Submitted by Josua Manurung on

NYANYIAN RINDU

 

aku ingin memelukmu

walau tak bisa tanganku...

aku ingin mencium lembut

keningmu...

menceritakan hari-hari kemarin...

dimana kita masih bersama...

ambil kuliah 3 sks...

mengerjakan tugas bersama...

kau ada di atas bis...

ketika aku memegang gitarku...

kau tersenyum malu

ketika aku bilang lagu itu untukmu...

lalu kau jadi finalis putri Indonesia...

setiap hari selalu berbeda

yang menjemputmu...

dengan mobil mereka yang beraneka warna...

tapi tidak pernah ada diantara mereka

yang memanggilmu monyet jelek...

karena dimatamu mereka harus sempurna...

kau selalu menolak ketika kugandeng tanganmu...

terasa dingin... apa kau gugup...

itulah gandengan tangan yang terakhir...

ketika payudaramu terkena operasi...

aku ada di sana....

berdoa sendiri di ujung ranjangmu...

membawakanmu di dalam Nama ALLAH BAPA...

aku tidak peduli mereka merasa risih...

aku tahu ayahmu memegang tasbih...

tapi yang aku bawa lebih dari itu...

di belakangku ada BALA TENTARA SURGA...

mereka akan menjaga setiap ujung kamarmu...

malaikat maut tidak akan menjemputmu hari itu

aku janji bukan padamu...

lalu kau sembuh... lulus kuliah lebih dahulu...

kau bilang kita tidak bisa bersama...

walau hatimu ingin dan rindu...

monyet jelek...

dimanapun kau berada...

kita memang tidak bisa bersatu...

Kiranya Sang Waktu...

mempertemukan kita

suatu waktu....

sungguh...

di tengah dinginnya malam...

aku rindu...

tapi maaf...

kita sungguh tidak bisa...

menyatu...

titipkan saja rindumu

pada bulan...

titipkan saja airmatamu

pada embun...

mereka akan menyampaikannya

kepadaku...

rinduku...

 

Josua Gibran kepada May Ziadah...

 

JM0203.131207

BIG GBU.

 

Submitted by Priska on Thu, 2007-12-13 13:33
Permalink

Bang Josh, aku terharu sekali waktu baca puisi kamu. Nyanyian rindu yang terasa menyayat di hati. Dan membuatku jadi ikutan rindu..... aku kangen....

Submitted by John Adisubrata on Thu, 2007-12-13 18:04
Permalink

Hi Jos,

Jejaka romantis seperti kamu tentu banyak sekali yang naksir, nih. Kamu mah udah termasuk model yang klasik Jos, udah jarang diproduksi lagi di jaman sekarang. Seperti nyari needle in a haystack aja.

Kok jadi inget artikel: 'Aku Masih Perjaka'. He He He!

Syalom,

John Adisubrata

Submitted by billyjoe on Thu, 2007-12-13 18:29
Permalink

Jos ,,,, saya masih ingat "kita berbeda" postingmu, ini sambungannya bukan? bagus Jos

Pa John sekarang dah tidak ada RoManTis=Rokok Makan Gratis harus bayar! kan Josua dah ngga preman lagi ha ha ha

non Pris tersayat hati tidak ada, yang ada sayatan ikan di resto japan

Submitted by hai hai on Thu, 2007-12-13 18:54
Permalink

Rindu ....
ha ha ha ...
Pak John, kalau cocok seromantis ini nggak punya pacar, pasti karena dia sudah mencintai kekasihnya.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Submitted by erick on Wed, 2008-01-09 18:03
Permalink

Puisimu apik....

Dia mencintaimu juga lagee....
-----* :)tertawa nakal *--------

Mobil yang beraneka warna tidak sebanding dengan nada yang telah didengarnya melalui telinga.

Hatinya tertinggal didirimu, hanya tidak ada kepastian darimu sehingga ia mencarinya di roda mobil yang berputar itu.

Ia menitipkan rindunya pada waktu yang berlalu, sudahkah kau terima semua itu????

to my "Gibran" friend.....

Submitted by Puput Manis on Wed, 2008-01-09 22:30
Permalink

Josua Gibran kepada May Ziadah...
Kalau Kahlil Gibran jadi Josua Gibran, maka yang May Ziadah jadi siapa nih..? Masak tetep May Ziadah?
Saya jadi ingat tulisan Hai Hai (di... yang judulnya apa ya? Sampai lupa saking banyaknya tulisan Hai Hai), yang kira-kira begini : bahwa untuk melestarikan manusia, menggenapkan amanat agar manusia beranak cucu dan memenuhi bumi, harus ada romantisme dan akhirnya birahi (untuk menuju pada persatuan pernikahan). Jadi yang udah suami istri rasanya udah hilang yah itu rasa kangen, wong tiap hari udah ketemu. Kalaupun kangen, kangennya mungkin udah laen. Makanya jadi sulit mbuat puisi seperti "Nyanyian Rindu"nya Josua Manurung.

Salam dalam kasih-Nya

Submitted by Puput Manis on Wed, 2008-01-09 22:44
Permalink

Josua Gibran kepada May Ziadah...
Kalau Kahlil Gibran jadi Josua Gibran, maka yang May Ziadah jadi siapa nih..? Masak tetep May Ziadah?
Saya jadi ingat tulisan Hai Hai (di... yang judulnya apa ya? Sampai lupa saking banyaknya tulisan Hai Hai), yang kira-kira begini : bahwa untuk melestarikan manusia, menggenapkan amanat agar manusia beranak cucu dan memenuhi bumi, harus ada romantisme dan akhirnya birahi (untuk menuju pada persatuan pernikahan). Jadi yang udah suami istri rasanya udah hilang yah itu rasa kangen, wong tiap hari udah ketemu. Kalaupun kangen, kangennya mungkin udah laen. Makanya jadi sulit mbuat puisi seperti "Nyanyian Rindu"nya Josua Manurung.

Salam dalam kasih-Nya