhan sudah berikan untuk saya. Saya tidak mengalami kekurangan seperti yang Bunga alami, mungkin untuk materi saya juga lebih dari Bunga, tetapi apa yang Bunga alami dan Bunga sharing disini, membuktikan bahwa dirinya lebih berkorban dari apa yang telah saya lakukan.