Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Menantang pibu Roh Yesus

Purnomo's picture

Suatu malam ia beserta kelompoknya di”booking” sebuah gereja Kristen yang mengadakan KKR di sebuah plasa. Tugas mereka adalah berjaga di atap gedung untuk menolak kekuatan gaib yang bermaksud mengacau acara itu. “Gereja mana di kota ini yang mengandalkan Roh Kudus sekaligus meragukan kemahakuasaan-Nya itu?” tanya saya geram.

– o –
          Pada tahapan terakhir proyek multimedia gereja, seorang pemuda calon STh yang diserahi tugas melatih tim multimedia mengajak temannya yang Katolik untuk membantu. Hubungan saya dengannya “just to say hallo” bila berpapasan karena saya tidak terlibat dalam kegiatan ini. Baru ketika majelis memintanya menulis proposal pembuatan situs internet, saya sering menemuinya untuk berbincang-bincang karena saya tidak melihat manfaat proyek ini. Ini bagai kembang api, indah dan gebyarnya sesaat saja, seperti nasib situs milik beberapa gereja.
 
          Tius ternyata orang yang menyenangkan. Ia tidak menunjukkan sikap antipati ketika saya menyatakan tidak setuju gereja saya memiliki situs. Ia mau mendengar dengan sabar mengapanya. Setelah saya selesai dengan paparan saya, ganti ia menceritakan manfaat apa saja yang bisa didapat dengan adanya situs ini. Sikap yang sama-sama mau mendengar pendapat lawan bicara akhirnya membuat kami akrab dan sering membicarakan topik-topik lainnya. Bahkan tentang perbedaan doktrin Katolik dan Protestan tanpa saling menyalahkan.
 
          Suatu ketika saya bercerita tentang kehebatan ilmu gaib orang Dayak. Seorang sopir perusahaan yang tinggal di Jakarta diperbantukan ke Kalimantan Barat. Di pedalaman ia menghamili seorang gadis dan tidak mau bertanggung jawab walaupun orang tua gadis itu secara baik-baik telah membujuknya untuk menikahi puterinya. Ia mencampakkan gadis itu begitu saja.
 
          Mendadak ia sakit aneh. Tempurung kepalanya menjadi lunak seperti balon yang berisi air, empuk dan kenyal. Segera ia dikembalikan ke Jakarta. Kata orang, ilmu hitam kehilangan kekuatannya apabila dibawa melintasi laut. Ternyata sakitnya tidak juga sembuh sampai ia meninggal.
 
          “Itulah hebatnya ilmu gaib Dayak,” kata saya pada akhir cerita.
          Ia tersenyum. “Kalau hanya sakit seperti itu, sebetulnya ia bisa disembuhkan. Sayangnya ia tidak tahu kepada siapa harus minta tolong. Ilmu gaib di pulau Jawa juga hebat. Satu saja ilmu orang Dayak yang belum bisa dilawannya, mandau maya. Mandau itu waktu melayang menuju sasaran tidak bisa dilihat mata. Senjata itu baru menampakkan dirinya ketika berjarak 1 jengkal dari korbannya. Sebelum si korban sempat berpikir, mandau itu sudah menebas putus lehernya, lalu kembali ke pemiliknya.”
 
          Apa yang diuraikannya persis sama dengan apa yang saya dengar waktu bekerja di daerah Singkawang – Sanggau. “Kok kamu tahu benar ilmu gaib?” tanya saya heran.
 
          “Tidak hanya tahu, tapi pernah menguasai,” jawabnya membuat saya terperangah. Agaknya ia kelepasan bicara karena kemudian ia merubah topik pembicaraan. Tetapi saya memaksanya bercerita bagaimana ia yang pernah menguasai ilmu gaib bisa berubah menjadi Katolik yang serius.
 
          Setelah menghindar beberapa kali, akhirnya suatu hari ia mau bercerita. Waktu ia kuliah di Surabaya, ia punya uang banyak karena sukses dalam bisnis MLM. Dengan uang itu ia belajar banyak ilmu gaib. Seperti kebiasaan di antara mereka, ia juga gemar mencari lawan untuk menguji ilmunya sekaligus mencari guru baru. Ia punya ilmu andalan untuk menggertak lawan. Masih jauh dari tempat tinggal lawannya, ia menyulut hio dan meniupinya dengan mantera. Akibatnya, angin putting beliung meluluhlantakkan rumah lawannya. Bila lawan berhasil mengalahkannya, ia akan mengangkatnya menjadi gurunya.
 
          Karena kuliahnya berantakan, ortunya menyuruhnya kembali ke kota asal. Suatu malam ia beserta kelompoknya di”booking” sebuah gereja Kristen yang mengadakan KKR di sebuah plasa. Tugas mereka adalah berjaga di atap gedung untuk menolak kekuatan gaib yang bermaksud mengacau acara KKR itu.
 
          “Gereja mana di kota ini yang mengandalkan Roh Kudus sekaligus meragukan kemahakuasaan-Nya itu?” tanya saya. Ia tertawa melihat saya geram. Ia tidak mau menyebutkan nama gereja itu.
          “Sikap mendua gereja itulah yang membuat saya menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat,” katanya.
          “Jelasnya?”
          “Saat itu saya juga memikirkan keanehan ini. Mengapa Yesus yang mereka agung-agungkan menguasai alam semesta ini harus dilindungi dari serangan ilmu hitam?”
          Paradok ini membuat ia berpikir Yesus tidak sehebat yang digembar-gemborkan orang Kristen karena Yesus masih perlu dilindungi. Karena itu di atas atap, alih-alih mewaspadai datangnya serangan gaib, ia menantang Yesus bertanding. Mendadak saja dari langit segumpal kabut putih menukik turun ke arahnya. Ia segera merapal ilmunya satu persatu untuk melawannya. Tetapi gagal. Akhirnya ia menyerah kalah. Dan sesuai tradisi di kalangan mereka – yang kalah harus menjadi murid yang menang – ia mengucapkan janji untuk menjadi murid Yesus dan menaati kemauan-Nya tanpa syarat.
 
          (Manifestasi kehadiran kuasa ilahi dalam bentuk asap putih di tempat lain pernah saya tulis dalam blog berjudul “Mengetuk pintu sorga”)
 
          Oleh ibunya yang Katolik, ia dikirim ke sebuah biara di Lembang untuk melucuti semua ilmunya.
          “Biara Katolik yang para susternya melayani Tuhan sebagai pendoa?” tanya saya.
          “Kok tahu?”
          “Saya pernah jadi salesman selama puluhan tahun,” jawab saya.
 
          Saya tidak menjelaskan bahwa tempat itu saya ketahui dari seorang ibu tua yang dirawat di rumah sakit akibat ditabrak sepeda motor anak saya ketika menyeberang jalan usai menghadiri misa pagi. Saya memasukkannya ke rumah sakit dan menanggung seluruh biayanya. Suatu hari ia bercerita adiknya yang menjadi biarawati di biara itu mengiriminya uang beberapa juta rupiah. Ada orang Jakarta yang memaksanya menerima uang itu sebagai ucapan terima kasihnya. Tetapi peraturan melarang biarawati menerima pemberian dari luar. Karena itu adiknya menyarankan orang itu untuk mengirim uang itu kepadanya untuk membantu meringankan biaya rumah sakit.
 
          Satu bulan Tius di sana. Ia mengalami kesakitan yang sangat setiap satu ilmu dilepas. Tubuhnya lemah bagai tak bertulang. Tetapi ia terus bertahan karena ia harus melenyapkan ilmu lamanya agar bisa menerima ilmu baru dari Yesus.
 
          “Sekarang kamu tidak punya ilmu. Bahkan menerawang pikiran orang saja tidak bisa. Apa tidak kuatir bekas lawan menyerangmu?”
          “Dulu saya mengalahkan mereka. Lalu Yesus mengalahkan saya. Logikanya, ilmu mereka jauh di bawah Yesus yang saat ini menjadi Guru saya.”
          “Tetapi Ayub bisa dianiaya kuasa gelap.”
          “Tubuhnya saja, tidak rohnya. Jika itu terjadi pada diri saya, itulah harga yang harus saya bayar dalam mengikut Yesus. Tubuh yang fana ini tak mengapa bila harus hancur. Tetapi roh saya yang abadi tetap utuh dimiliki Yesus.”
 
          Saya terpana akan pernyataannya ini. Semuda itu ia telah memiliki iman yang kuat. Saya menghubungi seorang penatua gereja untuk memanfaatkan pengetahuan Tius dalam pembinaan iman warga jemaat. Saat itu sedang marak penipuan melalui ilmu gendam. Tius bisa diminta untuk menjelaskan bagaimana menghindari penipuan ini. Tentunya ia harus didampingi oleh pendeta kami agar Firman tetap berada di atas pengetahuan ini.
 
          Setelah tim multimedia bisa mandiri, ia tidak lagi muncul di gereja saya. Terakhir saya bertemu dengannya waktu mengunjungi Goa Maria Ambarawa. Ia sedang memimpin ritrit pemuda gerejanya. Kepada saya ia menjelaskan bagaimana ia membantu pembinaan iman jemaat muda dalam era posmo. Walaupun kami sekarang tidak lagi bertemu, ia sering berkirim SMS. Paskah beberapa tahun yang lalu Selamat Paskahnya muncul dalam kalimat Inggris yang panjang saat subuh. Mungkin ia mengirimnya dalam perjalanan menuju gereja untuk mengikuti misa subuh.
 
          Karena masih mengantuk saya membalas sekenanya. “Haleluya, Yesus telah bangkit. Astaga, saya masih bobo.” Sesaat kemudian datang balasannya. “Bangun Oom, bangun. Cepetan mandi, terus kerja cari uang buat beliin Yesus pakaian dan makanan. Kerja setiap hari buat Yesus ya.”
– o –
          Untuk memiliki ilmu gaib diperlukan banyak biaya, tenaga dan waktu. Karena itu saya bisa mengerti mengapa ketika seseorang menerima Tuhan Yesus ada yang tidak sepenuhnya melepaskan ilmu ini. Itu tidak berbeda dengan seorang yang menjadi kaya raya karena meribakan uang dengan bunga tinggi dan kemudian tidak menghentikan bisnis jahatnya setelah menerima Yesus. Dua minggu yang lalu saya frustasi karena selama beberapa hari terlibat sebuah masalah dengan seorang petinggi sebuah gereja yang membuat keputusan penting dan berdampak kepada orang-orang lain berdasarkan “karunia menerawang” dan “karunia melihat roh.” Mungkin tahun depan ada orang Kristen yang memproklamirkan diri memiliki “karunia menyantet.” Who knows?
 
          Beberapa kesaksian tentang proses penyembuhan atau pengusiran setan yang dilakukan atas nama Tuhan Yesus yang saya dengar menunjukkan adanya unsur-unsur mistis yang tidak Alkitabiah. Kesaksian yang paling akhir saya dengar adalah tentang seorang ibu yang pada malam hari sulit tidur. Setelah mendengar keluhannya, pendetanya menyuruh dia membeli minyak goreng dalam kemasan 2 liter. Lalu pendeta menumpangkan tangan di atas botol ini dan mendoakannya dengan heboh. Atas nasihat pendetanya, dia kemudian menyemprotkan minyak ini ke seluruh dinding kamar tidurnya untuk mengusir roh-roh yang mengganggunya. Hasilnya tak dia duga. Suaminya tidak mau tidur di kamar itu karena baunya tak sedap dan menuduhnya telah gila akibat rajin ke gereja.
 
          Seorang mantan organis gereja sakit parah. Hatinya telah keras mengecil. Kata dokter ia tinggal menghitung hari. Ketika saya menengoknya di rumah sakit, ia bercerita telah dikunjungi Yesus. Kemudian istrinya membawanya beserta anak-anaknya pindah ke kota asalnya yang beriklim sejuk. Saya sempat mengunjunginya di tempatnya yang baru. Sehari-hari ia tergolek lemah di atas tempat tidur. Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang. Ia bercerita di sini Yesus juga telah menampakkan diri. Ia yakin pada penampakan-Nya berikutnya ia akan meninggal dunia. Otaknya makin banyak bad sectornya sehingga setiap 5 menit ia bertanya siapa nama saya. Saya menyalakan keyboard di samping tempat tidurnya dan mengajaknya bermain “berpacu dalam melodi.” Ia tak pernah gagal menebak judul lagu rohani sebelum kalimat melodi pertamanya selesai saya mainkan.
 
          Tentang orang muda ini kisah lengkapnya telah saya tulis dalam blog berjudul “Cinta pertama belum tentu cinta sejati.” Sebetulnya belum lengkap karena di blog itu saya bercerita hanya tentang kesetiaan istrinya. Saya tidak menceritakan proses kesembuhannya dengan rinci.
          Suatu malam hampir pukul 10.00 telepon rumah saya berdering. Orang ini yang menelepon. Suaranya jelas terdengar.
          “Sebentar,” kata saya. ”Kalau tak salah ingat teleponmu ada di luar kamar tidurmu. Apa teleponmu kamu pindah ke samping tempat tidur?”
          “Tidak, masih di tempat semula.”
          “Bagaimana kamu bisa mencapainya.”
          “Aku sudah bisa berjalan walau masih dengan berpegangan dinding.”
          “Kamu sudah sembuh?” tanya saya heran.
          “Itulah yang mau aku tanyakan?”
          “Sembuh atau belum tentunya kamu sendiri yang tahu. Mengapa aku yang kamu tanyai?”
          “Seminggu yang lalu ada 2 orang bapak datang ke rumah. Seorang yang mengaku bernama Martinus bilang mereka datang diutus kamu. Seorang lagi sampai waktu pulang tidak mau mengatakan namanya. Yang tidak punya nama ini mengajak aku berdoa. Ia menumpang tangan ke tubuhku lalu mengucapkan Doa Bapa Kami. Aku merasa dari tangannya mengalir keluar tenaga hangat masuk ke tubuhku. Setiap hari tubuhku makin kuat. Aku bisa duduk sendiri di atas tempat tidur tanpa bantuan istriku. Sekarang dengan berpegangan dinding aku bisa ke ruang tamu. Yang mengganggu pikiranku adalah apakah aliran tenaga itu berasal dari kuasa gelap? Kalau tidak, mengapa orang itu tidak mau menyebut namanya. Kalau tidak, bagaimana bisa Doa Bapa Kami mempunyai kuasa penyembuhan? Orang itu tidak banyak bicara. Apakah orang itu percaya Tuhan Yesus? Siapakah orang itu?”
 
          Ya Tuhan, tolong bimbing lidah saya untuk menjawabnya.
          “Sebelum menjawab pertanyaanmu aku mau tanya dulu. Kalau kamu mati saat ini, apakah kamu yakin rohmu pasti masuk surga?”
          “Pasti! Kalau tidak tentu Tuhan Yesus tidak mengunjungi aku sampai dua kali.”
          “Bagus! Kalau orang itu tidak mau mengatakan namanya, aku juga tidak akan menyebut namanya. Lagipula yang kamu perlu tahu bukan namanya, tetapi apakah kekuatan yang saat ini sedang menyembuhkan kamu adalah kuasa gelap. Begitu ‘kan?”
          “Betul.”
          “Ingat Bileam dalam Perjanjian Lama (Bilangan 22)? Jurutenung dan peramal ini disewa Balak raja Moab untuk memusnahkan kekuatan Israel dengan mengutukinya. Tetapi Allah merubah kutukannya menjadi berkat. Kamu ingat rancangan jahat saudara-saudara Yusuf ketika memasukkannya ke dalam sumur kering? Tuhan merubah menjadi rancangan yang penuh berkat bagi banyak orang. Siapa orang itu, jahat atau tidak, imanmu sendiri yang telah merubah Doa Bapa Kami yang diucapkannya menjadi berkat kesembuhan untukmu. Bukankah begitu kata Yesus setiap Ia menyembuhkan orang sakit? Bahkan ketika Yesus merasa ada tenaga yang keluar dari tubuh-Nya akibat jubahnya disentuh oleh perempuan yang sakit, Ia mengatakan iman perempuan inilah yang telah menyembuhkannya. Bukan jubah-Nya.”
 
          Sebulan kemudian bersama istri dan anak-anak, saya mengunjunginya. Kesehatannya telah sempurna, tubuhnya segar dan berdaging. Di atas meja tamu ada sebuah album foto. Saya mengambil dan membukanya. Ternyata berisi foto-fotonya ketika ia masih sakit.
          “Orang mau menikah membuat album pra-wedding. Apa ini album pra-dying?” tanya saya bergurau.
          “Betul, karena saat itu aku sudah yakin tidak akan sembuh.”
          “Lalu buat apa kamu taruh di sini?”
         “Untuk membantuku bersaksi kepada setiap tamuku agar mereka yakin iman kepada Tuhan Yesus ada di atas segalanya dan patut dimiliki.”
          “Amin,” jawab saya.
 
(end of session – 22.03.2010)
* semua nama telah disamarkan.
 
Kisah-kisah mistis.
bag 5: Menantang pibu Roh Yesus.
Rusdy's picture

Logika Markotop

...Tetapi Ayub bisa dianiaya kuasa gelap.” “Tubuhnya saja, tidak rohnya. Jika itu terjadi pada diri saya, itulah harga yang harus saya bayar dalam mengikut Yesus. Tubuh yang fana ini tak mengapa bila harus hancur. Tetapi roh saya yang abadi tetap utuh dimiliki Yesus.

Ikutan terpana...