Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Belajar dari kasus HKBP

eppin's picture

Sebelumnya saya mau kulanuwun, saya mau curhat disini. Ada yang menggelitik perasaan saya waktu memperhatikan kasus HKBP di wilayah Bekasi.

Saya orang jawa yang tinggal di kalimantan. di kalimantan tengah gereja untuk warga asli kalimantan adalah Gereja Kalimantan Evangelis (GKE). waktu di jogja saya sidi di Gereja Kristen Jawa (GKJ).

Saya belum pernah melihat ada jemaat GKJ di kalimantan tengah, saya kira juga tidak ada jemaat GKJ di luar pulau jawa. waktu saya jogja dan salatiga saya juga gak liat ada jemaat GKE, dan saya kira memang tidak ada jemaat GKE di luar kalimantan.

Saya merasakan keanehan dengan HKBP. HKBP berani "gelar kemah" di perantauan. Waktu rame kasus kemaren, saya lantas bertanya-tanya ... apakah persoalannya tentang gereja Tuhan ... atau tentang suku .....

Saya pikir HKBP telah melewatkan perintah ini "bahwa jemaatNya harus cerdik ... dan tulus ........ "

 

paulwekwek's picture

Eppin anda kurang ajar..

Dari judulnya kyknya isinya gw kira mempelajari kasus HKBP. Terus Tiba-tiba anda merasa aneh dengan HKBP karena "gelar kemah" diperantauan. Emangnya ada yang larang apah? kenapa kok jadi aneh Pin? Anda masih bertanya-tanya dan bingung apa persoalan itu  tentang gereja Tuhan atau tentang suku namun berani-beraninya menuduh jemaat HKBP telah melewatkan perintah harus cerdik dan tulus.. Hadoh Eppin.. Eppin.. 

__________________

Bless all of Us..

eppin's picture

saya terima bahwa saya memang

saya terima bahwa saya memang kurang ajar .....

saya kira setiap suku berhak berkumpul untuk beribadah .... tetapi saya pikir jemaat yang menyandang nama suku tertentu harusnya berada di daerah tertentu juga ...  contoh hkbp lebih pas kalo tetap di sumatra utara.

apakah tidak boleh mendirikan jemaat hkbp di luar sumatra utara ?

saya ingin bertanya ? bijaksanakah itu? ...

 

paulwekwek's picture

lantas?

 Walaupun HKBP itu memang sebuah gereja yang menyandang nama suku namun tidak menutup kemungkinan suku lain juga bisa beribadah disana. 

 tetapi saya pikir jemaat yang menyandang nama suku tertentu harusnya berada di daerah tertentu juga ...  contoh hkbp lebih pas kalo tetap di sumatra utara.

Saya jadi bingung kenapa anda bisa berpikiran seperti itu? Kenapa menurut Eppin HKBP lebih pas di Sumatera Utara? Supaya ga ada Keributan atau bagaimana? Jemaat HKBP yang merantau( diluar SUmatera Utara) dan yang hanya ingin beribadah di gereja HKBP bagaimana donk? Lantas mau gereja dimana? 

Anda sudah bilang jemaat yang menyandang nama suku tertentu harusnya berada di daerah tertentu juga dan bilang HKBP lebih pas kalo tetap di Sumatera utara tapi tiba-tiba anda bilang:

apakah tidak boleh mendirikan jemaat hkbp di luar sumatra utara ?

saya ingin bertanya ? bijaksanakah itu?

Haha mksdnya apa sih Pin? kok gw jd bingung..

__________________

Bless all of Us..

eppin's picture

Walaupun HKBP itu memang

@paul

Walaupun HKBP itu memang sebuah gereja yang menyandang nama suku namun tidak menutup kemungkinan suku lain juga bisa beribadah disana.

-----------------------

Ide saya adalah membangun jemaat terbuka bagi semua tanpa ada embel2 suku ....

saya pikir bisa jadi lucu kalau semua suku yang merantau membangun jemaat di perantauan dengan nama suku masing2 ....

paulwekwek's picture

Kok lucu?

 saya pikir bisa jadi lucu kalau semua suku yang merantau membangun jemaat di perantauan dengan nama suku masing2.

Kenapa jadi lucu? Menurut gw justru bagus. Membuktikan Indonesia berbhineka tunggal ika, kerukunan antar suku, bukan seperti anda yang terganggu dengan adanya Embel-embel suku.. 

__________________

Bless all of Us..

guestx's picture

@wekwek, ini yang lucu menurut gw

yang lucu menurut gw adalah :

  • mengaku semua manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, tetapi dalam praktik tidak memperlakukan orang yang beragama lain sebagai manusia yang memiliki hak yang sama untuk menyembah Tuhan sebagaimana dipahami dan dikenal orang lain tersebut

 

  • mengaku bahwa tidak ada perbedaan antara suku, agama, ras dan antar golongan dalam bernegara, tetapi dalam sambutan resmi dilazimkan membuka dengan ucapan yang berasal dari tradisi yang bukan dari negeri sendiri

 

  • menentang habis pembedaan dan penggolongan warga  antara mayoritas dan minoritas, tetapi membangun kompleks dan tinggal dalam pemukiman eksklusif yang dihuni oleh 'kalangan sesama' 

 

  • mengatakan bahwa orang Kristen adalah bagian tak terpisahkan dari Indonesia dan konon rajin mendoakan kota dan negeri dimana mereka berada, tetapi membangun dan membiarkan sekolah-sekolah Kristen yang membuat macet jalan milik publik

 

  • ikutan kelompok koor dan menyanyikan lagi "softly and tenderly Jesus is calling" di gereja, tetapi menggunakan kata-kata keras dan kasar untuk mengajak orang Kristen yang hampir dan sudah sesat kembali ke jalan yang benar

 

  • percaya bahwa "...tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani,... karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus", tetapi, kalau mau mengawinkan anak...yah sama boru Bataklah (ha...ha...yang terakhir ini khusus untuk si wekwek)
__________________

------- XXX -------

paulwekwek's picture

@guest : apa iya sambutan itu "Horas"?

 Guestx gw belum ngeh kelima point itu dituduhkan ke siapa? daripada nanti salah kaprah lebih baik gw nanya Guestx deh, itu anda tuduhkan ke siapa? Kalau menurut pengamatan gw relevansinya dengan tulisan diatas sih berarti dituduhkan ke HKBP atau bukan ya?Pengamatan gw dikuatkan dengan point ke-2 :

  • mengaku bahwa tidak ada perbedaan antara suku, agama, ras dan antar golongan dalam bernegara, tetapi dalam sambutan resmi dilazimkan membuka dengan ucapan yang berasal dari tradisi yang bukan dari negeri sendiri

Ucapan yang berasal dari tradisi sendiri mungkin maksud guestx adalah "HORAS"?Jika memang betul bahwa maksud Guestx adalah sambutan "Horas" apa yang salah dengan ucapan itu?

Nah kalau untuk poin yang special (harus boru Batak) gw pikir sih itu sangat subjektif.

 

 

__________________

Bless all of Us..

guestx's picture

pww,horas!

gw gak lagi nuduh siapa2 lah. gw cuma mau menegaskan bhw pernyataan  eppin yg pww komentari emang gak terasa lucu buat gw, dengan memberikan daftar tandingan apa yang 'lucu' bg gw (ironi yg membuat gw tersenyum getir) dalam kehidupan bernegara, bermasyarakat dan menjadi kristen. tadi malam gw nonton festival lampion di kompleks sebuah wihara (Buddha) dan di ibadah yg digelar di depan wihara tsb gw melihat praktis semua yg ikut  (gw duga dari wajahnya) adalah Tionghua dengan bahasa pengantar (gw duga) bhs Tionghua. dan gw rasa itu biasa aja lah, sama sprt biasa aja kalo batak kristen bikin gereja hkbp di perantauannya. jadi, napa adanya unsur kesukuan dalam gereja hkbp harus dipersoalkan, ya gak?

back to daftar, lima poin pertama adalah hal-hal yg pnah gw amati, lihat atau dengar langsung, dan di mata gw merupakan hipokrisi yg mungkin menjadi akar kejadian sejenis kasus hkbp tsb. mnrt gw, pelarangan pndirian dan perusakan rumah ibadah (bukan hanya milik kristen), kerusuhan etnis, gontok-gontokan fisik dlm konflik internal gereja dstnya bisa dirunut akarnya ke hipokrisi sbgn org dalam bernegara, bermasyarakat dan beragama.

poin yg terakhir itu gw dapat mggu lalu, ketemu seorg batak kristen yg berpendidikan tinggi dan jabatan cukup tinggi, aktif di gereja, lahir, besar dan berkarir di kota besar, tp mewanti-wanti anaknya dgn keras utk hanya mencari boru batak sbg pasangan hidup, dan sedapat-dapatnya boru yg sama dengan marga emaknya. hiyalah...itu memang subyektif. poin itu gw tambahkan utk mengatakan bhw bg bbrp org batak kristen, identitas utamanya adalah batak, kristen kedua. gw bilang khusus wekwek bukan krn mengatakan pww spt itu, tp krn pww  mengerti adanya kondisi spt itu di kalangan batak.

horas? itu 100% indonesia lah,lae. yg gw maksud itu salam yg berasal dr luar negeri yg lazim (dan sepertinya wajib) diucapkan oleh para pejabat ketika memulai suatu sambutan dalam acara resmi.

__________________

------- XXX -------

paulwekwek's picture

hahaha maafkan gw guestx

 Wadohh ilakki tahe bah, emang dari habis posting komen tadi, pas baca-baca ulang komentar guestx, gw jadi ngerti dan tahu mksud Guestx(Ass.wr.wb), namun udah sempat ke pencet save hahaha... Ternyata mksdnya adalah yang lucu adalah orang yang begini, begini dan yang begini, ternyata Objeknya beda-beda.. adohhh sala ma au disi bah! dang ula onku be si songoni.

 

poin yg terakhir itu gw dapat mggu lalu, ketemu seorg batak kristen yg berpendidikan tinggi dan jabatan cukup tinggi, aktif di gereja, lahir, besar dan berkarir di kota besar, tp mewanti-wanti anaknya dgn keras utk hanya mencari boru batak sbg pasangan hidup, dan sedapat-dapatnya boru yg sama dengan marga emaknya. hiyalah...itu memang subyektif. poin itu gw tambahkan utk mengatakan bhw bg bbrp org batak kristen, identitas utamanya adalah batak, kristen kedua. gw bilang khusus wekwek bukan krn mengatakan pww spt itu, tp krn pww  mengerti adanya kondisi spt itu di kalangan batak.

Oh guestx nanya ga dia punya anak cew atw ngga? hahahahahahaha..pisss

 

 

__________________

Bless all of Us..

teograce's picture

:D

eppin :

Saya merasakan keanehan dengan HKBP. HKBP berani "gelar kemah" di perantauan. Waktu rame kasus kemaren, saya lantas bertanya-tanya ... apakah persoalannya tentang gereja Tuhan ... atau tentang suku .....

Saya pikir HKBP telah melewatkan perintah ini "bahwa jemaatNya harus cerdik ... dan tulus ........ "
 

teograce :

saya bukan dari etnis batak, bukan juga dari etnis jawa. tapi saya tergelitik untuk bilang bahwa kalimat di atas ga enak didengar..  Saya pikir eppin telah melewatkan perintah ini "bahwa jemaatNya harus cerdik ... dan tulus ...... "

:D peace (^o^)v

__________________

-Faith is trusting God, though you see impossibility-

eppin's picture

teograce : saya bukan dari

teograce :

saya bukan dari etnis batak, bukan juga dari etnis jawa. tapi saya tergelitik untuk bilang bahwa kalimat di atas ga enak didengar..  Saya pikir eppin telah melewatkan perintah ini "bahwa jemaatNya harus cerdik ... dan tulus ...... "

:D peace (^o^)v

---------------------------------------

Suku A datang ke suatu wilayah yang mayoritasnya suku B, apa tidak memancing ego suku B jika suku A mengibarkan bendera sukunya ?

sudahkan itu dipikirkan ?

teograce's picture

thaa

 yeah.. ibarat jaman dulu nih.. diam ajah di babel, ga usah lah pake menyebar kemana-mana.. cukup lah.. orang jawa maen ma orang jawa ajah.. orang batak maen ma orang batak ajah.. ga usah pake maen ke suku laen..

ini comment trakhir saya di blog anda. saya pikir anda bukan lagi curhat sih.. *prasangka*..

Saya pikir eppin telah melewatkan perintah ini "bahwa jemaatNya harus cerdik ... dan tulus ...... "

 

thaaa....

__________________

-Faith is trusting God, though you see impossibility-

eppin's picture

sya pernah dengar bahwa di

@paulwekwek

Haha mksdnya apa sih Pin? kok gw jd bingung..

-------------------------

sya pernah dengar bahwa di asia tenggara indonesialah satu2nya yang tidak punya gereja nasional ... correct me if i am wrong ......

saya memahami kalo suatu suku keluar daerahnya kemana ia akan beribadah? ...

Saya pernah melihat ada orang dari suku luar jawa beribadah di GKJ (salah satu jemaat di Jogja) dia datang pas kebaktian berbahasa jawa. saya yakin bahwa ia tidak mengerti bahasa jawa, kelihatan dari raut wajahnya waktu keluar gereja setelah kebaktian selesai .....

gereja yang menyandang nama suku tertentu mau tidak mau biasanya eksklusif untuk suku itu saja ...

maksud saya dari tulisan ini ... mungkin sekarang waktunya untuk memikirkan gereja yang berlingkup nasional .... terbuka untuk semua suku ... tanpa menyandang nama suku tertentu ...

ini tidak meniadakan gereja lokal. gereja lokal ini memang melanjutkan yang sudah dirintis oleh penginjil awal dulu

gereja terbuka ini untuk menampung orang2 yang merantau keluar daerahnya ..

teograce's picture

binun

hah? gereja kristen indonesia aka gki itu bukan gereja nasional? namanya ajah indonesia, bukan nama suku.. saya jadi binun.. 

__________________

-Faith is trusting God, though you see impossibility-

eppin's picture

fyi ... di kalimantan tengah

fyi ... di kalimantan tengah belum ada jemaat gki ...

seharusnya daripada membangun jemaat berbasis kesukuan diluar daerah asal suku ybs, lebih baik bersatu dalam satu jemaat plural macem gki... itulah maksud tulisan saya ....

paulwekwek's picture

Eppin sudah pernah gereja di HKBP belum?

 sya pernah dengar bahwa di asia tenggara indonesialah satu2nya yang tidak punya gereja nasional ... correct me if i am wrong ......

Gereja Nasional itu mksdnya apa Eppin? Gereja yang berbahasa Nasionalkah? atau Gereja yang Bertuhankan Pancasilakah? Jelaskan donk Pin.. 

Saya pernah melihat ada orang dari suku luar jawa beribadah di GKJ (salah satu jemaat di Jogja) dia datang pas kebaktian berbahasa jawa. saya yakin bahwa ia tidak mengerti bahasa jawa, kelihatan dari raut wajahnya waktu keluar gereja setelah kebaktian selesai .

Nah itu makanya anda jangan hanya melihat dari luar donk, silahkan tanya orang luar jawanya kenapa dia bingung. Jangan mengira-ngira, mungkin saja dia lagi raut wajahnya begitu karena dapat Mujizat dari gereja itu.. hehehe

 gereja yang menyandang nama suku tertentu mau tidak mau biasanya eksklusif untuk suku itu saja ...

Eksklusif mksdnya bagaimana Eppin? Suatu Gereja  baik itu HKBp atau Gereja yang menyandang nama suku lainnya setahu saya hanya mengeksklusifkan sesama orang kristen bukan sesama suku. Namanya aja Gereja, lha piye tho Pin? Klo ada Eksklusif sama suku batak itu berarti bukan gereja namun Kedai TUAK.

maksud saya dari tulisan ini ... mungkin sekarang waktunya untuk memikirkan gereja yang berlingkup nasional .... terbuka untuk semua suku ... tanpa menyandang nama suku tertentu ...

Gereja berlingkup Nasional itu bagaimana Eppin? hahaha saya makin bingung.. Setahu saya Semua Gereja HKBP kecuali di Tapanuli sendiri WAJIB ada Kebaktian khusus BerBAHASA NASIONAL yakni Bahasa Indonesia. Emangnya Eppin ke Gereja mau ngapain sih? Cuma mau lihat siapa yang Ekslusif di Gereja itu? Atau mau Memperjuangkan Nasionalisme mungkin ya?


__________________

Bless all of Us..

okulasi's picture

@ipin:

 idenya boleh juga..saya malah gak pernah kepikiran ke situ...(mungkin karena aku tipikal orang kristen kali ya...maha pengampun..hehehehehe).

cuman kata katamu mohon diperhalus...maksudnya sebnarnya baik ,tapi entar malah bisa menyinggung.

guestx's picture

@eppin yang tergelitik kasus hkbp

 waktu elo bilang bhw elo rasa aneh ttg hkbp "gelar kemah" di perantauan, dan membandingkannya dgn gereja lain yg gak melakukan hal yg sama, gw pikir elo emang jeli melihat fenomena ini. tapi, waktu elo mempertanyakan apakah soal di bekasi terkait ttg keyakinan atau kesukuan, gw rasa elo mempertanyakan sesuatu yg udah jelas. semua cuplikan berita yg sempat gw baca menunjukkan bhw yg ditolak adalah gereja atawa kristennya, bukan suku atau bataknya. 

 
penutup tulisan elo bhw hkbp telah melewatkan perintah "cerdik dan tulus" terasa aneh bg gw. apanya yg gak cerdik? apanya yg gak tulus?
 
sbg mantan anggota jemaat hkbp, gw sedikit banyak ngerti ttg proses dibangunnya gereja hkbp di suatu daerah, termasuk di luar kandang hkbp (yg elo batasi cuma sumatera utara). komunitas orang-orang batak yg ada di perantauan biasanya mempertahankan iman DAN budayanya. jika ada gereja hkbp (atau gkpi atau hki, yg jemaatnya juga mayoritas batak) yang dekat lokasi mereka, maka wajar saja jika mereka akan bergabung dgn gereja itu. ttp, sbgn perantau, khususnya yg muda (yg tdk begitu terikat dgn kegiatan adat dan budaya batak) nyaman2 aja bergabung dgn gereja setempat (khususnya yg lutheran dan calvinist). 
 
dibangunnya gereja hkbp baru di suatu daerah berasal dari inisiatif komunitas kristen batak di daerah tersebut, bukan oleh organisasi induknya. pertapakan (tanah) dan bangunan adalah swadana oleh bakal jemaat itu sendiri, bukan dari pusat. ada jg gedung hkbp baru yg dibangun karena gedung gereja yg lama sudah sesak dan sebagian jemaat tsb membuka persekutuan baru di lokasi yg baru. gereja hkbp itu berdiri krn ada cukup banyak org2 batak toba yg kristen protestan yg merasa afdol beribadah dlm komunitas batak dan liturgi versi hkbp. jadi, janganlah membayangkan ada grand design utk meng-hkbp-kan (atau meng-kristen-kan) org2 di lingkungan mereka. 
 
napa GKJ atau GKE atau yg lain gak 'ekspansi' sperti hkbp? jawabnya, kata gw nih, gampang... yg lain gak punya kebutuhan sperti batak kristen itu. tradisi/adat batak yg msih cukup kental, khususnya dlm hal pernikahan dan kematian, serta hubungan kekerabatan yg khas bisa langgeng karena ada komunitas yg mempertahankan tradisi tersebut. komunitas itu kebetulan jg punya kesamaan dalam agama (dan gereja). komunitas perantau batak kristen di suatu lokasi biasanya yg cukup besar  dan cukup membangun satu gereja, itulah awal cerita berdirinya gedung gereja spt hkbp itu.
 
eppin, gw pcaya elo bela2in daftar masuk ke ss dan nulis blog ini hanya krn tergelitik, bukan ada maksud tersembunyi.  tp, tolong jgn reduksi soal penusukan di bekasi mnjadi soal org batak; tapi, spt kata y-control, kasus ini jd terekspos krn yg tersenggol adalah org yg tidak mengkeret dan ngacir ketika ditindas. mudah2an pnjelasan gw bisa buat elo gak sampe kegelian berlama2 krn bingung melihat 'keanehan' hkbp. org batak kristen itu sama kristennya dgn kristen lain, dan sama berbudayanya dgn suku-suku lain. tak ada yg benar-benar aneh ttg mereka. peace,man...
__________________

------- XXX -------

PlainBread's picture

Ada apa dengan Batak?

Tidak banyak yang tahu, suku Batak merupakan satu-satunya suku mayoritas di Indonesia yang hampir setengah populasinya beragama kristen (kalau tidak salah suku Batak menempati 10 teratas suku-suku yang berpopulasi terbesar di Indonesia). Suku-suku teratas lainnya, seperti suku Jawa, Sunda, penduduknya yang beragama kristen adalah minoritas.

Bahkan ada yang membuat asumsi dari perhitungan kasar, jika orang-orang kristen yang berasal dari suku-suku yang terkenal mayoritas kristen seperti Minahasa, Ambon, Papua, dihitung semuanya, jumlahnya belum bisa menyaingi jumlah orang kristen di suku Batak. Oleh karena itu keberadaan populasi kristen di suku Batak menjadi sesuatu yang tidak bisa dianggap remeh, apalagi jika menghitungnya dalam persoalan nasional. Satu-satunya populasi non-muslim di Indonesia yang bisa menyaingi adalah populasi umat Hindu di Bali.


Saya belum pernah melihat ada jemaat GKJ di kalimantan tengah, saya kira juga tidak ada jemaat GKJ di luar pulau jawa. waktu saya jogja dan salatiga saya juga gak liat ada jemaat GKE, dan saya kira memang tidak ada jemaat GKE di luar kalimantan.

Saya merasakan keanehan dengan HKBP. HKBP berani "gelar kemah" di perantauan. Waktu rame kasus kemaren, saya lantas bertanya-tanya ... apakah persoalannya tentang gereja Tuhan ... atau tentang suku .....

Kalimat dari penulis blog ini sebenarnya tidak perlu ada kalau saja si penulis blog mau meluangkan waktunya untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya sendiri.

 

Penulis membandingkan dirinya yang berasal dari suku Jawa dan juga seorang kristen, tentu akan menjadi tidak relevan perbandingannya dengan eksistensi HKBP di tanah perantauan. Bahkan seorang kristen bersuku Jawa yang berdiam di pulau Jawa, adalah seorang minoritas di tanahnya sendiri (agama kristen + suku Jawa). Apalagi ke tanah orang misalnya pergi ke pulau Kalimantan. Ini namanya double minority (seorang kristen Jawa, berada di pulau Kalimantan). Berbeda dengan seorang kristen Batak di Sumatra Utara yang merupakan mayoritas, baru bisa menjadi single majority jika sudah ada di pulau Jawa.

Pengamatan bisa dilakukan jika mulai dari tanah asalnya sendiri, yaitu Sumatra Utara. Dari populasi suku Batak, 2/3 dari mereka berada di Sumut. Sisanya di mana? Ternyata mayoritas sisanya berada di pulau Jawa. Ini adalah sesuatu yang menarik. Bukan saja bisa dibuatkan blog atau artikel, juga malah bisa dibuat bahan thesis. Mengapa 1/3 dari mereka ada di luar Sumut? Apakah karena mereka gemar merantau? Ataukah karena mereka tersingkirkan oleh pendatang di tanahnya sendiri? Ataukah karena hampir 80% perputaran uang terjadi di pulau Jawa sehingga membuat mereka tertarik untuk merantau ke sana? Ataukah pembangunan selama 30 tahun lebih ini membuat mereka merasa daerahnya tertinggal, sehingga harus merantau ke daerah di mana terjadinya pusat pembangunan (sentralisasi)?

 

Sebenarnya saya setuju bahwa label kesukuan tidak akan bisa bertahan selamanya, terutama jika di dalam daerah di mana penduduknya berbaur (multikultural) misalnya di Indonesia atau di pulau Jawa. Mungkin ini yang tidak dipikirkan oleh para pendiri gereja kesukuan. Atau mungkin ini sudah dipikirkan oleh mereka sehingga mendirikan gereja kesukuan (untuk mempertahankan nilai-nilai adat di tengah kemajuan jaman dan penduduk yang membaur). Tapi sayangnya cara penulis blog di atas dalam menyampaikannya tidak apik, sehingga menimbulkan kesan kasar. Sesuatu yang sepertinya bukan merupakan ciri khas dari nilai-nilai yang ditawarkan oleh suku asal si penulis blog. Ironis, memang.

 

Yang menariknya, di Sumatera Utara sendiri, populasi suku Batak tidak mencapai 50 % apalagi 90-100%, melainkan hanya 43%. Apakah suku mayoritas kedua di sana? Ternyata suku Jawa, yang menempati populasi sebesar lebih dari 30%. Demografi ini memang menggelitik, karena suku Jawa di Indonesia yang menempati urutan teratas dalam populasi, ternyata juga bersaing dalam populasi di perantauan. Kalau ada misalnya orang yang bilang, balikkan saja semua orang kembali ke asalnya (orang batak ke Sumut, orang Jawa ke pulau Jawa, orang Ambon ke Maluku supaya semuanay tenang dan teratur), saya jamin yang berteriak keras justru adalah orang-orang Jawa. Karena berdasarkan wilayah dan populasi, pulau Jawa tidak akan cukup untuk menampung seluruh populasi warga Indonesia yang bersuku Jawa. Sebaliknya, tanah di Sumatera Utara masih akan luas menampung seluruh suku Batak yang dari perantauan. Tapi tentunya ini tidak akan terjadi, karena berdasarkan sejarah dan budaya Indonesia, penduduk di kota-kota dan pulau-pulau besar selalu mengalami pembauran dari jaman ke jaman.

 

Lalu apa hubungannya dengan HKBP?

Tentu sebagian dari kita tahu bahwa HKBP sering mengalami konflik, baik itu internal maupun eksternal. Sempalan-sempalan HKBP karena bentrok internal yang akhirnya menjadi gereja baru pun sudah ada, melahirkan gereja HKI dan GKPI. Lalu ada juga konflik internal yang dicampuri secara implisit dari luar, yaitu konflik pemilihan ephorus (Gembala Sidang) HKBP yang terjadi hampir 20 tahun yang lalu, di mana Pangdam Bukit Barisan (baca: ABRI) dan Golkar juga turut bermain. Tentunya media-media mainstream tidak pernah secara tuntas dan detail mengungkapkan kejadian ini pada waktu itu, karena rezim Orba saat itu masih sangat berkuasa termasuk di dalam tubuh pers nasional. Jika pun ada puluhan atau ratusan korban jiwa, tidak pernah tercatat atau dilaporkan secara resmi ke publik.

Sedangkan konflik eksternal seperti yang terjadi pada HKBP Ciketing juga bukan yang pertama terjadi. Gedung gereja HKBP di Bogor, misalnya, sempat dibongkar paksa oleh para satpol PP. Sedangkan di wilayah Depok, walikotanya malah mencabut ijin gereja HKBP Depok. Ketika peristiwa tidak terjadi satu kali, melainkan dua atau tiga kali, tentu ada tendensi, spekulasi, dan asumsi yang bermacam-macam. Itu sah-sah saja, selama orang memiliki data dan bukti yang akurat. Sayangnya hal-hal tersebut susah didapatkan sehingga orang hanya bisa connecting the dots.

 

Konflik HKBP Ciketing yang awalnya sebagian besar media terkesan memihak para korban HKBP, justru saya takutkan akan senjata makan tuan. Itulah yang kadang-kadang terjadi jika korban keadilan di-blowup oleh pers untuk menaikkan rating atau oplah, sehingga pihak lainnya yang terlibat bersengketa justru tidak mendapatkan perhatian seimbang. Seperti sekarang ini, sejauh yang saya amati justru trend secara perlahan makin berpihak kepada warga lokal Ciketing dan FPI. Belum ditambah surat dari warga lokal yang menjelaskan secara rinci keberatan-keberatan adanya gereja HKBP di sana. Tentu keberatan-keberatan ini selain belum dikonfirmasi, juga bisa dibantah. Apapun keberatan terhadap beberapa jemaat di HKBP, tidak membuat lembaga atau institusi gereja menjadi sasaran. Itu artinya salah bidik. Jika ada yang membuat keonaran atau gangguan keamanan, yang harus dikejar adalah pelakunya, bukan rumah/gereja/mesjid/suku/organisasi di mana pelaku tersebut tercatat namanya.

 

Lalu bagaimanakah menghadapi konflik HKBP Ciketing? 

Apakah cukup dengan memindahkan gedung gereja, lantas masalah selesai? Bagaimana jika warga di lokasi yang baru juga diberitakan memiliki keberatan yang sama?

 

Ataukah jika SKB Menteri bisa dicabut, lalu masalah selesai? Bukankah selama ini banyak kejadian di masyarakat di mana main hakim sendiri sudah menjadi hukum rimba terlepas dari ada atau tidaknya SKB Menteri atau UU yang sudah ada?

 

Bagaimana dengan HKBP sendiri? Apakah bisa dilarang menggunakan atau menjual kesukuan dalam menjalankan fungsi gereja? Ataukah dibiarkan saja toh nanti kemajuan jaman akan menggerus label-label lokal yang dimiliki institusi agama? Ataukah orang-orang kristen yang bersuku Batak juga diam-diam sudah 'mengungsi' ke gereja-gereja lain misalnya gereja-gereja karismatik atau gereja-gereja non-kesukuan?

 

Mengupas topik ini memang tidak cukup dengan beberapa kalimat seperti blog di atas, karena konflik ini bukanlah konflik yang bisa diselesaikan dengan sederhana. Kalau bisa, tentunya tidak akan ada konflik-konflik internal dan eksternal yang terjadi seperti yang saya sudah tuliskan.