Setiap Gereja mempunyai “ gaya entertain” masing-masing. Ada gereja yang “ mengentertain” jemaat melalui khotbah yang enak didengar oleh telinga. Ada gereja yang “mengertertain “ jemaat dengan kesaksian yang melegakan hati. Ada gereja yang “mengertertain “ jemaat dengan puji-pujian artis , dan ada gereja yang “mengertertain “ jemaat dengan memberikan pelayanan terbaik dari para usher dan segenap pekerja gereja termasuk Penginjil/Pendeta. Apapun yang dilakukan gereja adalah suatu usaha agar domba yang berada di ladangnya tidak akan pindah. Gereja yang sehat tentu saja berharap setiap dombanya akan bertambah sehat dan mendapat makanan sehat.
Apakah “entertain” tersebut salah?? Tentu saja tidak. Tetapi yang sangat disayangkan, kadang-kadang terlalu banyak domba yang diperoleh dengan cara menarik domba dari ladang tetangga. Yang sangat disayangkan, tarik menarik pendeta/ penginjil pun terjadi dalam gereja. Ohh, sungguh kasihan sekali jikalau gereja akhirnya sama seperti perusahaan yang hanya memikirkan bagaimana caranya agar memperoleh profit besar dan nama besar walaupun dengan cara “ pembajakan dan penculikan“, baik “penculikan jemaat” maupun “ pembajakan pendeta/penginjil “.
“Pembajakan dan penculikan” akhirnya mungkin menimbulkan permusuhan antar gereja. Bagi gereja yang ditinggalkan, akan mencap gereja lain telah menculik dombanya/ pendetanya, sedangkan bagi gereja yang mendapat , akan menyambut dengan “sukacita” atas domba / pendeta tersebut.
Gereja akhirnya tak ubahnya seperti perusahaan. Kadang-kadang di satu area strategis , ada 3-4 gereja saling berdekatan, sedangkan di tempat lain, tidak ada satu gereja pun kelihatan. Kadang-kadang muncul gereja baru di area sama, dan gereja lama melihat gereja baru sebagai “gereja saingan” . Mungkin kita bertanya, “ Tuhan, kenapa ini terjadi atas gerejaMu ? “ atau mungkin kita juga bertanya “ Apa maksud Tuhan dengan semua ini ?”.
Inilah kenyataan gereja yang kita lihat . Apakah gereja sama dengan perusahaan? tentu saja tidak.
Gereja seharusnya tidak menjadi perusahaan dan tetap harus sebagai gereja. Bagi gereja yang “ dombanya diculik ataupun pindah ”, berdoalah bagi dombamu agar mereka lebih bertumbuh di ladang baru, dan bagi gereja yang “pendeta/penginjilnya dibajak “, berdoalah agar mereka pun boleh menjadi saluran berkat di ladang pelayanan baru dan percayalah semua terjadi karena Tuhan ijinkan hal itu , walaupun kadang-kadang sulit untuk menerima kenyataan bahwa “ pembajakan/ penculikan” terjadi antar gereja. Pikiran dan mata manusia tidak akan melihat jelas ke depan, tapi Tuhan tahu apa yang kelak akan terjadi.
Gereja tetaplah gereja dan gereja tidak akan pernah berubah menjadi perusahaan jikalau gereja tetap memberitakan Firman Tuhan dan penginjilan dan akhirnya membawa dombanya semakin mengenal GembalaNya yang baik dan mempelainya yaitu Kristus.
Ada satu lagu yang selalu mengingatkan bahwa : Gereja bukanlah suatu gedung/organisasi/perusahaan, tetapi gereja tetap adalah kumpulan orang berdosa yang dipersatukan oleh sang mempelai yaitu Kristus.
Dasar g'reja yang esa, ialah Yesus Kristus
yang dibangun olehNya, dengan air, firmanNya
Ia datang mencarinya, jadi mempelaiNya
Dia korbankan darahNya, menebus grejaNya
Gereja yang di sorga , dan yang di dunia
bersatu dalam Tuhan , ketiga yang esa
ya, Tuhan bri anugrah, supaya kamipun
Engkau tempatkan juga, kekal di rumahMu
Gereja sebagai organisasi adalah perusahaan
Gereja sebagai organisasi adalah perusahaan. Dan bukan itu gereja yang tercantum dalam Alkitab. Dalam Alkitab yang namanya gereja itu bukan perusahaan melainkan keluarga. Keluarga orang-orang yang dipanggil Tuhan. Setiap kali sekumpulan orang percaya pasang merek/brand, bikin aturan organisasi dan bikin struktur organisasi maka mereka sudah bukan gereja lagi. Mereka menjadi anggota perusahaan.
Dalam keluarga yang namanya bapak itu bukan jabatan tapi fungsi dan sekali jadi bapak tetap jadi bapak nggak bisa pensiun jadi bapak. Yang bisa dilakukan cuma tidak lagi menjalankan fungsi bapak. Yang namanya anak itu bisa bertumbuh dan menjadi bapak. Tuh anak nggak diangkat dan dikasih jabatan bapak. Anak itu bertumbuh dewasa, menikah lalu jadi bapak. Semuanya berlangsung alamiah dan apa adanya. Tapi di organisasi kan nggak begitu.
oikumene yang setengah2
Apapun yang dilakukan gereja adalah suatu usaha agar domba yang berada di ladangnya tidak akan pindah.
kalimat diatas inilah inti masalahnya, menurut gue.
entah kenapa gereja2 saat ini berlaku munafik, di mulut mengaku oikumene tapi di tindakan, mereka seakan menganggap bahwa bila dombanya berjemaat di gereja lain maka hal itu adalah tidak baik.
logikanya, bila bener2 oikumene, maka tidak masalah andaikata si domba minggu ini pergi ke gereja A, minggu depan ke B, minggu depan ke C, dsb.
sebagian orang mengajarkan bahwa untuk bertumbuh, seseorang harus ditanam di sebuah gereja lokal... ibaratnya tanaman, kalo akarnya dicabut2, maka pertumbuhan nya akan terhambat.
pendapat ini, walau terdengar ilmiah, sebenarnya sangat sombong. letak kesombongan nya adalah karena pertumbuhan iman seseorang tidak pernah berasal dari usaha manusia, semuanya berasal dari Roh Kudus semata.
ya, memang manusia menabur, manusia menuai, dsb, tapi Tuhanlah yang memberi pertumbuhan. walau selamanya berakar di sebuah gereja lokal, ikut segala pelayanan firman, dsb, kalau Tuhan nggak memberi pertumbuhan, bibir pendeta sampe jontor ngajarin orang ini pun, tetep ga akan tumbuh.
jadi menurut gue, inilah kemunafikan kita sebagai gereja... setelah berlaku munafik, maka dikarang2 lah ajaran yang indah dan ilmiah, tapi tidak alkitabiah sama sekali.
Curse of Rome?
Sudah berapa kali saya mendengar cerita2 menyesakkan masalah pembajakan domba. Bahkan saya yakin sebelum saya lahir masalah ini sudah ada di gereja2.
Menurut saya, di kalangan pelayanan level bawah-menengah, pembajakan domba ini berkaitan dengan pemenuhan visi misi gereja. Mereka tulus tujuannya, tapi tidak tulus caranya alias menghalalkan segala cara. Di level menengah-atas, sebenarnya ini perkara duit juga alias UUD. Semakin banyak jemaat, "income" gereja semakin bertambah.
Di suatu gereja protestan kentara sekali engkong2 jalan kaki tertatih2 masuk gereja disambut dengan biasa padahal kehujanan, sementara tidak lama berselang ada jemaat naik mobil mewah pelayan2nya langsung ribut cari payung supaya si jemaat tidak basah kuyup. Kejadian dengan pola seperti ini berlangsung terus di gereja tersebut.
Di suatu gereja karismatik/pentakosta, juga tidak jemu2nya jemaat diingatkan soal persepuluhan. Padahal kotbahnya yang tidak ada hubungan dengan persepuluhan, tetap saja akhir kotbahnya diingatkan soal persepuluhan. Bahkan pendeta tamu pun dititipi pesan oleh gembala untuk mengingatkan jemaat soal persepuluhan di akhir kotbah mereka. "Tenang bos, warta jemaat kalian bukannya bertaburan kalimat-kalimat yang mengingatkan jemaat soal persepuluhan." Kenapa? Omset bulan ini menurun ya? Anak istri mesti dibelikan mobil baru atau anak harus dikirim ke luar negeri untuk kuliah?
Hal2 seperti ini jadi pembenaran untuk seorang pendeta untuk tidak menikah seperti di gereja sebelah -dan saya tidak setuju dengan doktrin tersebut karena menikah atau tidak kita harus "cukupkanlah dirimu dengan makanan yang kamu terima pada HARI INI"-, tapi pemimpin2 gereja sebelah patut dijadikan contoh. Hidup dalam kesederhanaan. Miskin tidak, kaya pun tidak. Gereja? Sampai kapan pun tetap ada di situ, tubuh Kristus, bukan tubuh saya atau mereka.
beda ungkapan, intinya sama
cuma beda ungkapan ajah kq antara ungkapan yang dipake di gereja n di perusahaan.. :p intinya sih seringkali sama ajah..
"ayo kita rajin menginjili, karena masih banyak orang yang belum bertobat.."
"ayo tingkatkan promosi kita, karena pangsa pasar masih luas"
"bagaimana diakonia gereja kita?"
"bagaimana corporate social responsibility perusahaan?"
"lagi-lagi terjadi pencurian domba"
"lagi-lagi customer kita direbut pesaing"
huahahahaha...
-Faith is trusting God, though you see impossibility-
Greja tidak samadengan perusahaan
Di Ministry council meeting sering kali poin-point yang dibicarakan adalah:
1.Upaya untuk meningkatkan jumlah persembahan.
2. Upaya untuk meningkatkan jumlah kehadiran baik jumlah anak sekolah minggu, pemuda dan jemaat umum.
3. Upaya untuk memberikan pengajaran Alkitab terhadap jemaat melalui pos-pos pelayanan yang ada
4. Upaya menyediakan pendeta super duper berkualitas, dsb.
Sebulan berlalu, dan dilakukan evaluasi. Hasil yang didapat:
Meningkatnya jumlah kehadiran tidak samadengan meningkatnya jumlah persembahan yang dikumpulkan.
Meningkatnya kegiatan dan segala upaya yg dilakukan tidak menunjukkan indikasi kedewasaan iman ke level yg diharapkan.
Multiplikasi impoten, regenerasi stop.
Jika Tuhan tidak berkenan, apa yang bisa dilakukan manusia?
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
Tidak perlu bersedih dan kuatir!
Gereja tetaplah gereja dan gereja tidak akan pernah berubah menjadi perusahaan jikalau gereja tetap memberitakan Firman Tuhan dan penginjilan dan akhirnya membawa dombanya semakin mengenal GembalaNya yang baik dan mempelainya yaitu Kristus.
Rasanya kalimat di atas merupakan kunci dan pemecah masalah. Memberitakan Firman Tuhan dan Penginjilan. Bajak membajak, culik menculik itu biasa dan dilakukan sejak dulu bahkan dengan sangat telanjang.
Kehilangan hamba Tuhan dan atau jemaat tentu merupakan hal yang menyakitkan dan menyedihkan namun dengan senantiasa mengerjakan Memberitakan Firman dan Penginjilan, gereja boleh menggunakan motto : Mati satu tumbuh seribu. Kalau hanya menangisi kemalangan dan menuding orang / gereja lain maka gereja tidak akan sehat dan bertumbuh.
Sisi positif lain adalah ( barangkali ) merupakan sukses suatu gereja dalam mendidik / membentuk khususnya seorang Hamba Tuhan yang baik dan berkualitas. Jika tidak mana mau merekrut Hamba Tuhan yang kurang baik.
Untuk jemaat, barangkali jemaat yang hilang bisa lebih bertumbuh di tempat lain, atau mungkin ini merupakan cara memisahkan gandum dan ilalang? ha ha ha
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
Cari Domba?
Masalahnya juga sekarang byk Hamba TUHAN yg gak lagi cari domba, mereka lebih tertarik untuk mencari kuda, kijang dan jaguar.
Gereja - Organisasi
@Samuel : Gereja memang adalah suatu organisasi. Saat dikatakan satu organisasi - emang gereja adalah perusahaan - tapi tentu saja bukan perusahaan yang mencari profit sebagai tujuan utama.
@Dennis : Oikumene?? Oikumene mungkin hanya dalam satu hal " Percaya Yesus Juruslamat". Untuk masalah ibadah dan kebaktian, tetap saja tidak oikumene.
@Erick : thx untuk sharenya..soal jumlah dan omzet:)
@KH : iya, dulu saya suka mempertanyakan hal itu, bahkan kadang kala agak "jijik" melihat " adanya pembajakan Pendeta/Penginjil " termasuk " domba", tapi terakhir lebih terbuka pikirannya, berpikir bahwa Tuhan pasti ijinkan itu terjadi, walaupun kadang sulit untuk dimengerti.
@PB dan Teograce : Berdoa saja, moga kita diberikan kebijaksanaan untuk melihat hal itu, dan bukan malah menjadikan hal itu sebagai suatu hal yang membuat kita jijik dengan gereja atau akhirnya skeptis terhadap gereja dan para pekerja rohani dalam gereja.
Aku melihat keagungan seorang pendeta. Saat dia melakukan interview dengan Pendeta/penginjil muda, dia bertanya :" Apakah kamu perlu ditarik oleh gereja lain?" biasanya caranya bagaimana ??
Jawab Sang pendeta/penginjil muda : biasanya lewat entertain, dan bla..bla.. ( yang pasti akhirnya kita tahu sendiri, pasti ada fasilitas, dan juga alasan lain yang digunakan oleh yang membajak ).
Lalu sang pendeta berkata :" Aku tidak akan pernah menarik pendeta/penginjil lain untuk masuk ke sini, dan aku juga akan dengan bebas membiarkan kalian untuk keluar jikalau emang itu adalah beban kalian".
Aku pikir inilah kebesaran hati sang pendeta senior , walaupun bagi sebagian orang, terlihat sebagai suatu kesombongan. Dia tidak akan memaksakan suatu pelayanan kepada siapapun, dan dia tidak akan menjadikan siapapun menuruti keinginannya ,tetapi memberikan kebebasan yang bertanggungjawab kepada setiap pendeta muda untuk mempertanggungjawabkan panggilan masing-masing mereka di hadapan Tuhan.
Hal seperti ini ( bajak / culik ) pasti ada, dan akan tetap ada. Tetapi berharap hal seperti ini boleh menyadarkan kita semua, bahwa gereja tetaplah harus menjadi gereja. Kesedihan / pertanyaan/ kecewa pasti ada, tetapi biarlah kita berusaha untuk percaya, bahwa Tuhan lebih tahu apa yang akan terjadi nanti , dan gereja yang sehat dan diberkati, tidak pernah akan mati ataupun kehilangan pekerja dan jemaat:). Benar kata Kingheart, mungkin mati tumbuh seribu, walaupun di mata manusia,, kelihatan sepertinya tidak mungkin.
@jchesiung....mobil donk...
Kita sering memberikan ilustrasi untuk posisi orang-orang dalam gereja sebagai berikut :
1. Ilustrasi - Tuhan adalah sutradara, jemaat adalah penonton, dan pendeta dan majelis adalah pemain- aktornya
2. Ilustrasi - Pendeta adalah sutradara, aktivis adalah aktornya, dan jemaat adalah penonton...
Sadar nggak sadar , jikalau gereja adalah organisasi emang kelihatan seperti itu. Yang diharapkan tentu saja
Pendeta, aktivis dan jemaat adalah satu kesatuan. Apapun yang terjadi dalam gereja, akibat kebodohan jemaat juga:). Apapun yang terjadi dalam gereja, akibat pendeta/ penginjil yang tidak belajar Alkitab dengan baik. Apapun yang terjadi dalam gereja, akibat kita kurang berdoa untuk gereja masing-masing.
Akibat yang terjadi dalam gereja tentu saja bukan salah Tuhan , tetapi kenapa Tuhan seolah mengijinkan ini terjadi?? Mungkin, Tuhan ingin menuntut kedewasaan iman dari masing-masing jemaatnya, dan belajar Firman Tuhan dengan lebih baik agar tidak dibohongi:) he..he..
@Yenti Saya skeptis
Apa yang anda kuatirkan sebenarnya sudah terjadi. Saya sudah skeptis dengan gereja2 besar (mega churches). Bukan anti yah, hanya skeptis. Gereja saya sekarang adalah gereja kecil, bahkan pendetanya bilang kalo dia pribadi gak mau gerejanya berkembang jadi besar.
Terima kasih sudah numpang komentar.
@yenti, @plainbread: ecclesia domestica & ecclesia katha holos
Saya menemukan ada 2 jenis gereja di alkitab: (mungkin ada lagi yg lain silakan tambahkan)
Tiap orang percaya punya kebutuhan akan 2 tataran gereja di atas: sebagai tempat tumbuh dalam iman sebagai keluarga, sebagai komunitas kecil dan sebagai sebuah keluarga yang lebih besar yaitu suatu Keluarga Allah.
Gereja harus memainkan kedua peran itu. Memfokuskan diri pada salah satu saja akan menimbulkan ketimpangan. Mereka yang memfokuskan pada gereja rumahan biasanya kesulitan dalam menegakkan doktrin yang benar. Sementara mereka yang memfokuskan pada peran gereja besar saja, akan kesulitan untuk merespon kebutuhan-kebutuhan individu anggotanya.
Gereja musti memainkan kedua peran ini secara seimbang. Karena kedua tataran tersebut memiliki kebutuhan dan tantangan sendiri-sendiri.
Dari jurang yang dalam aku berseru kepadaMu, ya Tuhan! Tuhan, dengarkanlah suaraku!
@Resliberta Jojo centil
Walaupun banyak orang bilang Jojo Sinta norak, namun saya tetap menyukai mereka. Trend lipsing via Youtube sudah ada yang memulai di Indonesia, walaupun di negara2 Asia lain sudah dimulai dari 4-5 tahun yang lalu.
"... Belum kenal sudah ngajak tidur .." Makanya kenalan dulu agak lama, baru bisa ngajak tidur hahaha.
Jadi maafkan saya kalo saya terpana melihat avatar anda. Hehe.
Soal rumusan2 bentuk gereja, saya tidak begitu tertarik. Dari dulu saya dengar soal gereja sel, gereja rumah, gereja dimensi ke-4, gereja apostolik, gereja kenabian, dll. Nanti orang bikin rumusan gereja apa lagi? Orang2 berusaha merumuskan soal gereja, dari dulu sampe sekarang. Buat saya terkadang ga semua hal bisa atau perlu dirumuskan. Bisa senjata makan tuan nantinya.
Shinta Jojo & Anugerah
Kalo Agnes Monika menghayati keartisananya dengan kerja keras, maka Shinta Jojo semata-mata karena anugerah, yang kemudian mereka hayati dalam ber-lipsync, hehehe
Shinta Jojo komat kamit... tapi yg keluar kan suara Sang Pedangdut yang Asli. Bukan Shinta Jojo yang menyanyi, tapi "Kristus yang tinggal di dalam aku", hehehe.
Dari jurang yang dalam aku berseru kepadaMu, ya Tuhan! Tuhan, dengarkanlah suaraku!
@Plain
P:"... Belum kenal sudah ngajak tidur .." Makanya kenalan dulu agak lama, baru bisa ngajak tidur hahaha.
wah wah wah... si plain tahu aja rahasianya... ya nga pink!!! (colek si babi)
Kerjakanlah Keslamatanmu dengan takut dan gentar...
@Yenti @Samuel Franklyn
Ada baiknya gereja mengikuti saran Yitro kepada Musa, yaitu untuk membagi umat menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil (Keluaran 18).
Seorang Gembala tentu kesulitan melayani ribuan lebih anggota jemaatnya. Pembagian dan penunjukkan pemimpin kelompok akan membantu memenuhi kebutuhan rohani jemaat. Kelompok-kelompok yang lebih kecil ini bisa lebih sering bertemu dan menjalankan fungsi gereja kecil/gereja lokal atau lebih tepatnya ecclesia domestica yang ada di Alkitab.
Saya kira gereja rumahan inilah yang selalu menjadi ujung tombak dalam melayani anggota jemaat dan menjadi saksi Kristus bagi masyarakat tempat mereka tinggal, sebagai komunitas kecil kristen yang hidup dalam takut akan alam dan penghiburan Roh Kudus; Dan. bila berkenan, maka Allah akan menambahkan jumlah mereka seperti dalam Kisah Para Rasul.
Dari jurang yang dalam aku berseru kepadaMu, ya Tuhan! Tuhan, dengarkanlah suaraku!