Submitted by sweetyimel on

Bukan aku seolah benci padamu tanpa alasan dik,

Hanya saja aku ingin mengajarmu btp kerasnya hidup

Mungkin kamu tidak tahu atau acuh tak acuh

Malas untuk berpikir bahwa tak lama lagi kamu pun akan seperti kakakmu ini



Coba, berubah sedikit saja bukan untuk aku

Tapi, untuk dirimu sendiri

Kamu harus tau apa yg akan kmu lakukan

Jangan seperti orang'' itu, kamu akan menyesal ::SUNGGUH::



Berubahlah, selagi bisa

Jujurlah, karena itu kekuatan

Ingat, mamah papah disana

Buat mereka tidak lagi khawatir dgn dirimu

Buktikan, kalau kamu bisa membuat mereka bangga



Mulutku, sering memarahi mu

Setiap kali aku menangis melihatmu membantah aku



Tapi sudah kumaafkan, krn kamu adikku

Aku menyayangimu, walau tak kan pernah bisa aku membelai kepalamu



Dalam doa, selalu aku berseru meminta kiranya Tuhan tak sedetik pun meninggalkanmu



Aku meminta kiranya Dia menjamah hatimu.



Supaya kamu punya masa depan, menjadi anak lelaki sesungguhnya

Aku percaya terlebih Dia rindu untuk itu.



Semoga berlalu tahun kesia-siaanmu, adikku

Terluput dari semua rancangan jahat atasmu, krn Tuhan sll bersamamu.

 

Submitted by PlainBread on Mon, 2010-08-02 19:00
Permalink

Bertahun2 saya punya masalah yang sama, selalu memaksa saudara saya untuk berubah. Begalnya minta ampun. Dibilangi tidak mau. Digampar malah nangis. Dicuekin katanya kejam. Mau elu apa sih, dulu saya suka mikir begitu.

Akhirnya saya sadar, orang berubah bukan karena dikotbahi, tapi karena belajar lewat pengalama. Ada orang cepat berubah karena dikotbahi, karena yang mengkotbahi itu punya nilai role model, seseorang yang dikagumi atau digugu dan ditiru. Tapi anehnya gak jarang bahwa itu gak ada di dalam keluarga, malah di luar sana.

Ketika orang sudah tidak bisa dibilangi lagi, yah tinggal seperti apa yang kamu lakukan imel, berdoalah (walaupun berdoa itu sedianya jadi pilihan pertama bukan yang terakhir). Saya pun begitu. Saudara saya berubah karena hitting the rock bottom. Biasanya orang kalo udah kebentur rock bottom, sakitnya minta ampun. Ada konsekuensi, ada pelajaran berharga yang harus diambil.

Tapi dari situ pun saya belajar, bahwa persepsi saya atas saudara saya itu tidak 100  % benar. Dia tidak sejahat dan semalas dan sekurang ajar yang saya bayangkan selama itu. Ada nilai2 kerja keras, hormat dan segan di dalam dirinya. Namun karena jarang nongol, nilai2 itu seperti terkubur jauh di dalam sana.

Lewat dia saya belajar banyak. Belajar bahwa saya tidak bisa mengubah orang lain, bahkan sampai sekarang pun saya percaya bahwa Tuhan tidak bisa juga mengubah orang lain. Kalo bisa, pastinya semua orang sudah diubahkanNya. Kata kitab orang seberang, cuma bangsa yang mau mengubah dirinya sendiri yang dikasih kesempatan untuk maju. Begitu juga individual. Malah saya menyangka, karena [pola pikir] saya berubah duluan, makanya saudara saya itu turut berubah juga.