Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
TRAFFICKING (?)
Sabtu kemarin, saya bersama suami melakukan perjalanan ke Jakarta dengan pesawat.
Di dalam pesawat, kami semua terganggu oleh suara tangisan dan rengekan seorang anak lelaki, kira-kira berumur 3 tahunan. Saya memerhatikan bahwa anak ini menangis memanggil mama-papanya terus menerus. Ini terjadi sementara satu demi satu penumpang mencari tempat duduk masing-masing sampai pesawat tinggal landas.
Ketika pesawat telah terbang dengan stabil, anak ini keluar dari tempat duduknya dan berusaha menyeret seorang perempuan yang mendampinginya untuk mengantar dia berjalan ke arah moncong pesawat. Namun hanya beberapa langkah, bocah ini berbalik panik, dan berusaha berjalan ke arah sebaliknya, yaitu ke arah ekor pesawat. Tentu saja sambil terus memanggil-manggil papa-mamanya. Tak lama kemudian, anak ini minta digendong oleh perempuan pendampingnya dan si anak menunjuk-nunjuk ke arah moncong pesawat. Maksudnya, tentu minta digendong ke arah tersebut. Tiba-tiba, si anak membanting badannya-sembari tubuh montoknya masih berada di dalam gendongan-sambil menunjuk-nunjuk ke arah yang berlawanan lagi.. Hal ini terus menrus terjadi dan berulang-ulang sampai anak itu tertidur kelelahan di gendongan wanita itu.
Saya menjadi bertanya-tanya, di manakah papa-mama si anak ini? Siapakah perempuan pendampingnya itu? Anak itu merasa tidak nyaman dengan perempuan itu; perempuan itu pun tidak piawai membujuk, membujuk atau menenangkan anak tersebut. Dia hanya berkata, "Cup...cup...cup...." tanpa ekspresi dan tidak mengecup atau memeluk anak itu sebagaimana yang biasa dilakukan orang jika hendak menenangkan seorang anak yang sedang menangis atau rewel.
Apakah anak ini diculik? Apakah ini tindakan trafficking? Wallahuallam.
Beberapa tahun yang lalu ada suatu kejadian yang juga menimbulkan pertanyaan yang sama di benak saya. Ketika itu, saya bersama suami dan serombongan teman yang lain sedang menunggu di bandara Doha, Qatar untuk melanjutkan perjalanan pulang dari Yordania ke Indonesia, saya melihat seorang perempuan sedang duduk menggendong seorang bayi yang umurnya mungkin tidak lebih dari 3 bulan. Wajah perempuan itu seperti wajah perempuan Indonesia. Saya menduga perempuan itu adalah ibu dari bayi itu menilik perilakunya yang seringkali menatap lekat kepada wajah bayi yang sedang terlelap tersebut.
Ketika pada akhirnya setelah transit 7 jam, kami melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa saat di dalam pesawat, saya berjalan ke depan untuk pergi ke toilet dan pada saat itulah saya melihat bayi itu berada di dalam pesawat juga. Saya yakin bahwa itu adalah bayi yang sama yang saya lihat saat menunggu tadi karena saya mengamati warna pakaian dan selimut yang membungkusnya. Namun saya terkejut karena bayi itu digendong oleh perempuan lain. Di sebelah perempuan baru itu duduk seorang perempuan yang lain lagi. Mereka bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia yang logatnya tak saya kenali. Saya menjadi heran karena bayi yang tadinya tenang tertidur, kini rewel terus menerus. Perempuan yang sedang menggendong bayi itu berusaha memberi susu kepada bayi itu melalui botol susu. Dari caranya memegang botol susu dan cara memasukkan botol itu ke dalam mulut si bayi, perempuan itu tampak kurang terampil. Dan yang paling membuat saya syok adalah ketika bayi menolak minum susu dan terus rewel, si perempuan berusaha menenangkannya dengan mengangkat bayi itu di kedua ketiaknya, memberdirikannya sambil mengguncang-guncangkannya pelan selayaknya bayi yang sudah mulai belajar berdiri. Maksudnya ingin membuai. Saya tidak dapat melupakan bagaimana kepala bayi yang disanggah oleh leher yang belum kuat itu bergerak-gerak (walau dengan entakan yang halus) maju mundur seperti boneka dakocan hitam berleher pir yang saya miliki semasa kecil. Perempuan ini, rekannya dan bayi itu duduk di barisan paling depan di mana seharusnya bisa diletakkan sebuah bassinet untuk membaringkan bayi.
Siapakah ibu dari bayi itu? Apakah ibunya seorang TKW dari Indonesia? Siapakah kini wanita yang menggendong bayi itu? Bagaimana pula bayi itu bisa berpindah tangan? Bagaimana dengan dokumen perjalanan bayi itu? Apakah ini sebuah trafficking? Wallahuallam.
Pemandangan itu tak pernah saya lupakan dan sekaligus saya sesali karena saya tidak berusaha melakukan apa-apa saat itu. Dan ternyata kemarin pun saya juga tidak melakukan apa-apa lagi. Padahal, beberapa minggu sebelumnya saya mencantumkan nama saya, membubuhkan tanda tangan serta menggambar kerangka telapak tangan saya di selembar kertas yang telah disediakan oleh sebuah gerai kosmetik dan wewangian tempat saya berbelanja untuk mendukung penghentian trafficking anak-anak dan juga orang-orang muda!
Wah, NATO, nih. No Action, Talk Only. Lebih gede sesumbar saya daripada kelakuan saya!
"I do not try to dance better than anyone else. I only try to dance better than myself." - Mikhail Baryshnikov, ballet dancer
- martha pratana's blog
- Login to post comments
- 3234 reads
Bagaimana seharusnya ya...
Duh paling sebel kalo beginian... Bingung dah. Apakah seharusnya kita nyamperin? Ngomongnya gimana ya? Atau mungkin lebih baik kita ngomong ke petugas untuk menyelidiki ibu-ibu itu secara anonim?
Coba bayangkan hidup orangtua asli dan anak itu kelak kalau misalkan benar diculik... Mana uda ngeliat lagi ya. Mending jalan liat ke bawah aja deh kalo gini. Cuman bikin ngerasa bersalah dan gak enak. Tapi ini juga salah. Susahnya jd manusia ~_~
imprisoned by words...
laporkannnn
".... ...."
wew kan blm pasti
hahah semangat aja mia nih :p
imprisoned by words...