Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Anugerah Allah dapat dicabut?
Mendengar Firman Tuhan adalah anugerah, dipilih Tuhan adalah anugerah, memiliki iman yang benar juga diawali dengan anugerah, namun apakah setelah semua hal yang baik diperoleh karena anugerah, lantas seseorang tidak perlu melakukan sesuatu sampai tujuan utama, yaitu keselamatan jiwa dapat diraih? Atau, apakah karena semua itu merupakan anugerah, maka akan secara otomatis tidak akan hilang? Saya ingin mengajak handai taulan untuk menyelidiki apa yang diajarkan alkitab mengenai hal ini.
Saulus adalah raja pertama bangsa Israel. Berbeda dengan raja-raja yang lain, atau Presiden yang sekarang kita kenal, yang mempromosikan diri atau mencalonkan diri untuk menjadi seorang Presiden atau kepala Negara, maka raja Saul tidak pernah mencalonkan diri menjadi seorang raja. Tuhan sendiri yang memilih Saul, dan bahkan pada mulanya anak Isai itu Nampak rendah diri.
Sesudah itu disuruhnyalah suku Benyamin tampil ke muka menurut kaum keluarganya, maka didapati kaum keluarga Matri. Akhirnya disuruhnyalah kaum keluarga Matri tampil ke muka seorang demi seorang, maka didapati Saul bin Kish. Tetapi ketika ia dicari, ia tidak diketemukan. Sebab itu ditanyakan pulalah kepada TUHAN: "Apa orang itu juga datang ke mari?" TUHAN menjawab: "Sesungguhnya ia bersembunyi di antara barang-barang."Berlarilah orang ke sana dan mengambilnya dari sana, dan ketika ia berdiri di tengah-tengah orang-orang sebangsanya, ternyata ia dari bahu ke atas lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya.
Dan Samuel berkata kepada seluruh bangsa itu: "Kamu lihatkah orang yang dipilih TUHAN itu? Sebab tidak ada seorangpun yang sama seperti dia di antara seluruh bangsa itu." Lalu bersoraklah seluruh bangsa itu, demikian: "Hidup raja!"(1 Sam 10:21-24)
Saul diangkat menjadi raja Israel pertama. Nabi Samuel mengurapi Saul, atas perintah Tuhan, dan semenjak itu Roh Tuhan menyertai Saul.Lalu sampailah Saul pada sebuah ujian, yang menurut Muji, itu adalah sebuah ujian yang penting, untuk mengetahui sampai dimana ketaatan Saul; sampai dimana pengandalan Saul kepada Tuhan, yang dalam hal ini Muji menyebutnya sebagai Baptisan Api untuk Saul.
Adapun orang Filistin telah berkumpul untuk berperang melawan orang Israel. Dengan tiga ribu kereta, enam ribu orang pasukan berkuda dan pasukan berjalan kaki sebanyak pasir di tepi laut mereka bergerak maju dan berkemah di Mikhmas, di sebelah timur Bet-Awen. Ketika dilihat orang-orang Israel, bahwa mereka terjepit—sebab rakyat memang terdesak—maka larilah rakyat bersembunyi di gua, keluk batu, bukit batu, liang batu dan perigi; malah ada orang Ibrani yang menyeberangi arungan sungai Yordan menuju tanah Gad dan Gilead, sedang Saul masih di Gilgal dan seluruh rakyat mengikutinya dengan gemetar.
Ia menunggu tujuh hari lamanya sampai waktu yang ditentukan Samuel. Tetapi ketika Samuel tidak datang ke Gilgal, mulailah rakyat itu berserak-serak meninggalkan dia. Sebab itu Saul berkata: "Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu." Lalu ia mempersembahkan korban bakaran. Baru saja ia habis mempersembahkan korban bakaran, maka tampaklah Samuel datang. Saul pergi menyongsongnya untuk memberi salam kepadanya.
Tetapi kata Samuel: "Apa yang telah kauperbuat?" Jawab Saul: "Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas, maka pikirku: Sebentar lagi orang Filistin akan menyerang aku di Gilgal, padahal aku belum memohonkan belas kasihan TUHAN; sebab itu aku memberanikan diri, lalu mempersembahkan korban bakaran."
Kata Samuel kepada Saul: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu." Kemudian berangkatlah Samuel dan pergi dari Gilgal ke Gibea Benyamin.(1 Sam 13:5-15)
Ujian tersebut memang berat, dan “kebijakan” Saul untuk ber inisiatif mempersembahkan korban bakaran seperti sesuatu yang baik, namun ternyata itu merupakan sebuah kesalahan; dalam hal itu, Saul tidak lolos uji ketaatan.
Kalimat: Kata Samuel kepada Saul: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap…
khususnya frase “sedianya” bermakna predestinasi, Tuhan telah merancang dan memilih untuk mengokohkan tahta Saul, namun keputusan Saul telah menggagalkan rancangan Tuhan itu. Tetapi sepertinya Tuhan masih memberi kesempatan kedua kepada Saul, maka raja ini diuji lagi dengan uji ketaatan yang kedua.
Berkatalah Samuel kepada Saul: "Aku telah diutus oleh TUHAN untuk mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya; oleh sebab itu, dengarkanlah bunyi firman TUHAN. Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai."(1 Sam 15:1-3).
Berhasilkah Saul melewati uji ketaatan yang kedua itu?
Di ayat-ayat selanjutnya dikisahkan bahwa Saul dan pasukannya bersama rakyat setelah berhasil mengalahkan orang Amalek, mereka “tebang pilih”, karena memang sebagian ternak dan pasukan musuh ditumpas habis, namun mereka masih menyisakan kambing domba dan lembu-lembu terbaik dengan ide “untuk dipersembahkan kepada Tuhan”, dan raja Amalek, yaitu Agag juga masih dibiarkan hidup, yang dengan semua itu berarti Saul tidak taat sepenuhnya. Ketidak-taatan sepenuhnya dari Firman Tuhan, ternyata menimbulkan kekecewaan di hati Tuhan, yang dalam hal itu direfleksikan melalui perkataan nabi Samuel berikut:
Sesudah itu berkatalah Samuel: "Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN? Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja. Aku tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak firman TUHAN; sebab itu TUHAN telah menolak engkau, sebagai raja atas Israel." Ketika Samuel berpaling hendak pergi, maka Saul memegang punca jubah Samuel, tetapi terkoyak.
Kemudian berkatalah Samuel kepadanya: "TUHAN telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu. (1 Sam 17-28)
Kisah tragis raja Saul tersebut menjadi sebuah contoh bahwa anugerah Tuhan dapat dibatalkan oleh ketidak-taatan manusia, dan dapat menjadi pelajaran buat kita pentingnya kesungguhan dalam menjalani ujian-ujian dalam hidup ini, untuk tetap taat sepenuhnya kepada Firman Tuhan.
- mujizat's blog
- Login to post comments
- 4411 reads
Binari Presdetinasi
bukan mempertentangkan, memperjelas
Tani Desa