Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Sarapan Membawa Kemujuran
GEREJA Maria Bunda Allah Minggu pagi itu sudah penuh anak-anak menanti keluarnya pendeta Paulus Jackson yang akan memimpin misa. Namun hampir seperempat jam pendeta yang ditunggu tak muncul-muncul, sehingga membuat resah banyak jemaatnya. Seorang penata buku di kantor gereja itu terheran-heran, apa gerangan yang menahan pendeta Paulus tak muncul? Ia lalu keluar dari auditorium dan menuju rektoriat. Ketika masuk ia melihat kertas-kertas dan benda lainya berhamburan di atas lantai. Sambil memanggil-manggil nama pak pendeta ia langsung saja masuk ke dalam kamar tidur pendeta Paulus.
Sampai di dalam, ia terperanjat, tampak di depannya pendeta Paulus tertelungkup di atas lantai, dengan bagian punggung dari jubahnya berlumuran darah. Pendeta Paulus tampak sudah meninggal.
Kontan penata buku itu lari terbirit-birit menuju ke telepon di ruang rektoriat, dengan nafas tersengal-sengal memanggil dan melaporkan apa yang telah dilihatnya kepada polisi. Polisi memintanya untuk menunggu di tempat tersebut dan jangan menyentuh apa-apa. Tak berapa lama, beberapa reserse tiba. Rektoriat dan daerah sekitarnya dicegat dan ditutup untuk umum dengan police line.
Penyelidikan pendahuluan menunjukkan bahwa pendeta Paulus telah
menjadi korban dari suatu pembunuhan. Si penjahat telah memecahkan
pintu geser yang terbuat dari gelas di bagian utama kantor gereja. Para reserse menduga bahwa dengan cara inilah ia dapat masuk. Dugaan mereka bahwa pendeta Paulus masuk ke kamar tepat sewaktu orang itu
sedang membongkar.
Para reserse melihat tanda-tanda dari suatu pergumulan. Saku celana dari korban tertarik keluar dan ada dua lubang peluru pada punggungnya. Seorang reserse yang jeli menemukan sebutir peluru terbenam dalam tembok dari kamar itu, lalu dikeluarkan dan di bawa ke markas.
Berita pembunuhan ini dengan cepat tersiar di seluruh kota. Para jemaat serta warga yang menghargai kerukunan menjadi gusar dan berduka cita. Pendeta Paulus adalah pendeta baru sekitar satu tahun bertugas di gereja tersebut, dan ia sangat disayang oleh jemaatnya.
Dalam rektoriat, para eksper forensik sibuk mencari sidik-sidik jari. Tentang SIDIK JARI, apakah benar pembuktian pelaku suatu kejahatan melalui sidik jarinya 100% benar, tak pernah keliru? Kenapa bisa begitu? Apakah benar, sidik jari seseorang itu tak bisa sama dengan sidijk jari orang lain? Persamaan sidik jari dua orang, MUSTAHIL bisa terjadi, kenapa? Karena hal itu mustahil dibuktikan. Setiap orang normal mempunyai 10 jari tangan, pada ujung jarinya bisa dilihat suatu jaringan seperti sarang laba-laba. Garis-garis itu sebenarnya merupakan lekukan, gunanya sebagai alat peraba. Lekuk-lekuk itu membentuk gambar tertentu. Gambar inilah yang disebut sidik jari. Buat mata orang awam, gambar dua sidik jari dari dua orang mungkin tak bisa dilihat perbedaannya, tapi bagi seorang ahli DAKTILOSKOPI, mereka akan mudah saja menemukan 100% ciri pada sebuah sidik jari. SATU SIDIK JARI mempunyai SERATUS CIRI!
karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. (Lukas 1:49)
Kembali ke penyelidikan, ada yang paling menarik perhatian mereka adalah pintu geser itu. Mereka berharap, ketika penjahat itu memecahkan kacanya, ia menyentuh kusen-kusennya, atau mungkin kepingan kaca yang pecah.Sebelum diotopsi, mereka mengambil foto-foto mayat itu. Semua
kamar di periksa untuk mencari senjata si pembunuh, sementara si penata buku coba mencek apakah ada uang yang dicuri.
Mereka kemudian bergerak dari rektoriat ke halaman-halaman sekitar gedung itu. Di sini, tanah sangat lembut, dan di atasnya mereka menemukan jejak-jejak kaki yang jelas dan masih segar. Dari jarak langkah serta dalamnya jejak-jejak itu, mereka dapat menentukan bahwa orang yang membuat jejak ini telah berlari.
Jejak-jejak itu merambat terus sampai ke sebuah gedung apartemen
bertingkat tinggi yang terletak di dekat gereja. Orang yang meninggalkan jejak itu tampaknya berhenti pada sebuah tong sampah di sana, lalu meneruskan perjalanannya. Ahli forensik itu terus mengikuti jejak-jejak ini sampai mereka tiba di suatu gedung perkantoran. Jejak-jejak itu berakhir di tempat parkir gedung ini.
Kapolres James menugaskan sepasukan reserse untuk mewawancarai
orang-orang yang tinggal dalam apartemen itu. "Cek semua apartemen
yang menghadap ke arah gereja. Mungkin ada orang yang melihatnya sewaktu kabur," intruksinya.
Minggu siangnya mayat pendeta diotopsi, dan kedua peluru dikeluarkan dari tubuhnya. Bersama-sama peluru yang ditemukan dalam tembok, peluru-peluru itu dikirim untuk tes balistik. Hasilnya mengungkapkan, peluru-peluru itu dilepaskan dari sebuah revolver kaliber 38.
Tengah malamnya, para reserse yang bertugas menanyai penghuni-penghuni apartemen bertingkat itu, kembali ke markas besar untuk melaporkan bahwa ada seorang penghuni yang telah melihat sekelumit dari aksi-aksi yang terjadi di rektoriat tersebut pada Sabtu sore sekitar pukul 8.20. Saksi itu melihat seorang berkulit gelap keluar agak cepat, dengan langkah panjang sewaktu orang itu menuju apartemen.
Saksi itu mengawasi orang tersebut menghampiri tong sampah dan mengambil sebuah dus dari karton. Orang itu menaruh sesuatu dalam dus
lalu membawanya ketika ia pergi ke daerah gedung perkantoran. Lalu ia
masuk ke dalam mobil yang diparkir di sana dan berangkat pergi. Namun
saksi tak dapat secara detil menjelaskan tentang jenis mobil itu dan hanya bisa memberi gambaran yang samar-samar tentang orang itu. Tingginya sekitar 180 cm, badannya tidak terlalu kurus. Seingatnya, orang itu memakai baju luar warna biru, peci hitam dan celana jeans dan sepatu berwarna gelap.
Reserse Paulo yang ditugaskan mengurus perkara ini, berada di mabes polisi dan memperhatikan semua bulletin- bulletin yang masuk hari Sabtu. Salah satunya tentang seorang berkulit gelap, muka brewokan yang bernama Laron Hitam, yang dicari polisi karena dicurigai membunuh seorang pengusaha bernama Haji Maliki.
Paulo membagi-bagi bulletin itu kepada para reserse yang mengusut perkara tersebut. "Ini mungkin orang yang sedang kita cari. Awasilah bila kalian melihatnya," pesan Paulo. Ia juga menambahkan bila Laron Hitam memang berada di kota ini, pasti ada orang yang tahu tentang ini. "Hubungilah informan-informan kalian," katanya.
Sepanjang minggu malam sampai senin dini, para reserse tak henti-hentinya mencari-cari informan mereka dan bercakap-cakap. Reserse lainnya menelusuri seluruh kota untuk memburu Laron. Cafe-cafe, discotik, restoran, hotel maupun tempat-tempat parkir mobil dan setiap tempat lainnya dimana orang-orang pada nongkrong, tak ada yang terlewati.
Ternyata para informan banyak yang tak tahu apa-apa tentang Laron Hitam. Tapi reserse Paulo tak percaya kalau Laron sendirian di kota ini, Pasti ada orang yang mengenali dia. Mungkin seorang wanita, atau seorang bekas temannya sewaktu di penjara.
Suatu hari, seorang informan menelpon Paulo dan mengatakan bahwa
ia pernah bercakap-cakap dengan seorang bartender satu jam sebelumnya, bartender itu bercerita telah membeli sepucuk pistol dari seseorang.
"Pistol jenis apa?" tanya Paulo.
"Kaliber 38."
Setelah mencatat nama dan alamat restoran tersebut, Paulo segera mengajak beberapa orang reserse untuk perge ke restoran tersebut, membawa serta sehelai copy dari foto Laron.
Bartender itu mengakui, ia telah membeli sepucuk revolver dari seorang laki-laki brewok kemarin malam seharga 3 juta rupiah. Ia mengeluarkan senjata itu, ternyata itu adalah jenis Smith & Watson model 15 kaliber 38.
Selanjutnya bartender itu menjelaskan belum pernah melihat orang
itu. Namun ia bisa mengenal orang itu kembali, ketika Paulo memperlihatkan foto Laron Hitam.
"Ya, itulah orangnya!" seru bartender cepat.
Nama dan alamat bartender itu dicatat dan ia diberitahu bahwa sewaktu-waktu ia mungkin akan dipanggil untuk bersaksi dalam sidang
pengadilan. Senjata itu lantas disita untuk dites. Setelah dites teknisi-teknisi balistik, ternyata pistol itu telah digunakan untuk membunuh Haji Maliki juga.
Sore itu, Paulo menerima lagi suatu tip penting. Seorang yang wajahnya cocok dengan gambaran Laron Hitam terlihat berada di sebuah motel di pinggiran kota, buru-buru Paulo membawa pasukan reserse menuju "Motel Eng Ing Eng", setelah memperkenalkan dirinya, ia meminta untuk melihat daftar tamu.
Tenyata nama Laron tak terdapat di situ, ini tak terlalu mengherankannya. Ia lalu menunjukkan foto Laron pada resepsionis. Tetapi ia tak memberi respon, ia tak dapat mengenali Laron sebagai salah seorang tamunya.
Jelas para reserse itu kecewa berat. Info itu telah melambungkan harapan-harapan mereka untuk dapat membongkar perkara itu secepatnya.
Sekarang tampaknya ada orang yang mempermainkan mereka. Meskipun
demikian, Paulo menempatkan juga pengawas-pengawas di motel itu
dengan berpakaian preman.
Team pengawas itu duduk dalam mobil di tempat parkir, sehingga
mereka dapat melihat semua kendaraan dan tamu-tamu yang berjalan kaki
keluar masuk motel. Sesekali anak buahnya menghubungi sang komandan
Paulo bahwa belum ada perkembangan apa-apa.
Saat adzan magrib mulai tiba, lampu-lampu di luar motel pun mulai dinyalakan. Namun team pengawas tetap tak melihat orang yang mirip Laron Hitam keluar motel.
Malam semakin larut suasana tetap biasa. Menjelang tengah malam,
ada pesta yang ribut terdengar diadakan di salah satu kamar. Team pengawas itu dapat mendengar musik yang bising serta obrolan riuh
berkumandang dari kamar itu. Tampaknya ada banyak orang yang menghadiri pesta itu, tetapi kamar itu terlalu jauh untuk bisa melihat wajah tamu-tamunya melalui jendela.
Malam terasa panjang bagi team pengawas itu, sebab baru pada pukul 09.00 hari Minggu, datang sebuah team pengawas lainnya untuk menggantikan mereka. Sersan Anton, yang duduk di tempat sopir, mengusulkan agar mereka sarapan dahulu sebelum balik ke markas besar.
Tentu saja, tak seorang pun yang keberatan. Jelas mereka pada kelaparan, maklum mereka kemarin memulai tugas sebelum makan malam.
Sersan Anton mengendarai mobilnya ke sebuah restoran yang dekat dari situ, "Restoran Vantil" namanya. Keempat reserse masuk ke dalam dan ASTAGA......mereka melihat seorang laki-laki seperti Laron Hitam. Orang itu duduk di sudut restoran bersama seorang wanita.
Langsung saja pasangan itu ditangkap. Orang itu ternyata benar adalah Laron Hitam, dan ia menyerah tanpa sesuatu insiden. Wanita itu kemudian dilepaskan kembali, karena ia tidak tahu menahu perihal pembunuhan-pembunuhan itu.
Keesokan harinya Laron diajukan ke pengadilan dalam perkara penembakan pendeta Paulus, serta penembakan Haji Maliki. Hakim
memutuskan Laron terbukti bersalah melakukan pembunuhan tingkat
pertama.
Sementara, sersan Anton dan anggota team pengawas yang lainnya
menganggap suatu kemujuran yang luar biasa. SARAPAN MEMBAWA
KEMUJURAN, perut terisi penjahat pun tertangkap!
Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika Ia datang (Lukas 12:37)
SEKIAN
Catatan : Ternyata saya punya beberapa arsip tulisan yang masuk dalam Rubrik MISTERi di koran MINGGU INI, tulisan di atas adalah salah satunya yang dimuat pada Minggu II-Mei l988-Tahun XXXII/No.14, tentu telah mengalami pengeditan yang disesuaikan.
Cerita tentang si Lelaki Brewok ada juga di sini.
Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat.
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
- Tante Paku's blog
- Login to post comments
- 3247 reads
Reserse Paulo?
ato tonypaulo huehehe :p
Detektip Paulo
dReamZ, kalo mimin mengatakan Tonypulo duduk di sudut remang dengan diam, maka saya membuat tokoh Paulo seorang detektip yang menyelidiki pembunuh seorang pendeta bernama Paulus. Memang serba P, tadinya pengin nulis tokoh PLAIN atau PAULO, rupanya yang keinget Paulonya, karena nanti pasti dReamZ akan turun dari sepedanya buat tersenyum he he he he......
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
@TP to the point yah?
Coba cuma pake TP saja gak langsung nama, lebih seru sepertinya.
Seru mikirnya.
Iya Sand, tapi yang seru mikirnya, TP-nya ada beberapa sih.
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
tante, gmana kalo critanya dilanjutin :p
sersan minie anton alvarez bilang kemujuran yang luar biasa, sayangnya hal itu dibantah sama detektif paulo yang mengatakan itu bukan kemujuran tapi kehendak Tuhan. Dari perdebatan itulah awal munculnya istilah nabi palsu yang diucapin sersan minie anton alvarez ke detektif paulo
*maksa* huehehe :p
minie jgn marah ya, klao marah nanti gantengnya ilang de ehehehe ^^
Oke dReamZ
Demi kamu aku pamit
Aku akan naik ke langit
Untuk ngelanjutin ini
Coba kalo ada ide nanti.
Jangan kuatir,kayaknya minie libur 3 bulan, entar digantiin Rogermixtin deh, serunya sama kok.
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat