Ada dua kelompok relawan yang sama-sama menerima bantuan dari lembaga amal bentukan stasius TV. Mereka harus mengambil sendiri bantuan di home base lembaga amal ini. Satu kelompok relawan membawa truk, sementara kelompok relawan yang lain hanya membawa pick up kecil. Maka terjadilah dialog berikut:
"Mengapa kamu bawa mobil kecil?" tanya relawan yang bawa truk kepada relawan yang bawa pick up.
"Memangnya kenapa?" Relawan yang bawa pick up balik bertanya.
"Itu namanya kamu nggak beriman."
"Kok bisa?"
"Bukankah ada firman Tuhan yang berkata: Jadilah kepadamu menurut imanmu. Kalau kalian bawa mobil kecil maka kalian akan diberi bantuan sedikit,"jelas relawan yang bawa truk. "Lihat nih, kami bawa truk yang muat banyak. Sang pemberi bantuan tentu tidak enak kalau beri bantuan sedikit karena mobil akan kelihatan kosong. Kami bawa truk karena mengimani akan dapat banyak."
"Itu sih bukan beriman, itu namanya kemaruk," sergah relawan yang bawa pick up.
Mereka tertawa bersama-sama. Begitulah gambaran situasi di dalam bidang kemanusiaan. Di antara relawan ada saling canda untuk menghilangkan ketegangan dan sejenak melupakan keletihan. Meski belum saling kenal, namun di antara relawan mudah sekali tumbuh keakrabam karena merasa senasib dalam karya kemanusiaan.
Saat kedua kelompok relawan ini bepisah jalan, kelompok yang bawa pick up membawa bantuan satu pick up penuh; yang bawa truk juga bawa pulang bantuan sebanyak satu truk penuh. Jadi apa kesimpulannya: beriman atau kemaruk?
(Tidak usah ditanggapi serius. Ini hanya cerita ringan saja)
Salah Semua
Jelas-jelas dua-duanya salah:
Yang bawa truk nggak beriman, mestinya bawa sea container dengan truk trailer
Yang bawa pickup kemaruk, mestinya cuman bawa bajaj
---
ini juga komen ringan kok
salah juga
yang beriman mestinya gak usah bawa apa-apa, beriman dapet mobil!
iya salah banget
Kalo beriman tuh gunung udah nyungsep ke laut... hahahahaha
Merapi meletus, saya kok tidak lihat Mas Muji.
Saya mau tanya kepadanya apa Bang Rusdy bisa dikatakan beriman bila keliling kota bawa truk trailer mengangkut sea container cari sumbangan.
Ramalan saya container itu pasti dipenuhi sumbangan. Masalah yang muncul kemudian adalah bagaimana membawanya sampai ke tempat pengungsi. Jalan ke Magelang diselimuti pasir halus sehingga naik sepeda motor saja harus sambil nyanyi lagu kopi dangdut, pantat digoyang ke kanan ke kiri agar sepeda motor tidak jatuh tergelincir. Truk trailer pasti melorot mundur di tanjakan. Apalagi begitu sampai Muntilan. Solusinya hanya tinggal satu: bawa truk ini ke rumah Mas Muji.
Sayangnya Mas Muji menghilang ketika ia sangat dibutuhkan. Apa Pak Wawan waktu keliling lereng Merapi melihatnya?
Mas Wawan
In reply to Mas Wawan by smile
PermalinkSaya rasa mas Wawan tidak ada
Saya rasa mas Wawan tidak ada niat promosi :)
In reply to Mas Wawan by smile
PermalinkItu bukan foto mie sedap dipromosikan
Itu bukan foto mie sedap dipromosikan. Itu foto relawan menurunkan bantuan. Bantuan tersebut beras, mie sedap, dll. Jadi mie sedap tampil karena memang itulah bantuan yang diberikan.
In reply to Mas Wawan by smile
Permalink@smile, menurut gw
benny lin
In reply to benny lin by smile
PermalinkTrims
Tidak mau bilang gapapa karena nanti dikira jadi kebijakan baru :P
Pak SF
Foto sudah saya edit, supaya
Foto sudah saya edit, supaya tidak menjadi ganjalan.
Terimakasih untuk masukannya. Dalam situasi bencana seperti ini saya tidak sempat memperhatikan secara detil karena waktu yang terbatas.
In reply to Foto sudah saya edit, supaya by Purnawan Kristanto
PermalinkApresiasi...
M.Wawan dan Fwar
In reply to M.Wawan dan Fwar by smile
Permalinklho
ga ada asap kalo gak ada api.
In reply to ga ada asap kalo gak ada api. by smile
Permalinkmemang
ferrywar, EOD
In reply to ferrywar, EOD by smile
Permalink@Smile: Salah paham
In reply to @Smile: Salah paham by Hannah
PermalinkHannah : oke deh,..memang smile ga suka makan pare...
In reply to ferrywar, EOD by smile
Permalink@smile, pura-pura bego
In reply to @smile, pura-pura bego by lapan
Permalinklapan, gue copas