Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Tuhan mau cinta, manusia butuh bahagia

mujizat's picture

Tidak terpungkiri, semua manusia diciptakan oleh Tuhan, entahkah mereka percaya pada-Nya entahkah tidak. Tak tersangkal, sebagian manusia terdampar di suatu agama ataupun aliran kepercayaan maupun keyakinan yang membuat mereka tidak secara benar mengenal penciptanya sendiri. Sebagian manusia beruntung mendarat di sebuah keyakinan, kepercayaan ataupun – sebut saja dengan: agama - yang menempatkan dia di atas sebuah kesempatan untuk dapat mengenal penciptanya dengan benar. Lalu mengapa “kondisi awal” manusia berbeda-beda, sehingga sebagian orang “hanya” cukup menekuni agamanya dengan benar yang dengan cara itu memperoleh kesempatan bahagia “dunia akhirat”, sementara banyak orang-orang lain diperhadapkan pada pilihan-pilihan “pahit” dan tidak ringan untuk dapat mengenal penciptanya dengan benar? Barangkali ini merupakan sebagian dari rahasia kebijakan Pencipta Langit dan Bumi.

Jika perkataan Yesus Kristus mutlak benar, yakni bahwa tidak seorangpun sampai kepada Bapa (Otoritas tertinggi alam semesta) jika tidak melalui Yesus Kristus, maka saya membayangkan alangkah banyaknya manusia yang hidup sia-sia oleh karena tidak percayanya kepada “Jalan Yang Benar”, yang sekaligus mencelikkan mata kita betapa banyaknya “jalan yang disangka lurus namun ujungnya menuju kebinasaan”. Kalau seseorang menempuh “jalan yang sesat” maka sebaik apapun dia melakukan “kewajiban agamanya” tidaklah mungkin dia dapat meraih tujuan imannya, yaitu: keselamatan jiwanya, itulah sebabnya kita dapat mambayangkan jutaan, bahkan mungkin milyard an orang yang terancam untuk terpisah selamanya dengan Sang Pencipta.

Memang Tuhan telah memperkenalkan Diri-Nya dengan berbagai cara; di zaman purba lewat para nabi, lalu Sang Pencipta sendiri (Sang Firman) turun menemui umat-Nya dan memperkenalkan Diri-Nya, tetapi banyak orang tidak mengenali penciptanya sendiri, dan malahan menolak-Nya. Sang Pencipta telah turun untuk menebus umat-Nya, dan setiap orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak terang (anak-anak Allah: Yoh 1:12) atau kuasa untuk menjadi orang benar, dengan mengaruniakannya Roh Kudus yang akan memimpin hidupnya, karena anak-anak Allah adalah orang-orang yang hidupnya (mau) dipimpin oleh Roh Kudus (Roh Allah), tetapi sebagian orang lainnya memilih untuk tidak mempercayai-Nya. Mengapa demikian?

Seseorang yang telah memeluk agama tertentu, terkadang tidak mudah untuk menguji agamanya itu, walau sebenarnya itu sekedar agama warisan. Sebagian saya sebut masih belum menjadi keyakinan, ataupun kalau dia merasa sebagai suatu keyakinan, maka itu masih merupakan KEYAKINAN BUTA, jika belum melalui proses pengujian secara sungguh-sungguh. Dengan “bahasa rohani” saya katakan bahwa orang-orang dengan kasus seperti itu masih terikat dengan roh agamawi yang membuatnya merasa nyaman dengan agama bawaan tanpa mau menguji kebenarannya dengan kepala dingin dan tanpa berat sebelah. Ini merupakan masalah lain yang harus dihadapi oleh orang-orang yang “kurang beruntung”, yakni mereka yang lahir dengan warisan “jalan” yang bukan benar.

Saya lahir sebagai Kristen, namun kakek nenek saya sebagian beragama mayoritas. Walau orangtua saya begitu ketat dalam hal “aqidah”, bahkan sampai menjurus ke fanatisme sempit, karena menurut “gereja” saya dulu, semua agama lain itu sesat, bahkan termasuk Kristen yang tidak sama dengan denominasi kami. Butuh perjuangan tersendiri untuk saya mencoba mengenal “gereja lain”, karena hati saya berkata bahwa saya perlu melihat apa yang menurut gereja kami dikatakan sesat; saya belajar untuk – dalam hal ini – tidak percaya begitu saja sebelum membuktikan sendiri. Butuh perjuangan untuk menghilangkan kecanggungan ketika orang-orang lain mengangkat tangan di saat memuji Tuhan, dan saya mulai belajar mengangkat tangan dengan perasaan aneh saat itu. Lalu tidak mudah juga untuk membaca “kitab suci lain” dan mempelajari isinya, tetapi saya sangat bersyukur bahwa ternyata jalan yang selama ini saya percayai, yaitu Yesus Kristus, telah teruji dengan hati nurani serta juga beberapa pengalaman pribadi, bahwa Yesus lah “Jalan Yang Benar” itu.

Saya persingkat saja.

Yesus Kristus mengajarkan hukum yang terutama: mengasihi TUHAN, Allah kita dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap kekuatan dan dengan segenap akal budi, dimana keempat unsur itu yakni: hati, jiwa, kekuatan dan akal budi, keempatnya itu sudah dianugerahkan-Nya kepada kita; kita tinggal menerapkan keempatnya itu untuk mengasihi TUHAN. Memang kita dapat menggunakan keempatnya itu untuk melawan Sang Pencipta, tetapi perbuatan yang mirip dilakukan oleh Ken Arok terhadap empu Gandring dengan menusukkan keris buatan sang empu kepada sang penciptanya sendiri, itu merupakan perbuatan yang sangat kurang ajar.

Alkitab juga mengajarkan bahwa orang yang mengenal Allahnya, yang melakukan perintah Bapa, maka Bapa juga pasti akan mengasihinya, dan itu berarti adalah kebahagiaan buat manusia. Dan sebaliknya, manusia yang tidak mau mengasihi Allah, yakni mereka yang melawan perintah, ketetapan dan aturan-Nya, maka mereka pasti akan menerima kemurkaan Allah, yaitu disiksa abadi. Jika kita menolak untuk mengasihi Tuhan, maka Tuhan masih memiliki manusia-manusia lain yang mau mengasihi-Nya dengan tulus, dan untuk mereka telah disediakan Tuhan: kebahagiaan abadi, sedangkan bagi pembenci-Nya telah disediakan siksa.

Lebih singkat lagi: Allah mau cinta manusia, sedangkan manusia butuh bahagia. Tuhan TIDAK MUNGKIN menolak manusia yang mau mencintai-Nya, atau setidaknya: mau belajar mencinta-Nya dengan tulus, walau untuk itu harus dilakukan manusia dengan jungkir balik, karena terkadang di awalnya manusia tidak mengerti apa yang harus dilakukannya untuk mencintai Tuhan atau setidaknya untuk belajar tahu balas budi kepada Sang Pencipta.

Kehidupan dunia merupakan sebuah kesempatan – yang mungkin tidak datang dua kali – kesempatan untuk membuktikan cinta kita kepada Tuhan. Orang bijak memanfaatkan setiap kesempatan untuk meraih kehidupan, sedangkan orang bebal melewatkannya.

__________________

 Tani Desa

sahabat's picture

Orang bijak memanfaatkan

Orang bijak memanfaatkan setiap kesempatan untuk meraih kehidupan, sedangkan orang bebal melewatkannya.

saya suka pernyataan iniSmile

__________________

"Aku yakin dengan sepenuhnya bahawa Berita Baik itu kuasa Allah yang menyelamatkan semua orang yang percaya kepada Yesus, mula-mula orang Yahudi, dan juga orang bukan Yahudi" - Roma 1: 16

mujizat's picture

sahabat

Orang bijak memanfaatkan setiap kesempatan untuk meraih kehidupan, sedangkan orang bebal melewatkannya.

saya suka pernyataan iniSmile

Muji:

Terimakasih. Saya juga suka komentar Anda, sahabat.

Tuhan Yesus memberkati.


__________________

 Tani Desa

ely's picture

jujur

manusia butuh bahagia ...

pengakuan jujur ... :)

__________________

Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...

rogermixtin09's picture

Sola Gratia

Halo bang Muji,selamat tahun baru.

Saya agak bingung dengan pernyatan anda dibawah ini :

Tuhan TIDAK MUNGKIN menolak manusia yang mau mencintai-Nya, atau setidaknya: mau belajar mencinta-Nya dengan tulus, walau untuk itu harus dilakukan manusia dengan jungkir balik, karena terkadang di awalnya manusia tidak mengerti apa yang harus dilakukannya untuk mencintai Tuhan atau setidaknya untuk belajar tahu balas budi kepada Sang Pencipta.

Maksudnya Tuhan pasti akan menerima manusia yang mau mencintai-NYA atau mau belajar mencintai-NYA dengan tulus walau itu harus dilakukan si manusia itu dengan jungkir balik.

Adakah manusia yang mau mencintai atau setidaknya mau belajar mencintai Tuhan ?

seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Roma 3:10-12

 

Wah,ternyata kalau menurut ayat diatas nggak ada tuh bang Muji..! Nggak ada manusia yang mau mencintai atau setidaknya mau belajar mencintai Tuhan dari dirinya sendiri.

 

Mungkin itulah sebabnya para Reformator menyebutnya ANUGERAH.

 

Sola Gratia.

 

sandman's picture

@roger nambahin ah...

Yesaya 65:1 
Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: "Ini Aku, ini Aku!" kepada bangsa yang tidak memanggil nama-Ku.

__________________

Miyabi's picture

@akal budi

 

MARKUS:
Kasihilah Tuhan, Allahmu , dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. (Markus 12:30)

PAULUS:

"Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Roma 3:10-12

Kalo manusia nggak punya berakal budi, tapi Tuhan ngotot menyuruh manusia mengasihi Dia dengan akal budi (segenap akal budi pula), maka Tuhan benar-benar edan.

Kalo orang tidak punya kaki, masa dia disuruh berjalan? Kalau orang tidak punya mata, masa ia disuruh melihat?

Paulus lebay  ataukah Markus salah tulis?

 

 

__________________

".... ...."

lapan's picture

@miyabi

Frase "berakal budi" di Roma diterjemahkan dari suniemi yang artinya mengerti. Dilihat dari terjemahan2nya, mayoritas menerjemahkan sebagai "mengerti" atau "understand".

Apa bedanya segenap "akal budi" (dianoia) di Markus dengan "mengerti" di Roma?

Kalau dilihat dari bahasa aslinya, untuk suniemi bisa dilihat di sini dan dianoia bisa dilihat di sini.

Kalo menurut gw, "akal budi" lebih menunjuk pada akal manusia, "mengerti" itu mengerti secara sempurna.

Seperti Roger bilang, manusia uda berdosa, mengerti dengan usaha sendiri gak kepengen, tapi kalo da dikasi anugerah bisa mulai mencari, tapi gak tau ya, tampaknya pun gak bisa mengerti seutuhnya, makanya disuruh segenap. 

cmiiw

 

 

 

__________________

imprisoned by words...

Miyabi's picture

@lapan

Sepertinya memang 2 kata berbeda. Entah mengapa LAI menyamakannya.

Dianoia punya makna dialektis, sementara suniemi punya makna sintetis.

Akal budi yang dialektis berarti akal budi yang terus-menerus memahami. Sementara akal budi yang suniemi berarti akal budi yang final memahami.

Selama seorang manusia masih hidup, menurut saya ia tidak perlu buru-buru "suniemi" mensintetiskan smua "kebenaran" yang dia temukan. Selama hayat masih dikandung badan, kita musti terus-menerus berakalbudi ala dianoia.

Makanya tidak ada manusia yang suniemi. Kecuali udah mampus. Baru deh dia memahami secara sitetis, apa sebenarnya juntrungan dari segala keabsurdan hidup di dunia ini.

 

__________________

".... ...."

Miyabi's picture

q^o^p

sengaja make banyak istilah... supaya minie punya banyak bahan buat bermain manusia jerami

__________________

".... ...."

rogermixtin09's picture

Miya,KONSISTEN

Salah satu contoh bahwa kebenaran tidak akan bertentangan dengan dirinya sendiri.

Alkitab tetap KONSISTEN

Miyabi's picture

@rogermixtin

tapi penerjemahnya atau penafsirnya belum tentu konsisten hehehe
__________________

".... ...."

Wapannuri's picture

KONSISTEN LAGI....

Nah.....kapan bro roger nulis tentang topik ini ? 

Ketika melihat nama rogermix, selalu terbayang kata KONSISTEN dalam benak saya ! Paling tidak poin - poinnya :

1. Arti Konsisten

2. Hubungan antara konsisten dengan alkitab, konsisten dengan kehidupan sehari-hari, dan konsisten dengan internet

3. Bagaimana mengetahui seseorang itu konsisten dan tidak konsisten

 

Itu pertanyaan saya bro...kapan nulis topik ini ? Tak tunggu !

__________________

Dunia di mata Wapannuri.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

mujizat's picture

@Roger, Sandman, Miyabi, Lapan, soal "akal budi"

Shalom,

Rogermixtin:

Adakah manusia yang mau mencintai atau setidaknya mau belajar mencintai Tuhan ?

Muji:

Ada, sebut saja: Henokh, Nuh, Ayub, Daud, Muji

Rogermixtin:

seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Roma 3:10-12

Wah,ternyata kalau menurut ayat diatas nggak ada tuh bang Muji..! Nggak ada manusia yang mau mencintai atau setidaknya mau belajar mencintai Tuhan dari dirinya sendiri.

Muji:

Cari di alkitab, banyak orang berakal budi. Sebut saja Salomo, Daniel dll.

Surat  Roma 3:10-12 perlu dipahami dengan Hikmat Allah, dan bukan dengan tafsir hurufiah, kecuali Anda ingin melihat kontradiksi ayat-ayat Alkitab.

Rogermixtin:

Mungkin itulah sebabnya para Reformator menyebutnya ANUGERAH.

Muji:

Aplikasinya musti benar. Yang dimaksud ANUGERAH diantaranya adalah PENEBUSAN DOSA oleh Yesus Kristus, sedangkan setiap orang telah dianugerahi Allah berupa akal budi yang juga membedakannya dengan spesies lain seperti binatang, serangga dll.

Yang lain: TQ.

JBU

 

__________________

 Tani Desa

rogermixtin09's picture

Bang Muji

Tidak ada yang kontradiktif.Alkitab sangat KONSISTEN dengan ajaranya.

Komentar saya,Sandman,miyabi dan lapan itu sangat jelas dan membuktikan bahwa tidak ada yang kontradiktif soal itu.

Saya justru bingung dengan kalimat anda soal " Perlu dipahami dengan hikmat Allah "

Maaf bang Muji saya benar-benar tidak mengerti bagaimana caranya "memahami dengan hikmat Allah". Bolehkah anda mengajarkan kepada saya bagaimana caranya memahami dengan hikmat Allah itu ?

mujizat's picture

@Rogermixtin

Rogermixtin:

Tidak ada yang kontradiktif.Alkitab sangat KONSISTEN dengan ajaranya.

Muji:

Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah (Rm 3:11)

VERSUS

Lalu ia mengajari aku dan berbicara dengan aku: "Daniel, sekarang aku datang untuk memberi akal budi kepadamu untuk mengerti (Dan 11:22)

Dengan pemahaman HURUFIAH, maka kedua ayat itu MEMANG kontradiktif, kecuali Bung Roger tidak paham makna KONTRADIKTIF.

Rogermixtin:

Komentar saya,Sandman,miyabi dan lapan itu sangat jelas dan membuktikan bahwa tidak ada yang kontradiktif soal itu.

Muji:

Benarkah??

Rogermixtin:

Saya justru bingung dengan kalimat anda soal " Perlu dipahami dengan hikmat Allah "

Maaf bang Muji saya benar-benar tidak mengerti bagaimana caranya "memahami dengan hikmat Allah". Bolehkah anda mengajarkan kepada saya bagaimana caranya memahami dengan hikmat Allah itu ?

Muji:

Hikmat Allah akan diperoleh seseorang ketika ia dipenuhi Roh Allah atau ketika Tuhan Yesus membuka pengertiannya, karena sebuah ayat Alkitab bisa multitafsir ketika seseorang memahaminya dengan hikmat dunia dan seorang lainnya memahaminya dengan hikmat Allah.

Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci (Lukas 24:45)

Petrus dan Paulus adalah contoh dua orang rasul Yesus yang telah dibuka pikirannya oleh Roh Allah sehingga mereka berani berikan nyawanya demi keyakinan Injil yang mereka telah pahami dengan benar, yakni ketika Hikmat Allah telah ada pada mereka, oleh sebab mereka telah dipenuhi Roh Kudus dan mempertahankan kepenuhan itu.

Salam.

__________________

 Tani Desa

lapan's picture

@Mujizat

Muji:
Dengan pemahaman HURUFIAH, maka kedua ayat itu MEMANG kontradiktif, kecuali Bung Roger tidak paham makna KONTRADIKTIF.

Lapan:
Om Muji, menurut saya kedua ayat itu nggak kontradiktif sama sekali. Di bahasa aslinya sama sekali gak ada kata "akal budi". Coba om Muji bandingkan dengan terjemahan lain. Intinya saya rasa bahwa Gabriel datang untuk memberi pemahaman kepada Daniel >> Gabriel menjelaskan ke Daniel arti dari penglihatan itu supaya Daniel mengerti.

Apakah Roma sedang bicara tentang mengerti penglihatan? Menurut saya, om Muji sedang membandingkan 2 hal yang sangat berbeda.

 

Rogermixtin:
Komentar saya,Sandman,miyabi dan lapan itu sangat jelas dan membuktikan bahwa tidak ada yang kontradiktif soal itu.

Muji:
Benarkah??

Lapan:
Jangan cuman begitu donk om. Kalau menurut om penjelasan Miyabi ada yang salah/meragukan, kasitau donk di mananya :D

__________________

imprisoned by words...

mujizat's picture

@Lapan

Muji:
Dengan pemahaman HURUFIAH, maka kedua ayat itu MEMANG kontradiktif, kecuali Bung Roger tidak paham makna KONTRADIKTIF.

Lapan:
Om Muji, menurut saya kedua ayat itu nggak kontradiktif sama sekali. Di bahasa aslinya sama sekali gak ada kata "akal budi". Coba om Muji bandingkan dengan terjemahan lain. Intinya saya rasa bahwa Gabriel datang untuk memberi pemahaman kepada Daniel >> Gabriel menjelaskan ke Daniel arti dari penglihatan itu supaya Daniel mengerti.

Apakah Roma sedang bicara tentang mengerti penglihatan? Menurut saya, om Muji sedang membandingkan 2 hal yang sangat berbeda.

Muji:

Saya menulis "dengan pemahaman hurufiah" dan baru berdasarkan alkitab terjemahan LAI. Tetapi saya berterimakasih buat penjelasan sdr/i Miyabi untuk makna "dianoia" dan "suniemi". Namun apakah "akal budi" yang diterima Daniel tidak boleh disetarakan dengan "suniemi" walau mungkin tertulisnya "dianoia" ?

Mungkin Anda mau menjelaskan lebih lanjut.

Rogermixtin:
Komentar saya,Sandman,miyabi dan lapan itu sangat jelas dan membuktikan bahwa tidak ada yang kontradiktif soal itu.

Muji:
Benarkah??

Lapan:
Jangan cuman begitu donk om. Kalau menurut om penjelasan Miyabi ada yang salah/meragukan, kasitau donk di mananya :D

Muji:

Beri saya waktu buat merenung, bisa jadi (kemungkinan besar) pengertian saya juga masih "dianoia".

JBU.

__________________

 Tani Desa

lapan's picture

@Mujizat

Muji:
Saya menulis "dengan pemahaman hurufiah" dan baru berdasarkan alkitab terjemahan LAI. Tetapi saya berterimakasih buat penjelasan sdr/i Miyabi untuk makna "dianoia" dan "suniemi". Namun apakah "akal budi" yang diterima Daniel tidak boleh disetarakan dengan "suniemi" walau mungkin tertulisnya "dianoia" ?

Mungkin Anda mau menjelaskan lebih lanjut.

Lapan:
Wah, saya juga masih dianoia sih dan kemungkinan lepel saya masih rendah banget :p Jadi saya sangat mungkin sekali salah.

Tapi pendapat saya ya, "berakal budi" di Roma sebenarnya adalah "mengerti secara sempurna", "mengerti keseluruhan" (coba baca penjelasan Miyabi aja lebih enak) >> kata kerja.

Segenap "akal budi" di Markus adalah "akal budi" yang dimiliki manusia (saya memahaminya sebagai otak/pikiran >> kata benda).

Sedangkan di Daniel, "memberikan akal budi", apakah itu berarti Daniel tidak punya akal budi sebelumnya? Ndak mungkin kan, jadi uda pasti bukan "akal budi" yang sama dengan "akal budi" Markus. >> saya memahaminya sebagai "Gabriel memberikan pemahaman".

Selain itu, "mengerti" yang dimaksud adalah "mengerti tentang penglihatan" yang baru dilihat Daniel. Jadi ini juga berbeda dengan "mengerti secara keseluruhan" pada Roma.

 

 

__________________

imprisoned by words...

mujizat's picture

@Lapan

Mm, berawal dari ayat yang disodorkan sdr Rogermixtin ini:

seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Roma 3:10-12

Lalu beliau sodorkan sanggahan thd tulisan Muji dst....

Menurut hemat saya, memang tulisan rasul Paulus perlu dipahami dengan hikmat Allah karena dapat memberikan pemahaman yang bias. Kalau tadi dalam hal "akal budi" , masih ada lagi "semua orang telah menyeleweng" padahal itu (mungkin) tidak berlaku buat tokoh2 tertentu seperti Henokh, Daniel, Nuh dan Ayub lantaran Alkitab tidak scr explicit tulis itu, tetapi who knows?

Masih ada lagi "mereka semua tidak berguna", lalu "tidak ada yang berbuat baik" dan seterusnya,...

Kalau saya lebih cenderung untuk memahami kata "semua" dalam tulisan Paulus itu sebagai BUKAN MUTLAK.

Itu seperti sebuah bangunan kuno di Semarang yang disebut "lawang sewu" (pintu seribu) apakah memang jumlahnya seribu? Sepertinya tidak, namun "seribu" dalam konteks ini berarti "sangat banyak". Lalu ada serangga disebut si "kaki seribu" itupun barangkali tidak tepat seribu untuk jumlah kakinya.

Karena itu, kata "semua" boleh dipahami sebagai "sebagian BUESARR" manusia.

He he, pendapat saya saja, masih dianoia.

Salam.

__________________

 Tani Desa

lapan's picture

@Mujizat

Tampaknya Paulus tidak memaksudkan "sebagian besar", soalnya diberi penekanan "tidak seorangpun".

 

Tapi ya sudahlah, saya sampai sini dulu. Silakan dilanjutkan dengan Roger. Maap uda nyelak2 :D

 

 

__________________

imprisoned by words...

Miyabi's picture

@mujizat: tak seorang pun

Saya juga berpendapat itu gaya bahasa dialektisnya Paulus. Ia mulai dari suatu yang sangat sisi ekstrim yang ini, lalu ia bergerak ke sisi ekstrim yang itu.

Di awal surat 2Korintus 1:8 dia bilang "kami telah putus asa juga", tau-tau di 2 Kor 4:8 dia bilang " kami habis akal tapi tidak putus asa".

Sepertinya memang Paulus serius dengan menggunakan diakonia (pikiran kritis dialektis sisi ke sisi).

Apakah "tak seorang pun" yang ditulis Paulus betul-betul berarti "tak seorang pun?"

Sementara kita tahu Paulus itu saling berkirim surat dengan para jemaat orang, dan apa saja isi surat orang-orang itu ke Paulus, kita nggak ikut baca. Kita cuma baca one side of the story.

 

__________________

".... ...."

lapan's picture

@miyabi, sama?

Menurut Mia, putus asa dalam 2 Kor 1 dan 2 Kor 4 atas hal yang sama atau berbeda?

__________________

imprisoned by words...

Miyabi's picture

@Lapan: putus asa

Kayaknya sama.

1. Yang bicara sama (Paulus)

2. Dalam surat yang sama (2 Korintus)

3. Ditujukan ke pihak  yang sama (Jemaat Korintus)

Lalu mengapa sepertinya bertentangan? Karena Paulus mempraktekkan gaya bahasa yang dialektis, seolah ada 2 suara bertentangan. Makna ketiga dianoia kan 2 suara berdialog bersahutan dalam drama Yunani Kuno. Kadang Paulus berdianoia dengan mengajukan pertanyaan lalu menjawabnya. Dia yang nanya, dia yg jawab.

__________________

".... ...."

lapan's picture

Miyabi putus asa

Hm, maksud gw sama di hal yang diputusasakan.

2 Kor 1:8 Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami.

Menurut gw, 2 Kor 1:8 bicara "putus asa" soal hidup, diterangkan juga dengan ayat berikutnya yang bicara "seolah-olah dijatuhi hukuman mati".

Sedangkan 2 Kor 4:8 bicara "tidak putus asa" dalam memberitakan Kristus.

Gmn?

 

__________________

imprisoned by words...

PlainBread's picture

Hikmat Allah

"Perlu dipahami dengan hikmat Allah" adalah kode klasik yang sering dipake beberapa pengajar yang mengandung arti implisit berdasarkan logika ilahi:

1. Saya punya hikmat Allah, kamu tidak

2. Jadi saya yang mengerti arti ayatnya, kamu tidak

3. Jadi pengertian saya benar, kamu tidak

Beberapa penceramah dari agama lain juga sering berkotbah seperti itu: "Perlu dipahami dengan hidayah dari Alloh, supaya pikiran kamu dibukakan .." :)

tonypaulo's picture

caranya...

2Co 3:14  Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.

mujizat's picture

@PB, hikmat Allah

PB:

"Perlu dipahami dengan hikmat Allah" adalah kode klasik yang sering dipake beberapa pengajar yang mengandung arti implisit berdasarkan logika ilahi:

1. Saya punya hikmat Allah, kamu tidak

2. Jadi saya yang mengerti arti ayatnya, kamu tidak

3. Jadi pengertian saya benar, kamu tidak

Muji:

Tergantung. Ada orang-orang yang oleh Roh Allah memang benar-benar memahami sesuatu PENGERTIAN, semisal tentang konsep PENEBUSAN DOSA bagi pemercaya Yesus Kristus, sementara itu ada orang-orang lain yang sebenarnya tidak paham dengan apa yang sedang dibicarakan atau diperdebatkan lalu berusaha MENGHINDAR dari memberikan penjelasan lebih jauh, oleh sebab sebenarnya ia tidak lagi mempunyai mesiu, dan berlindung di balik "hikmat Allah".

PB:

Beberapa penceramah dari agama lain juga sering berkotbah seperti itu: "Perlu dipahami dengan hidayah dari Alloh, supaya pikiran kamu dibukakan .." :)

Muji:

Benar, saya sebut ini dengan "jurus pamungkas" .

Lakum dinikum waliadiiiin, yang dengan itu bermaksud agar lawan bicara mau MINGKEM dan "memahami keterbatasannya". Ha haa.

Salam.

 

__________________

 Tani Desa

Miyabi's picture

@Mujizat: tukang ojek

Muji: Beri saya waktu buat merenung, bisa jadi (kemungkinan besar) pengertian saya juga masih "dianoia".

=========================

Berikut usaha terjemahan saya, maaf kalau panjang sekali:

Dianoia (kata benda) = pikiran yg digunakan seksama dari sisi ke sisi, upaya bergerak dari satu sisi masalah ke sisi lain untuk mendapatkan kesimpulan berimbang, penarikan kesimpulan yg bulat, pikiran kritis, pikiran dialektis yang sampai mentok baik ke sisi sini maupun sisi sana.

Suniemi (kata kerja) = to put together, menaruh sejumlah hal dengan klop/pas, menaruh sejumlah hal atau gagasan masing-masing menjadi saling terkait dengan pas seluruhnya; memahami sepenuhnya secara final; (juga sering dikaitkan) memahami kehendak Allah

=======

Dianoia berhubungan dengan proses berpikir. Ketika saya menyeberang jalan, saya menggunakan dianoia ini. Saya tengok kiri kanan apa ada motor nyelonong. Saya lihat ke depan apakah saya akan tiang listrik, dan tengok ke belakang apakah ada cowok cakep yg buntutin saya.

Sebenarnya saya sudah paham lingkungan di rumah saya. Di mana jalan dan di mana pohon dan tiang listrik. Saya bisa membuatkan petanya. Dan saya bisa membuat denah/petanya karena saya suniemi lingkungan rumah saya ini.

Saya bisa berikan peta ini ke Lapan. Lapan pelototin dan oooo ya dia paham. Namun ketika Lapan menyeberang jalan, dia tetap harus menggunakan dianoia, kalau tidak mau diseruduk angkot atau nyebur got.

====

Suniemi berarti memahami kehendak Allah. Paulus betul, tidak ada manusia yang bisa memahami kehendak Allah. Tidak ada manusia yang bisa suniemi dalam arti begini: Ada begitu banyak hal di dunia ini yang harus ditata (put together) supaya pas rapi-jalin menyeluruh dan  menghasilkan pengertian yang final. Kehidupan kan belum selesai, jadi fakta-faktanya belum semuanya terkumpul. Jadi pengertian yg final itu tidak bisa dilakukan. Kalau toh seorang manusia sudah meninggal, paling-paling ia cuma bisa memahami kehendak Allah sebatas yg berkaitan dengan dirinya sendiri. Ini pun masih perlu dibuktikan.

Pengetahuan tentang kehendak Allah tentu sangat luas dan batas-batasnya cuma Allah yang tahu. Jika Allah menyatakan kehendakNya kepada manusia (misalnya lewat Kitab Suci), maka pengetahuan manusia itu pun terbatas. Namun "batas-batas" pengetahuan manusia tentang Allah ini bukan batas sebenarnya, dan lebih tepat disebut frontier (perbatasan). Perbatasan ini bisa meluas dan bisa menyempit.

====

 Pengetahuan saya tentang seluk-beluk lingkungan rumah bisa meluas, dari lingkup RT hingga kecamatan. Supir taksi kawakan mungkin paham sedetil-detilnya kota daerah operasinya dan sekitarnya. Namun meski ia suniemi seluruh kota sampai sedetil-detilnya, ia tetap saja harus waspada dan menggunakan dianoia ketika menyetir.

=====

Menurut saya, dianoia dan suniemi itu adalah dua tataran yang berbeda. Bukan tahapan, jadi bukan dari tahap dianoia lalu menjadi tahap suniemi. Keduanya saling mendukung. Di satu sisi kita harus sungguh-sungguh menggunakan dianoia pikiran kritis, dan di pihak lain kita harus berusaha suniemi (memahami secara komperhensif/menyeluruh final), walaupun suniemi yang betul-betul final itu mustahil, atau cima bisa suniemi (memahami) sejauh yang dimungkinkan oleh keterbatasan kita.

===

Bagaimana dengan dianoia yang diberikan kepada Daniel? Saya kira pengertiannya masih sama. Daniel diberi pikiran yang sangat kritis. Dengan dianoia ini ia mampu menganalisa dan mengatasi masalah-masalah di hadapannya.

Apakah Daniel bisa suniemi? Sangat mungkin, namun sebatas yang diizinkan/diberitahu Allah. Daniel diberi mimpi berupa gambaran apa yang akan terjadi. Daniel menggunakan dianoia untuk mempelajari mimpi ini. Sama seperti tukang ojek mempelajari denah peta lokasi kondangan yang kita berikan. Dia paham maksudnya (suniemi) lalu kita pun berboncengan berangkat. Saat mengemudikan motor si ojek tetap butuh dianoia untuk, ia tetap lihat kiri kanan supaya tidak nabrak atau salah belok.

====

Dianoia(kata benda): Tukang ojek yg jago mengemudikan motor. Dijamin ga bakal nabrak pohon atau nyebur got.

Suniemi (kata kerja): Memahami seluk beluk kota keseluruhan. Dijamin Anda ga bakal nyasar.

====

 

__________________

".... ...."

lapan's picture

@Miyabi, penjelasan bagus

Bagus banget penjelasan tentang dianoia dan suniemi nya. Hahahaha

Dalam memahami Alkitab (atau Firman Tuhan), bisa jadi memang perlu proses penggunaan dianoia untuk bisa suniemi semampunya. Gw rasa maksud Muji adalah masih dalam proses, soalna Mia dalam penjelasan sebelumnya mengaitkan dianoia dengan proses berpikir yang masih berlangsung. Aslinya sih dianoia itu kata benda hehehe

 

Tapi, mengenai Daniel, berhubung ada dalam bahasa Ibrani, mungkin belum tentu padanannya di Yunani ada hubungannya dengan dianoia ataupun suniemi.

Frase "memberikan akal budi" diterjemahkan dari kata Ibrani "sakal". Bisa dilihat di sini:
consider, expert, instruct, prosper, deal prudently, give skillful, have good success, teach,

A primitive root; to be (causatively, make or act) circumspect and hence, intelligent -- consider, expert, instruct, prosper, (deal) prudent(-ly), (give) skill(-ful), have good success, teach, (have, make to) understand(-ing), wisdom, (be, behave self, consider, make) wise(- ly), guide wittingly.

Jadi gw rasa, gak ada kaitan dengan akal budi yang di Markus maupun berakal budi di Roma. Gabriel ngejelasin ke Daniel supaya dia ngerti. Tapi itu menurut gw. Coba Mia liat deh. Hehehehe

__________________

imprisoned by words...

Miyabi's picture

@lapan: sundul

Gue cuma nyundul bola... kan elu yg ngasih umpan.

(sok merendah, maklum anggota tiga serangkai jeruk penjilat pemakan jeruk; yg 2 lagi siapa hayoo?)

__________________

".... ...."

lapan's picture

Miyabi sok merendah

Wah kok sok merendah Mia? Sok merendah berarti aslinya gak merendah donk?

waakkakakakakak

 

waduh, siapa tuh Mia yang 2 lagi? Mau tau donkkkkkk

*lewat PM jg bole wink wink

__________________

imprisoned by words...