Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Jika seorang yang belum alami pembaharuan akal budi menjadi pejabat negeri
Belum lama berselang Adnan Buyung Nasution, seorang pengacara kondang negeri ini (Indonesia) memberikan pernyataan di hadapan wartawan. Dia menyesalkan tindakan Mahfud Md, ketua MK (Mahkamah Konstitusi) yang terlalu dini membocorkan beberapa informasi yang baru berisi indikasi-indikasi adanya kecenderungan suap di tubuh MK yang akibatkan beberapa pihak yang terlibat cepat-cepat pasang kuda-kuda, mereka yang diindikasikan melakukan kasus suap, dan beramai-ramai menyangkali tuduhan itu, akibatnya mempersulit proses pembongkaran kasus.
Terlepas dari mana yang benar dalam kasus yang membelit MK tersebut, namun memang setiap tindakan korupsi, kasus suap-menyuap, setiap tindak ketidak-adilan merupakan peristiwa yang menjengkelkan rakyat.
Pernah saya melihat sebuah iklan di teve, ada seorang anak kecil yang kebiasaan membohongi orang tuanya, lalu ketika masuk usia sekolah, ia suka nyontek, kemudian ketika menginjak dewasa, ia lulus sarjana dengan cara tidak halal pula. Akhirnya ia diterima bekerja menjadi pegawai negeri, merangkap sebagai koruptor,…
Sekedar contoh yang cukup menjelaskan bahwa tindakan korupsi tidak dilakukan secara tiba-tiba, melainkan sudah ada “bibit-bibit” moral yang tidak baik, yang tumbuh seiring waktu, seiring perkembangan tubuh jasmani. Sebelum benih ketidak-adilan itu bisa dimusnahkan, kecil kemungkinan yang bersangkutan dapat bekerja dengan jujur.
Aturan hukum, ketatnya pengawasan, mungkin akan sedikit meminimisasi terjadinya korupsi. Akan tetapi, benih kejahatan sepertinya akan selalu mencari peluang untuk memuaskan hasrat si “bapa” , yaitu si sumber kejahatan.
Seseorang yang “mengidap” kleptomania, misalnya, mungkin sebenarnya ia seorang yang secara ekonomi cukup kaya, artinya, tanpa nyolong pun ia ngak akan kelaparan. Namun “roh kleptomania” (bahasa Muji, hehe,… yang ngak setuju silahkan “ngamuk”) akan mendorongnya memuaskan keinginan untuk nyolong. Keinginan untuk lepas dari roh kleptomania, akan mempermudah proses pelepasan (ruqyah), yang jika berhasil akan meniadakan keinginan untuk “ber-kleptomania-ria”.
Injil Yesus Kristus mengajarkan hal pembaharuan akal budi yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Dengan pemahaman yang benar akan Firman Allah, dengan mempercayai kuasa Roh Kudus yang masih bekerja hingga hari ini, maka “insya Allah” seorang Kristen akan dimungkinkan untuk terus-menerus menerima pembaharuan akal budi, bagaikan sel-sel baru yang menggantikan sel-sel yang sudah saatnya mati dalam tubuh manusia.
Indonesia perlu menyadari bahwa manusia dilahirkan dari keturunan pendosa, dengan membawa benih dosa, benih nyolong, benih korupsi. Negeri ini perlu menyadari bahwa Tuhan dapat melakukan pembaharuan akal budi, dan negeri ini juga butuh orang-orang yang sudah mengalami (dan terus-menerus alami) pembaharuan akal budi sebagai pejabat-pejabat yang ber-integritas.
- mujizat's blog
- Login to post comments
- 3200 reads
Bang Muji, namanya juga rantai makanan
kalo sesuatu dilakukan sendiri biasanya sulit dilakukan, makanya semua berkelompok, seperti rantai kehidupan.Jika satu kena, semua bakalan terbuka. Untuk itu, cepet cepet tali rantainya diputus,....biar saat nyambung, butuh waktu dan usaha lagi,...
Yang dicari itu 'makanan' melibatkan banyakorang, semua merasakan nikmat, suruh dimuntahin lagi? mana tahaaaaannnnnn....
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
Smile, rantai makanan atau lingkaran setan
Seorang sahabat saya menjabat Kapolsek di wilayah Kabupaten tertentu di Jawa Tengah, sebelumnya pernah dinas di jajaran Polresta setingkat Kabupaten. Menurutnya, setiap bulan harus ada DANA yang disetor ke tingkat atas, yang asalnya dari TILANG, dengan jumlah minimal tertentu (sekian juta rupiah) per-bulan.
Ini adalah sistem yang buruk - menurut saya - karena, bagaimana kalau smua masyarakat pemakai jalan sudah tertib?
Intinya, jika insting "nyolong" masih melekat di setiap pribadi pejabat negeri, maka harapan untuk terciptanya sistem pemerintahan yang ideal, yang adil, akan nampak masih sangat jauh.
Tani Desa