Submitted by Evylia Hardy on

Waktu kecil aku begitu diam, tenggelam oleh keceriaan dan keceriwisan teman-teman, hingga sering luput dari perhatian guruku. Waktu kecil aku begitu takut untuk protes, hingga sering kebagian yang tidak enak. Kursi berkutu, misalnya. Waktu kecil aku terlalu kelu untuk mengadu, hingga menangis saja bila disakiti, baik fisik atau hatiku.

Kerap kali aku menonton teman-teman berceloteh dan bercanda tawa dengan guruku. Tiap hari aku mendengar ada saja yang mengadu atau protes ini dan itu. Sebenarnya ingin sekali aku bisa begitu, tapi beringsut mendekati guru pun sudah mandi keringat aku. Aku ini tak menarik, pikirku. Dilupakan. Tak dilihat. Apalagi didengar. Aku ini tak berarti. Dan mimpi untuk bisa dekat dengan guruku tak pernah kesampaian.

Ajaibnya, belasan tahun kemudian aku menjadi guru. Seperti guruku, aku pun senang dikerumuni murid-murid yang ramai, pintar, cakep. Tetapi impian seorang murid selalu terbawa-bawa dalam hati kecilku. Mimpi yang tak sampai. Jadi mulailah aku berupaya mewujudkan mimpiku. Maka ketika tak kutemukan alasan untuk memuji kepandaian muridku, kupuji kerajinannya. Ketika tak ada alasan untuk memuji keelokan parasnya, kupuji tulisannya. Kalau tak pernah ia mendekatiku, aku yang menghampirinya. Kalau tak pernah ia bercerita padaku, aku yang bertanya padanya. Aku percaya tiap anak bisa menarik betapapun menjemukannya ia. Tiap anak punya keunggulan betapapun bodohnya ia. Aku percaya meski tampaknya tak ada alasan untuk percaya.

Dimulai dari mimpi seorang murid kecil yang tak sampai, yang selalu terbawa-bawa di hati , aku terpacu untuk terus mencari jalan menuju hati anak-anak. Karena dulu terabaikan, maka kini memperhatikan. Karena dulu tak menerima, maka kini memberi. 

Submitted by ebed_adonai on Sat, 2009-03-14 11:51
Permalink

Anda betul, mb evylia..Kalau saja semua guru-guru seperti anda....Dan kalau anda yang menjadi guru saya dulu, mungkin saya akan jatuh hati pada anda, ha..ha..ha..(joke saja)..

Shalom!

(...shema'an qoli, adonai...)

Submitted by joli on Sat, 2009-03-14 12:15
Permalink

Jadi mulailah aku berupaya mewujudkan mimpiku. Maka ketika tak kutemukan alasan untuk memuji kepandaian muridku, kupuji kerajinannya. Ketika tak ada alasan untuk memuji keelokan parasnya, kupuji tulisannya. Kalau tak pernah ia mendekatiku, aku yang menghampirinya. Kalau tak pernah ia bercerita padaku, aku yang bertanya padanya. Aku percaya tiap anak bisa menarik betapapun menjemukannya ia. Tiap anak punya keunggulan betapapun bodohnya ia. Aku percaya meski tampaknya tak ada alasan untuk percaya.

Di mulai dari mimpi yang tak sampai, Evilia membuat banyak mimpi anak menjadi nyata.. 

 

Submitted by sahabat on Sat, 2009-03-14 12:29
Permalink

 

Ajaibnya, belasan tahun kemudian aku menjadi guru.

Sebenarnya bagi gw, tiada yang ajaib dengan yang ini. Anda mungkin hanya rasa terkesan sambil berkata " wah....! saya tidak menyangka benar-benar menjadi guru dengan segala cabaran yang ada". Teruskan saja melangkah untuk mencipta  'keajaiban' sejenis ini. hidup pasti akan lebih hidup!   

Damai Sejahtera bagimu dan seisi keluargamu.

sahabat.

"Allah sangat mengasihi orang di dunia ini sehingga Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada Anak itu tidak binasa tetapi beroleh hidup sejati dan kekal" Yohanes 3:16

Submitted by clara_anita on Sat, 2009-03-14 14:39
Permalink

Tiap anak punya keunggulan betapapun bodohnya ia.

Bu guru, saya sepakat pada semua yang ditulis di blog ini kecuali poin yang satu ini...

Saya selalu berkeyakinan tidak ada anak yang bodoh. Seringkali, ada dorongan kesombongan dalam diri guru bahwa tugasnya adalah untuk membuat anak-anak didiknya 'pintar'. Jam mengajar saya mungkin belum terlalu tinggi, tapi saya telah mempelajari satu hal: guru tidak membuat anak-anak pintar, ia hanyalah penunjuk jalan bagi anak-anak itu untuk mengungkap apa yang telah ada dalam dirinya... mengembangkan potensinya sebaik-baiknya... (Agaknya saya memang tidak sependapat dengan tabula rasanya Locke )

setiap orang punya potensi.. maka tidak ada yang pintar; tidak ada pula yang bodoh..

Mereka bagaikan benih-benih dari jenis yang berbeda. Ada yang cepat bertunas; ada pula yang perlu waktu tahunan. Tapi, masing-masing memang dirancang khusus untuk tujuan yang khusu pula. Guru (dan juga orang tua) hanyalah sang petani yang bertugas memastikan benih itu tumbuh dengan baik, dan memberikan perlakuan yang tepat untuk masing-masing benih itu...

Nice writing though

 

GBU

nita

 

Submitted by Evylia Hardy on Sat, 2009-03-14 15:58
Permalink

setuju. penulisan itu menyesuaikan dengan kacamata awam saja (yang pada satu titik melihat anak itu pandai atau tidak, tanpa memperhitungkan bahwa ia masih terus berkembang, bahkan sampai tua).

seneng deh komunikasi sama cantrik cantik.

Eha

Submitted by agamaitucandu on Sat, 2009-03-14 18:33
Permalink

Cuma novel, namun Anne of Green Gables karya Lucy M. Montgomery ini bikin banyak pembaca jatuh hati. Tahun lalu adalah perayaan 100 tahun novel ini 1908-2008. Terjemahan indonesianya pun diterbitkan.

Ceritanya tentang seorang anak perempuan yatim piatu penghuni panti asuhan yang kemudian dikirim ke desa Avonlea. Ternyata yang sebenarnya diminta adalah anak laki-laki, dengan maksud untuk membantu bekerja di ladang. Berhubung ini kekeliruan, semula Anne akan dipulangkan ke panti. Namun karena kasihan, akhirnya Anne dibiarkan tinggal dan disekolahkan.

Tidak mudah menerima kehadiran Anne. Dia anak yang cerewet, banyak bicara. Ia senang menciptakan istilah. Memberi nama-nama baru pada hal-hal sepele. Bahasanya imajinatif. Berbunga-bunga. Tapi bagi sebagian orang malah bikin pusing dan membosankan. Sekali omong saja dia bisa menghabiskan satu setengah halaman.

Namun cerita ini 'Kristen' sekali. Ini novel soal penebusan dan penerimaan.

Maaf OOT. Mungkin pula Anda sudah baca. Toh ini buku klasik. Tapi saya cuma mau bilang, bahwa di dunia ini ada anak-anak tertentu yang menyebalkan, demikian menyebalkan karena mereka punya otak yang istimewa. Kecerdasan kadang tidak merata. Kadang seorang anak demikian bodoh di berbagai aspek kecerdasan, namun mencapai tingkat sangat istimewa dalam berbahasa. Dan anak macam ini menghabiskan masa kanak-kanak dalam pengbungkaman demi pembungkaman oleh orang-orang di sekitarnya.

Submitted by udalama on Mon, 2009-03-16 02:37
Permalink

@Evylia Hardy

ada secuil lagu buat ibu guru...
...
hormati gurumu sayangi teman...
ituLAH TANDAnya kau MURID BUDIman...
(kalo tidak salah ini lagu waktu saya TeKa)

bu guru Evylia...
ajarlah mereka juga, TAKUT akan TUHAN

SALOMO bisa menulis AMSAL dan TEKA-TEKI
belajar LANGSUNG dari ayah dan gurunya... DAUD
belajar dari tulisan2 ayah dan gurunya... DAUD
DAUD lebih TERUJI MENJALANI HIDUP daripada SALOMO

Roma 4:4-5
Kalau ada orang yang bekerja,
upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah,
tetapi sebagai haknya.
Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja,
namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka,
imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.

MURID BUDIman,
hormati gurumu dan sayangi teman...

bu guru Evylia...
terima kasih
GBU

Submitted by Evylia Hardy on Mon, 2009-03-16 08:37
Permalink

Saya sudah tak mengajar di lembaga umum saat ini. Namun bagi murid2 seklolah minggu dan anak2 saya, tepat seperti yang udalama tuliskan itulah yang senantiasa saya bagikan.

makasih ya tanggapannya

Eha

Submitted by antisehat (not verified) on Thu, 2009-03-26 07:38
Permalink

eHa: Karena dulu tak menerima, maka sekarang memberi.

mirip dengan saya bu eHa...

dulu saya tak menerima banyak pengetahuan tentang kesehatan

yang sesungguhnya,

maka sekarang saya tidak bisa nahan

untuk memberi informasi seputar

kesehatan yang sebenarnya...

hehehe...

___________________________

giVe tHank’s wiTh gReaTfull heArt

www.antisehat.com

 

Submitted by Evylia Hardy on Fri, 2009-04-03 18:31
Permalink

wah, responnya ketinggalan kereta ya ... gpp deh ya

jadi itu ya sebabnya antisehat getol sekali kasih tau kita2 soal sehat-menyehat.  makasih sekali lho.  aku jadi bisa ikut menikmati info2 sarat gizi.  sampai2 aku mikir ... kali2 aja si antisehat ini mhs kedokteran ya ....

Eha

Submitted by antisehat (not verified) on Sat, 2009-04-04 07:09
Permalink

ibu eHa...

untuk menjadi sehat seperti dokter,

tidak perlu kuliah kedokteran tho...?

hehehe...

Alkitab adalah sumber ilmu kesehatan...

___________________________

giVe tHank’s wiTh gReaTfull heArt

www.antisehat.com

 

Submitted by Evylia Hardy on Tue, 2009-04-07 09:28

In reply to by antisehat (not verified)

Permalink

supaya sehat: satu, hidup teratur; dua, makan empat sehat lima sempurna; tiga, rajin2 baca blog-nya antisehat .... eh iya, btw itu tulisan goreng-gorengan kok kayaknya ilang ya, padahal aku belum sempet baca lho ... waktu kucari lagi kok dah raib. apa aku yg kurang teliti nyarinya ya.  tar dulu, coba kucari lagi ah

Eha

Submitted by Evylia Hardy on Tue, 2009-04-07 09:45

In reply to by Evylia Hardy

Permalink

ketemu nih barusan (stlh ngacak2 blog-nya antisehat) ... perasaan aku tu liatnya di halaman depan deh ( ... memeras otak), tapi tgl penulisannya kok 30 Des ya ... jangan2 aku mulai pikun, atau itu blog hilang yg diunggah ulang ya .... mbuh lah yang penting udah ketemu! (puasss)

Eha

Submitted by antisehat (not verified) on Tue, 2009-04-07 19:25
Permalink

hehehe...

ibu eHa, membaca tulisan anda,

sepertinya anda orangnya

menyenangkan euy...

___________________________

giVe tHank’s wiTh gReaTfull heArt

www.antisehat.com