Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

NYAI GADUNG MELATI INGKAR JANJI.

Tante Paku's picture

     Anda yang pernah ke lereng Gunung Lawu, ada candi yang cukup terkenal karena relief pornonya yaitu candi Sukuh, yang lebih tinggi yaitu candi Cetho. Dua-duanya menyimpan cerita menarik sekaligus menyimpan setumpuk nostalgiaku ketika pernah bertualang di sana.

     Cerita ini kutulis ulang dari cerita tutur penduduk setempat.  Beginilah ceritanya :

     Zaman dahulu kala, tersebutlah sebuah desa di sebelah utara Sukuh, hidup seorang janda bernama Nyai Gadung Melati bersama putri satu-satunya yang terkenal sangat cantik jelita.  Manohara aja kalah, apalagi Luna Maya, dua-duanya nyerah kalau ketemu Nini Klabang Retno yang cantiknya alamiah dan indah, dari ujung rambut ampe ujung kaki menjanjikan mimpi para lelaki.

    Putri itu mempunyai taman, sebuah taman yang asri dan rapi.  Di setiap penjuru taman tertata berbagai tanaman hias, dari mulai Jenmani sampai Ephorbia ada. Dari daun Sensivera sampai berbagai Anthurium mengisi sudut-sudut tamannya. Belum berbagai Anggkrek tergantung dengan bunga-bunganya yang eksotik, sementara di rerumputan berbagai bunga cantikmanis bertebaran, indah sekali.

     Pada suatu hari taman miliknya tak dapat pengairan yang cukup, otomatis bunga-bunga kesayangannya banyak yang layu, bahkan mati. Nini Klabang Retno jadi murung wajahnya. Berhari-hari ia dirundung sedih. Sang ibu yang mencoba menghiburnya, tak mampu mengusir kesedihannya.

     "Anakku, kenapa engkau bersedih setiap hari? Tunggulah musim hujan tiba, niscaya tanamanmu akan kembali berseri. Sabarlah anakku," hibur sang ibu memberi harapan.

     "Aku ingin tamanku dan tanamanku segar kembali, aku tidak sabar menunggu musim hujan tiba. Cepatlah ibu berusaha mengalirkan air baru, agar keindahan dapat kunikmati kembali. Bukankah ada air berlimpah di atas bukit sana, bu?" rengek Nini Klabang Retno manja.

     Karena sayangnya dengan putri satu-satunya, Nyai Gadung Melati pun memeras otak agar apa yang diinginkan putrinya segera terwujud. Akhirnya, dibuatlah sayembara, barang siapa yang bisa membuat aliran air ke taman itu dan membuat segar tumbuhan yang ada di taman tersebut, kalau perempuan akan dijadikan saudara kandung dan kalau pemenangnya pria akan diambil menantu.

     Begitu sayembara diumumkan, berbondong-bondonglah peserta dari berbagai penjuru desa untuk mencoba apa yang dikehendaki sang Nyai.

     Dengan berbagai teori dan akal semua peserta berusaha mengalirkan air ke dalam taman tersebut, toh banyak yang tidak sanggup. Satu persatu berguguran, bahkan tak sedikit yang mengalami kecelakaan, kena tanah longsor atau terjungkal ke jurang.

                                                            *****

     Syahdan, tersebutlah Ki Ageng Sukuh yang berdiam di dekat Candi Sukuh itu juga mendengar sayembara yang diselenggarakan Nyai Gadung Melati. Semula ia tidak tertarik, tapi begitu melihat banyak yang tidak berhasil, jiwa kejantananya tergugah, apalagi setelah tahu kecantikan dari Nini Klabang Retno, yang ternyata kinyis-kinyis  itu pasti dikremus enyak  tenan, maka ia pun mengikuti sayembara.

     Karena Ki ageng Sukuh seorang yang mempunyai kesaktian dan anak didiknya banyak, ia pun menyuruh anak buahnya untuk membuat saluran air dari desa candi Sukuh menuju desa kediaman Nyai Gadung Melati. Rintangan memang banyak menghadang,  terhalang aliran sungai atau bukit yang membuat semuanya terasa sulit dikerjakan.

     Lalu Ki Ageng, setelah bersemadi, ia pun membuat terobosan baru. Ia menyuruh untuk membuat terowongan, agar air bisa lancar mengalir ke tujuan. Dan aliran air yang membelah itu diberi nama Sungai Sumurub.

     Setelah berhari-hari mencangkul, akhirnya sampailah pekerjaan itu di sebuah jurang, jadi cukup terhalang pekerjaannya, karena sulit untuk ditembus.

     Ki Ageng yang mendengar laporan anak buahnya, segera datang melihat jurang tersebut. Dan memang jurang itu tak bisa ditembus, akhirnya pekerjaan dihentikan, Ki Ageng hanya bisa mengatakan kalau tempat itu kelak akan jadi pusat penerangan desa sekitarnya.

     Selanjutnya, ia memerintahkan untuk membuat aliran baru dari sumber air Watu Pawon. Maka anak buahnya segera menatah batu-batu yang banyak menghalangi aliran baru itu. Sampai sekarang bekas-bekas tatahan batu itu masih terlihat, dan sungai itu disebut Kali Sinatah.

     Setelah bekerja keras begitu lama, Ki Ageng Sukuh berhasil mengalirkan air ke taman bunga milik Nyai Gadung Melati. Dan taman tersebut semakin hari semakin berseri kembali. Kesedihan sang putri akhirnya berganti senyum secerah mentari pagi.

                                                               *****

     Nyai Gadung Melati menepati janjinya. Ia ingin tahu siapa yang berhasil mengalirkan air ke taman putrinya itu. Ki Ageng Sukuh yang mendapat undangan Nyai Gadung Melati segera turun untuk menemui. Angannya melambung tinggi, menjadi istrinya Nini Klabang Retno adalah prestasi yang sulit ditandingi dan sudah menjadi bunga mimpi setiap malam, ampe basah dah.

    Namun apa yang terjadi? Begitu melihat Ki ageng Sukuh, Nyai Gadung Melati kecewa. Sungguh tak dibayangkan sama sekali kalau pemenang sayembaranya lelaki yang sudah tua, bahkan pantas disebut kakek-kakek. Ia pun menolak mengawinkan anaknya itu.

     Ki Ageng Sukuh, yang masih keturunan raja Demak itu, sangat marah pada Nyai Gadung Melati yang mengingkari apa yang telah dijanjikan dalam sayembaranya dulu. Ia pun mengutuk Nyai Gadung Melati menjadi arca!

     Berkat kesaktiannya, Nyai Gadung Melati menjadi arca beneran dan ditendang sampai jauh. Anaknya pun dikutuk juga menjadi Harimau gadungan dan langsung lari mengikuti ke arah arca sang ibu tadi.

     Desa tempat Nyai Gadung Melati sampai sekarang disebut Desa Gadungan, Kecamatan Ngargoyoso. Sementara Ki Ageng Sukuh dinyatakan hilang atau mukso di atas Gunung Lawu, karena rasa cinta yang ditolak menjadikannya patah hati yang sangat menyakitkan.

     Masyarakat sekitar menyebutnya Pangeran Lawu atau Sunan Lawu.

                                                              *****

 Semoga  Bermanfaat  Walau  Tak  Sependapat

 

Catatan : Cerita ini pernah dimuat di koran Suara Merdeka edisi Minggu April l996. Sebelum menulis ini, temanku yang kuliah di Undip, menceritakan kesulitannya untuk membayar uang kuliah, dia anaknya tukang las karbit pinggir jalan dan ibunya jual gorengan. Saya hanya bisa membantu menuliskan cerita ini di koran yang bisa dijangkau olehnya bila mengambil honor. Memang untung-untungan, tapi pada waktu itu, koran itu punya rubrik baru yaitu rubrik dongeng nina bobo, tentu butuh stok cerita agar bisa rutin tampil dan kesempatan ini kumanfaatkan, aku menulis memakai namanya, tujuannya agar bisa mengambil honor tanpa berbelit , cukup menunjukkan kartu identitasnya. Puji Tuhan, semua terlaksana tepat saat dia membutuhkannya.

    

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

GODARMY's picture

tante si gadung:'(

tante bagus juga cerita riwayat suatu tempat seperti ini, cuma memang repot setaelah berhasil pilihan hanya 2:

1.Nyi gadung dapet  menantu kakek-kakek yang siap ngeremus:'(

2.Jadi arca:'(

.....emang ga ada pilihan lain ya:'(

 

 

......gimana pun salut juga buat tante yang sudah mau bantu teman:)

 

JESUS IS GOD

__________________

JESUS IS GOD

Tante Paku's picture

Godarmy, soalnya Nyai juga takut dikremus kali.

Kalau Nyai Gadung menerima kakek  Ageng Sukuh itu jadi menantunya,  dia  takut dikremus juga, masalahnya sang kakek lagi puber ke dua. Katanya puber kedua lebih ganas ya he he he......coba tanya aja kakekmu ha ha ha.....

Kamu kok belum nulis lagi?

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

GODARMY's picture

tante paku

hahaha...mungkin saja, soal menulis belum ada ide juga lagi ngikuti tulisan tante, aku pikir tante lebih cocok jadi seorang penulis daripada menjaga bocah-bocah :D

 

JESUS IS GOD

__________________

JESUS IS GOD

Purnawan Kristanto's picture

Di Gunungkidul ada juga Gadung Melati

Tante Paku.

Saya dulu pernah tinggal di sebuah dusun yang bernama Gadungsari,kabupaten Gunungkidul. Di dekat rumah kami, ada pohon keramat yang konon dihuni oleh roh yang bernama Nyai Gadung Melati. Saya tidak tahu mengapa diberi nama demikian karena saya sudah tidak tinggal di situ lagi.

Saya jadi penasaran, apakah kira-kira ada kaitannya ya?

 


 www.purnawan.web.id

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Tante Paku's picture

Bisa jadi cerita horor tuh, pak Pur

Kesamaan tempat dalam nama yang sama seringkali terjadi, bisa berkaitan bisa juga tidak. Mestinya dulu pak Pur mencari asal muasal kok bisa ada roh Nyai Gadung Melati bersemayam di situ?  Seperti nama Plintheng Semar di daerah Wonogiri, juga banyak yang gak tau ceritanya, paling cuma ngarang-ngarang doang tuh.  Masih banyak sih contohnya, tapi cerita di atas kalau mau dikaitkan dengan roh  Nyai Gadung Melati di pohon keramat itu, pasti jadi cerita horor pak.  Cuma pertanyaannya, masih ada pohonnya apa kagak?  Pohon apa dan masih dikeramatkan atau sudah ditebang?  Dari sini bisa mencari endingnya yang pas.

Kalau cerita di atas, arca tersebut terlempar sampai di Lodaya, Blitar, Jawa Timur. Kalau mau ditulis kisah sang Harimau jadian dalam upaya mencari arca sang ibunya, asyik juga kok, jadi cerita fabel kali.  Tapi, yaah namanya aja dongeng sebelum bobo, bisa didongeng-dongengin sampe ngantuk.

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

Purnawan Kristanto's picture

Meskipun hanya 'dongeng' ,

Meskipun hanya 'dongeng' , namun dari cerita rakyat itu kita dapat 'membaca' situasi masyarakat pasa masa itu. Dongeng ini merupakan sebuah sanepan atau bahasa simbolik yang menyindir dengan halus.

Saya menduga, cerita tersebut dikarang untuk menyindir penguasa yang ingkar janji. Ketika mereka membutuhkan suara dan dukungan rakyat, calon penguasa itu menjanjikan mimpi-mimpi yang indah. Namun begitu keinginan mereka terkabul, maka ketika rakyat menagih janji para penguasa, maka mereka melontarkan sejuta dalih untuk berkelit.

Ada kementerian yang gencar menjanjikan sekolah gratis. Ketika situasi di lapangan tidak sesuai dengan janjinya, pak menteri yang terhormat ini berkata: "Sekolah gratis itu bukan berarti tidak membayar sama sekali." Coba renungkan. Siapa yang bodoh di sini? padahal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gratits itu artinya: "Cuma-cuma, tidak membayar." Siapa yang bodoh di sini? Rakyat atau pak menteri yang berusaha membodohi rakyat? Ketika rakyat yang buruk rupa datang menagih janji, penguasa itu menjadi jijik dan menusirnya.

Dongeng ini adalah bentuk perlawanan dari rakyat yang tertindas. Mereka menyindir penguasa secara halus, tetapi telinga penguasa terlanjur tuli.

***

Dongeng di atas berkembang pada zaman kerajaan Mataram Hindu berkuasa. Kalau asumsi ini benar, maka ada keterkaitan antara kisah ini dengan cerita rakyat di Gunungkidul. Pada zaman dulu, pegunungan seribu ini pernah digunakan sebagai tempat persembunyian bagi sisa-sisa penguasa dan prajurit kerajaan Majapahit yang kalah perang dengan kerajaan Islam. Mereka adalah penganut agama Hindu. Sisa-sisa peninggalan agama Hindu itu masih bisa dilacak di Gunungkidul.

Kemungkinan besar, karakter Nyai Gadung Melati ini cukup populer pada masa kerajaan Hindu hinggaikut terbawa ke Gunungkidul. Saya kurang memahami cerita tentang Nyai Gadung Sari di Gunungkidul ini karena kami sudah pindah dari sana ketika saya masih balita.

 


 www.purnawan.web.id

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Tante Paku's picture

Antara Dongeng dan Cerita Rakyat.

Memang kelihatannya hampir sama antara dongeng dan cerita rakyat. Tapi biasanya cerita rakyat bisa masuk ke wilayah dongeng dan dongeng biasanya mengandung unsur pendidikan untuk anak-anak, contohnya dongeng2 HC Andersen yang terkenal itu.

Cerita rakyat yang didongengkan sering berkaitan dengan nama suatu tempat atau tokoh yang ingin dimuliakan oleh sang pendongeng itu. Contohnya cerita Jaka Tingkir dan 40 buaya itu, menurut saya ini sanepan yang ingin menonjolkan kesaktian sang tokoh

Tentu saja banyak juga dongeng yang memang bertujuan "menyindir" penguasa saat itu, bahkan saat ini. Seperti cerita yang diperankan para Punakawan itu, bahkan banyak petilasan yang memakai nama salah satu Punakawan tersebut.

Ya, dongeng memang asyik, jadi ingat masa kecil.

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat