Submitted by
teograce
on
"Teman sejati tidak pernah menghalangi anda, kecuali anda hendak berjalan menuju ke jurang."
Ya, itu yang terjadi..
Aku berjalan menuju jurang..
Bukan aku tak tahu..
Tapi karena aku melihat bunga yang indah di tepi jurang..
Aku tahu.. saat aku memetiknya..
Aku pasti jatuh ke jurang..
Dia menghalangi langkahku..
Mengomeliku dan memarahiku..
Oh Tuhan..
Aku kesal karena omelannya..
Tapi dia mengatakan hal yang benar..
Dan aku yang sebenarnya salah..
Akhirnya kupalingkan mata..
Dari bunga yang indah itu..
Diam-diam berharap..
Menemukan bunga indah lain.. dalam perjalananku..
itulah guna sahabat
In reply to itulah guna sahabat by eppin
Permalink:p
Bisa bikin lapan...
Blog kamu ini bisa bikin hati lapan berbunga-bunga kayaknya hehehehe
In reply to Bisa bikin lapan... by minie
Permalinklapan?
In reply to lapan? by teograce
Permalink@Teo, maksudnya
In reply to @Teo, maksudnya by minie
Permalink^.^
Membaca kalimat pembuka blog ini
saya diingatkan untuk makin berhati-hati dalam menulis. Karena, bisa saja sepotong kalimat - bahkan yang tidak dicetak tebal - meninggalkan kesan yang dalam sehingga mengendap dalam bawah sadar pembacanya dan suatu ketika akan memberi warna dalam tindakannya. Syukur kalau kalimat itu menghasilkan hal yang positip. Tetapi patut disesalkan bila sebaliknya yang terjadi.
Karena itu saya berterima kasih kepada penjaja kopi yang tampaknya akan beralih profesi berjualan puppy agar tulisan saya "telling the reader something good" dan "making the reader knowing it's really good" kemudian "encouraging the reader to do it."
Salam.
In reply to Membaca kalimat pembuka blog ini by Purnomo
Permalink@ pak purnomo
In reply to Membaca kalimat pembuka blog ini by Purnomo
PermalinkMr. Pur : Fu Fu Fu.
@teograce, tolong di edit lagi.
karena statement itu bukan milik saya. Saya lupa membaca atau mendengar di mana.
Komen saya sama sekali tidak mempermasalah soal copas-mengcopas kok. Tetapi betul-betul mengenai kehati-hatian menulis. Saya senang statement itu Anda perjelas dengan sebuah ilustrasi.
Saya juga tidak pernah mengatakan kepada pendeta yang dalam kotbahnya yang saya dengar mengambil kesimpulan atau statement yang pernah saya tulis dalam SS. Baru satu kali saja dalam hidup saya, saya membisiki seorang pendeta setelah usai kebaktian bahwa beliau telah salah mengutip karena hanya mengambil sebagian sehingga esensinya berubah. Ketika ia bertanya 'kok tahu' baru saya mengakui bahwa sayalah yang menulisnya di SS. Dan dari beliau saya baru tahu ada beberapa artikel saya di sini yang diambil teman sepelayanannya untuk bahan "skripsi"nya mengambil S2 Teologi. Saya bangga? Tidak. Karena ia tidak menjelaskan tulisan saya diambil sebagai contoh bagus atau contoh yang salah.
In reply to @teograce, tolong di edit lagi. by Purnomo
Permalinkhehe