Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Itu Orang - Orang Itu
"Itu orang aneh yah," kata istri saya menunjuk orang yang berjalan kaki.
Saya yang sedang menyetir di sebelahnya melihat orang yang ditunjuknya. Iya, tampak aneh Seorang lelaki yang berjalan di hari yang sudah agak terik dengan memakai jaket tebal dan sepatu tinggi.
Saya terdiam.
"Sejak kapan yah kita orang Indonesia memakai istilah itu orang untuk menunjuk orang lain?" Tanya saya.
"Maksudnya?" Dia tidak mengerti.
"Iya. Bukannya susunan bahasa Indonesia yang baik dan benar biasanya pakai orang itu?" Saya bertanya kembali, mencoba membuat dia mengerti.
"Ngerti kan? Bahasa Indonesia setau saya pakai DM (diterangkan-menerangkan), bukan MD," saya sederhanakan lagi maksud saya.
Gantian dia yang diam.
(Maklumi saya jika isi tulisan-tulisan saya banyak berisi percakapan antara saya dengan istri saya, karena dialah orang yang terdekat dengan saya dalam keseharian saya)
Kalau anda seperti istri saya yang mengenal diri saya, tentu paham bahwa pertanyaan itu bukanlah sebagai bentuk protes atau kritis. Melainkan hanya perenungan ringan dan mencoba memikirkan ulang hal-hal yang tampaknya sepele.
Dia berasumsi bahwa mungkin hal tersebut terjadi karena adanya dua kalimat yang digabungkan. Misalnya kalimat pertama adalah: Itu orang atau itu adalah orang. Lalu kalimat kedua adalah: Orang yang aneh. Akhirnya digabungkan menjadi kalimat baru: Itu orang aneh.
Tapi saya tidak setuju dengannya. Asumsi saya frasa itu orang terbentuk karena adanya pencampuran atau terjadinya serapan antara beberapa bahasa daerah dengan bahasa Indonesia itu sendiri. Bisa jadi bahasa asing, tapi lagi-lagi menurut saya, kemungkinan tersebut kecil.
Tentu kita berdua tidak mencari siapa yang salah siapa yang benar, melainkan hanya celoteh ringan di pagi hari setelah pulang kerja. Toh kita berdua bukan pakar bahasa atau sosiolog. Bahkan tidak berlatar belakang linguistik.
Obrolan saya dengannya berlanjut ketika saya memperlebar topik, walaupun dalam bahasan yang sama. Saya bercerita bahwa sebelum pulang tadi, teman saya mengucapkan sepatah kata dalam bahasa Tagalog,"Salamat!" setelah saya memberinya segelas teh. Dia adalah seorang kulit putih yang pernah ditugaskan di pangkalan militer Amerika di Filipina sebelum akhirnya ditutup, jadi dia mengaku dapat berbahasa Tagalog walaupun hanya beberapa kata atau kalimat. Saya tersenyum mendengar dia mengucapkan terima kasih memakai bahasa Tagalog. Mungkin dia mengira orang Indonesia dan Filipina memakai bahasa yang sama. Tidak mengetahui bahwa kata tersebut memiliki arti berbeda dalam bahasa Indonesia.
Meskipun begitu, saya tahu bahwa dia tetap memiliki tendensi negatif terhadap sekelompok orang tertentu. Mungkin karena doktrinisasi, atau ada ada pengalaman sendiri, atau mungkin karena kejadian 11 September tahun 2001 lalu.
Saya segera menggodanya dengan berkata,"Anda tahu kan kalau kata Salamat berasal dari bahasa Arab?"
Raut wajahnya langsung berubah.
Dia menyahut,"Kamu yakin?"
Saya mengangguk. Tanpa senyum.
Dia tidak bereaksi apa-apa. Tapi setelah saya membalikkan punggung saya dan mulai berjalan ke arah lain, saya mendengar dia bergumam,"Sebaiknya saya tidak mengucapkan kata itu lagi."
Bahasa buat saya adalah sesuatu yang menarik. Kadang ada hal-hal tertentu di mana pemakaiannya bisa terpisah jelas antara benar dan salah, misalnya berbicara mengenai kosa kata. Tetapi ketika berbicara mengenai perkembangan bahasa itu sendiri, siapa yang sanggup mendatanya kecuali para ahli bahasa? Kita, atau minimal saya, hanya bisa mengikuti dari belakang. Seperti kata unfriend yang tenar oleh Facebook, sekarang sudah masuk ke dalam kamus bahasa Inggris sejak tahun lalu. Siapa yang menyangka?
Idealnya mungkin memang begitu. Perkembangan bahasa dimulai dari masyarakat, dan dibiarkan berkembang dan dipantau sejauh mana perkembangan itu terjadi. Apakah nanti akan ada kata baru, atau ada kata serapan, itu terserah masyarakat. Para ahli bahasa nantinya yang akan memasukkannya ke dalam kamus. Begitu pikir saya.
Jadi teringat sewaktu dulu almarhum Soeharto masih menjadi presiden Indonesia, beliau pernah mencanangkan bahwa nama toko, perusahaan atau nama lainnya harus memakai bahasa Indonesia. Sampai sekarang saya sendiri tidak mengetahui, apakah hal tersebut benar bermanfaat dalam pemakaian bahasa Indonesia atau tidak. Toh sebelumnya sudah ada program sejenis untuk mengindonesiakan nama seseorang yang berbau minoritas. Saya sendiri tidak mengetahui apakah program tersebut masih dijalankan sampai sekarang atau sudah tidak lagi. Toh kalau tidak lewat internet, mungkin saya tidak akan tahu kata-kata yang baru (buat saya) misalnya pemindai atau unduh.
Di lain kesempatan di tempat kerja saya, tegur sapa juga terkadang membuat saya tersenyum. Suatu malam teman saya melangkah masuk ke suatu ruangan dan di sapa oleh teman saya yang lain.
"Ca va?" Kata si laki-laki, yang berasal dari Ghana
"Muy Bien" Jawab si perempuan, yang berdarah Mexico
Saya tersenyum mendengar cara mereka berkomunikasi. Bahasa Perancis dijawab dengan memakai bahasa Spanish. Mengingatkan saya ketika teman saya yang tinggal di Biak menyapa saya di Yahoo Messenger,"What's up, man?" Dan saya jawab,"Ada matahari, bintang, langit dan awan-awan."
Buat saya bahasa seyogyanya adalah alat yang dipakai semua orang untuk memahami satu sama lain dalam menyampaikan ide dan maksud mereka. Jadi kalau si penerima pesan tidak mengerti maksud si pemberi pesan, kesalahan bisa terjadi bahwa si pemberi pesan tidak berusaha membuat si penerima pesan mengerti dan paham apa maksudnya. Tujuan terpenting bahasa menurut saya agar kedua pihak saling mengerti dan memahami.
Tapi di lain pihak, kadang saya tidak mengerti kenapa satu-dua orang teman yang sering chatting dengan saya dengan memakai bahasa Inggris padahal dia tahu saya orang Indonesia. Mungkin karena dia ingin pamer (negative thinking!), atau mungkin dia ingin praktek kemampuan bahasa Inggris yang dia miliki. Atau mungkin bahasa Inggris memang sudah menjadi lingua franca penduduk bumi ini?
Pada suatu kesempatan, ketika saya ngobrol dengan seorang teman saya yang lain, dia mengaku dia hanya bisa bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Saya tanya memangnya kenapa. Dia bilang katanya bahasa memiliki kelas masing-masing, sehingga secara tidak langsung pemakaian bahasa menimbulkan gengsi tersendiri. Menurut saya ada benarnya kalau memang dalam beberapa hal, bahasa punya kelas. Tapi saya pikir itu hanya berlaku di dalam bahasa itu sendiri. Misalnya ada bahasa Jawa yang hanya dipakai di keraton - katanya- dan ada bahasa Jawa yang dipakai oleh kalangan awam - katanya. Tapi membandingkan antara bahasa Jawa dan bahasa Inggris, saya rasa boro-boro menimbulkan perbedaan kelas, bertetangga juga tidak. Saya iri dengannya karena sampai sekarang saya tidak bisa berbahasa Jawa, Benar-benar tidak bisa. Jadi apa bedanya saya dengan dia? Dia punya kelebihan, saya juga punya kelebihan. Dia punya kekurangan, begitu juga saya.
Pembicaraan saya dan istri saya berlanjut lagi membahas film jadul Catatan si Boy (ngomong-ngomong, apakah kata jadul sudah masuk ke dalam kamus bahasa Indonesia?), di mana karakter Ibu si Emon sering sekali berbicara dalam bahasa yang bercampur-campur. Dalam satu tarikan nafas dia bisa mengucapkan kata-kata dari bahasa Indonesia, Inggris, dan Sunda. Karakter ibu tersebut buat saya tetap menarik sampai sekarang. Seberapa pun bencinya penonton dengan karakter ibu itu, tetap ibu itu adalah kenyataan yang terjadi di masyarakat.
"Sayang yah si Ibu Emon itu tidak diceritakan, apakah pernah tinggal lama di luar negeri, atau hanya sering jalan-jalan saja." Kata saya.
"Memangnya kenapa?" Tanya istri saya.
"Buat saya kemungkinan besar ada bedanya. Kalau memang tinggal lama di luar negeri, mungkin ada sikap maklum yang harusnya dimiliki oleh masyarakat. Kan tidak sedikit para orang tua kita yang bahasa daerahnya bercampur dengan bahasa Indonesia. Apakah itu bahasa Mandarin dengan bahasa Indonesia, bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia, bahasa Batak dengan bahasa Indonesia, dan seterusnya dan seterusnya."
"Benar juga sih," sahutnya.
"Lalu menurut kamu kenapa lewat karakter Ibu Emon bisa tercipta persepsi bahwa dia orang yang sombong atau orang yang mewakili ibu-ibu kaya raya yang kalau ngomong suka campur-campur dengan bahasa Inggris?" Tanya saya.
Dia hanya tersenyum.
Dan membuat saya juga tersenyum.
- PlainBread's blog
- Login to post comments
- 5138 reads
Keajaiban bahasa.
Saya kadang berpikir bahwa BAHASA adalah karya ALLAH TRITUNGGAL yang luar biasa, apa bahasa TUHAN Allah ketika bersama Adam di Taman Eden? Berapa bahasa yang diciptakan dalam kasus MENARA BABEL? Apakah sudah ada orang yang meneliti tentang ini? Kemudian bahasa berkembang begitu dahsyatnya, entah ada berapa ribu bahasa di dunia ini?
Kalau ada orang yang bisa menguasai 25 bahasa yang ada di dunia ini, mungkin orang tersebut diibaratkan BISA NJARA LANGIT, artinya secara harfiah BISA MENGEBOR LANGIT. Bukankah orang yang bisa mengebor langit adalah orang yang luar biasa? Orang tersebut pasti mempunyai kemampuan yang hebat sekali. Orang yang bisa njara langit tidak harus mempunyai kekuatan batiniah yang supranatural atau metafisik. Kemampuan menguasai banyak bahasa, menurut saya bisa disebut luar biasa.
Ketika orang mempunyai kemampuan berbagai bahasa di dunia ia mampu memeluk dan menggenggam dunia bak seorang raja atau pemimpin yang berkuasa, bisa diungkapkan dengan pitutur MBAUDHENDHA NYAKRAWATI.
Tetapi ketika kita hanya mempunyai satu bahasa saja, Tuhan tidak membuat kita sendirian.
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
@Pb ceceran fakta
Hihihihihihihi emang gue n erfen tadi pakai laptop sama. Kini kita orang pisah pulang biz jam kerja. Gue yang nantangin dia gabung di SS. Selama ini gue nyimak SS aza tapi jadi pede setelah erfen ikutan hihihihihihihi. Tadi kesel liat ada yang menyoalkan cuma erfen sendiri yang ngelike artikelnya dewe jadi gw ikutan ngelike. Emang bener tu yang dikatain erfen, kita orang tadi ngira si Dennis menyoalkan jumlah like yang cuma siji.
Apakah ini cuma sebuah kebetulan?
Bahasa Indonesia, paling sederhana dan paling rumit
Kebetulan atau kebenaran? Coincidence or truth? :)
Bahasa Indonesia menurut saya adalah bahasa yang paling mudah dipelajari. Tapi kata beberapa teman saya, justru paling rumit. Untuk menunjuk kepada diri sendiri, ada kata saya, aku, gue, yang bisa dipakai. Belum terhitung kalau melibatkan beberapa bahasa daerah yang lain. Bahkan kata kita bisa dipakai untuk hal yang sama. Kata kami dan kita sudah tidak lagi menunjukkan perbedaan yang berarti.
Aksen Harry Potter
Mungkin karena seringnya nonton serial barat, kalo mau ngomong, dan kosa katanya sering ga keluar, kadang pake english jadi agak mudah. Itu terjadi kadang-kadang. Dulu ampe pernah lupa horse bahasa indonesianya apa. *pengalamanpribadi*
Tapi pengen banget, bs ngomong english, proper dan aksen british. Wow. Kaya aksen Harry Potter. Like it....!
Tapi kayanya jarang jarang ada yang campur bahasanya dengan bahasa mandarin ya? Berat booo.... Hahaha.
Bread, karena seringnya Sanke diikutkan dalam blog. Kadang timbul rasa penasaran Min, apakah dirinya ikutan membaca? hahaha...
Min, campursari bahasa
Minmerry: "Tapi kayanya jarang jarang ada yang campur bahasanya dengan bahasa mandarin ya? Berat booo.... Hahaha."
Purnomo:
Jarang-jarang berarti ada dan begitulah kenyataannya. Yang lebih berat lagi bila bahasa itu dilepas dari aksen aslinya. Contoh yang saat ini lagi marak: bahasa Indonesia diucapkan dengan aksen Inggris. PB, ini Catatan Si Boy syndrom 'kali.
Pernah dalam sebuah workshop yang dihadiri oleh peserta dari berbagai negeri di Asia saya terpesona kepada peserta dari India. Bahasa Inggris diucapkannya dalam aksen kental Urdu yang sarat melodi. Ketika tiba acara raung-raung kota, panitia menugasi saya mengawal peserta India ini dengan alasan "Kamu penuh atensi kepadanya." Padahal, saya betul-betul tidak mengerti bahasa Inggris yang diucapkannya. Saya hanya senang kepada melodi yang diucapkannya. Daripada kelamaan mempergunakan bahasa tarzan, saya bawa dia ke Pasar Ikan Medan di mana banyak penjual kain yang tahu bahasanya.
Ini tidak berbeda dengan Bahasa Kasih. Walau setiap kita punya dasar dan kosa kata yang sama, tetapi cara "melafalkan"nya bisa berbeda-beda dan bila mereka yang terlibat tidak berlapang dada malah bisa menimbulkan friksi yang menyakitkan.
Salam.
@Pur Cinta Laura syndrome
Purnomo: Contoh yang saat ini lagi marak: bahasa Indonesia diucapkan dengan aksen Inggris. PB, ini Catatan Si Boy syndrom 'kali.
PB: Kalo saya ngeliatnya itu Cinta Laura syndrome, Pur. Cinta Laura masa kecilnya di luar negeri, dan mungkin aksennya terbawa sampe sekarang (dan ada yang jeli ngeliat itu sebagai karakter yang layak di jual di film). Walaupun saya mikir aksen dari tempat tinggal lama itu bisa hilang pelan2 seiring masuk ke tempat yang baru, tapi yang menarik hal ini jadi menular ke banyak orang, tidak peduli mereka lahir/ bertahun2 hidup di negara lain atau tidak pernah.
Ini mirip dengan fenomena latah yang dulu pernah mewabah (apakah masih sampe sekarang?). Dikagetin langsung latah. Disuruh ini itu langsung mau karena latah. Yang latah sebenarnya sedikit sekali di masyarakat, tapi kenapa jadi banyak? Yah jawabannya kita sudah tau.
@Min Aksen, Logat dan Cengkok
Min, dulu ada teman baru datang ke sini nanya ke saya standar orang bisa bahasa Inggris itu apa, apa harus pake GMAT, SAT atau apa. Saya ketawa aja trus bilang,"elu udah bisa gape bahasa Inggris kalo elu waktu tidur trus mimpinya udah pake bahasa Inggris."
Soal aksen atau logat, menurut saya bisa dilatih karena setiap manusia punya kapabilitas untuk adaptasi, coping dan copying. Coba deh perhatiin -atau mungkin pernah ngalamin-, pernah gak bergaul sama orang yang aksennya beda, trus kita gak sengaja jadi ikut aksen itu orang, atau mungkin pernah tinggal di kota di mana mayoritas penduduknya tidak sesuku bangsa dengan kita, yang ada kita gak sengaja malah ikut-ikutan aksen mereka. Saya sering begitu. Kalo beberapa hari nempel sama orang item, aksen berubah jadi banyakan slangnya. Kalo nempel sama orang Mexico, aksen bisa berubah lagi.
Temen saya yang belajar bahasa Inggris pernah ngadapin kesulitan waktu berusaha ngucapin kata mangga dan bangga. Buat kita yang orang Indonesia, kedua kata itu bisa kita ucapin sambil push up bahkan sambil kayang. Tapi untuk dia butuh waktu yang lama. Saya bilang ke dia,"sekarang ngerti kan kenapa non english speaking people gak gampang untuk ngucapin sheet dan shit, sheep dan ship, atau beach dengan bitch."
Soal blog, sanke selalu punya hak prerogrative untuk membacanya pertama kali sebelum dibaca 2-3 orang lalu dibaca umum. Kalo kadang terlihat saya mengupdate atau memperbaiki susunan kalimat atau isi blog saya, 99,99 % itu karena dia :)
PB.. gw blum ngerti
Selama tingga dijkt gw dah banyak lihat kejadian2 lucu bahkan tragedi yg bermula dari kesalahpahaman bahasa daerah. Anehnya lagi sampe skarang gw masih blum ngerti kenapa "aku kamu" katanya lebih halus daripada "gua elu" padalah smua orang juga udah tau artinya sama aja.
Gw pernah dengar sebuah cerita dari teman :
Setelah sampai ke ibukota seorang perantau dari sumatera naik bajaj dari terminal ke tempat tujuaanya, sebelum naik dia nanya harga ke sopir bajaj, kira-kira percakapan mereka bgini
Ussok : " Bang kalau ke Jl. Asri No 98B berapa bang?"
Tukang bajaj : "Goceng bang!"
Ussok kebingungan tidak tau arti goceng itu berapa tapi malu nanya sambil mencari akal.
Ussok : "Hmm mahal juga ya?"(Sambil mencari-cari akal)
Tukang bajaj : " Wah goceng tuh dah murah bang itu tarif biasa, biasanya ceban tapi karena pelanggan pertama saya kasih murah, goceng aja!"
Wah goceng, ceban, ntar istilah apalagi nih yg kluar (Kata si Ussok dalam hati sambil tidak putus asa cari akal hingga sebuah ide cemerlang itu singgah).
Ussok : " Yaudah satu geliung aja ya bang!!" ( dengan raut wajah memelas).
Tukang bajaj : " Satu geliung? satu geliung itu berapa bang? ( bingung sebingung bingungnya).
Ussok : "Loh kok abang tukang ojek tidak tau satu geliung?"(Pura-pura bingung juga).
Tukang Bajaj : " Iya bang seingat saya memang tidak ada satu geliung".
Ussok : " Ha ha ha.. Masa kau tidak tau satu geliung? Emangnya goceng itu berapa?"(Dengan aksen yang masih terbawa dari seberang).
Tukang bajaj : " Bang yang saya tahu yang ada cuma goceng=5000, ceban=10000, jigo =25000, gocap=50000, cepe=100000, satu geliung itu ngga ada!"( Berusaha bertahan dan meyakinkan si Ussok).
Ussok : " Nah saya juga tau goceng=5000, makanya saya tawar satu geliung, satu geliung =3500, gimana bisa ngga 3500 ke tempat tadi? "
Tukang bajaj : "Yaudah deh masuk aja!" (Masih bingung dan bertanya2 dalam hati kok kenapa selama ini gw blum pernah dengar satu geliung ya?).
Akhirnya bajaj pun melesat memecah keramaian ibukota, yang satu puas bahagia dalam hati karena selain tambah ilmu, dia juga bisa keluar dari masalah perbendaharaan bahasanya. Disisi lain si tukang bajaj terus bertanya2 dalam hati "Yang tidak tahu itu siapa sih?"
Bless all of Us..
lucu
boleh juga tuh siasat si ussok...
imprisoned by words...
biak
salam kenal PB,
kalau punya teman dari biak, mereka pasti sudah sering menggunakan MD daripada DM, dan EYD buat mereka adalah Ejaan Yang Dikacaukan, coba tanya dia, kopi mandi sudah, sapi mandi laut hahaha...
dia orang, lu orang
aku juga suka diketawain kalo pake kata2 itu.
"kalo dia orang, lu orang, jadi gw bukan orang?"
kebiasaan aja sih. hehehe
imprisoned by words...
Beyond the movie Lord of the Rings
gw uda aga lupa isi pilemnya, cuma disitu ada nyinggung language. Kalo ga salah inget, si pengarang lord of the rings creates language sendiri ntuk bahasa peri di cerita dia, n language ini diadaptasi dari bahasa kuno di daerah mana gitu di england kalo ga salah.
n menarik di bilang dalam waktu tertentu ada brapa bahasa yang hilang di muka bumi ini, kebanyakan sih bahasa daerah. N ini disayangkan banget karna tiap language punya history n cerita behind smua language yg ada.
yang gw pikirin kenapa language itu bisa hilang.. apa awal bahasa yang dicampur2 kyak indo-english bkal end up sama ilangnya bahasa indo n english aja dipake. Napa gw mikir gini, coz sepertinya ntuk anak2 generasi muda diindo, skul2 di indo dah relatif banyak yang make english, ditambah lagi informasi di internet n juga game jg banyak in english. n pena gw liat dimana yah kyaknya tipi indo dibahas kalo bbrapa generasi muda indo pas disuruh buat tulisan, mreka prefer buat tulisan dalam english daripada bahasa indo, karna katanya lebih terbiasa baca n nulis in english, n bahasa mereka jg dah campur2 indo-english..
i hope masi nyambung ya plain ehehhe ^^
m bahasa gw jg disini jd ikut2an campur2 ahahaha.. maap2 ^^
@plain ingat teman gw..
Ada dalam beberapa kasus orang-orang seperti mereka ini adalah orang-orang yang tinggal dengan orang tua Indonesia di luar negeri. Menurut teman gw yang tinggal di US, ada kemungkinan sebagai salah satu bentuk kehilangan identitas. Biasanya terjadi karena di sekolah mereka menggunakan bahasa inggris dan begitu sampai ke rumah memakai bahasa indonesia. Ini mengakibatkan kerancuan dalam berkomunikasi. Dia sendiri menemukan beberapa temannya hampir seperti cinta laura, walaupun dia sendiri tidak mengetahui apakah cinta laura itu, benar-benar artis atau sekedar judul sinetron.