Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Membangun rumah diatas batu?

Sri Libe Suryapusoro's picture

Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 

Apakah benar kita sedang membangun rumah di atas batu? Sebenarnya mudah saja menjawabnya, apakah kita sudah mendengarkan perkataan Tuhan dan melakukannya? Perbedaan mendirikan rumah diatas batu dan diatas pasir terletak pada melakukan. Kedua-duanya mendengar perkataan Tuhan. Tetapi ada dua anggapan, yaitu yang pertama melakukan perkataanNya. Yang kedua tidak melakukannya. Apapun alasannya, apakah tidak setuju dengan perkataanNya, atau setuju tetapi tidak punya komitmen untuk melakukannya atau kita sampai tahap berkomitmen tetapi tetap saja tidak melakukannya. 

Berapa persen dari perkataan Yesus yang dilakukan? Tidak dijelaskan tentang hal ini. Tetapi saya menangkap bahwa seluruhnya, tidak terkecuali. Keyakinan saya bertambah ketika saya membaca versi bahasa Inggris, perkataan menggunakan kata jamak (jadi bukan hanya satu perkataan) dan nya dalam melakukannya menggunakan kata them (jamak juga). Artinya bukan hanya satu perkataan tetapi banyak yang Yesus katakan. Kita harus melakukan semuanya supaya kita menjadi orang yang bijak yang membangun rumah diatas batu. 

Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah perkataan-perkataan yang mana saja? Firman Tuhan ini muncul pada saat Yesus melakukan kotbahnya dibukit. Sebenarnya kita bisa saja menuliskan semua perkataan Tuhan tetapi pada saat ini saya akan menuliskan hanya yang ada di kotbah di bukit yaitu matius pasal 5-7.

Orang yang berbahagia walaupun keadaannya memang tidak layak untukberbahagia

Orang yang menjadi garam dan terang duniaKetika orang banyak melihat perbuatannya yang baik maka mereka memuliakan Bapa di surga (bukan diri orang tersebut)

Orang yang marah tanpa sebab

Mengatakan kafir (tidak beriman) dan jahil kepada saudaranya

Segera berdamai dengan lawannyaKetika melihat perempuan dia tidak mengingininya

Tidak bercerai

Tidak bersumpah

Tidak  melawan orang yang berbuat jahat kepadanya, melainkan siapapun yang menampar pipi kanannya, diberi juga pipi kirinya

Mengasihi musuhnya

Orang yang sempurna seperti Bapa di ssurga yang sempurna

Memberi sedekah tidak diketahui orang lain
Berdoa dengan sembunyi

Mengampuni orang

Hanya mengabdi kepada Allah dan tidak kepada Mamon

Tidak kawatir akan hidupnyaMencari kerajaan surga terlebih dahulu baru semuanya ditambahkan kepadanya

Tidak menghakimi

Meminta, mencari dan mengetok

Segala sesuatu yang dia kehendaki dari orang lain dia melakukannya untuk orang lain

Waspada terhadap nabi-nabi palsu 

Wow...cukup banyak dan saya yakin masih banyak hal yang terlewatkan. Silahkan bisa membaca ketiga pasal tersebut. Tetapi saya menuju ke satu kesimpulan, saya tidak membangun di atas batu. Saya tidak melakukannya. Saya bukan orang yang bijak dan jika ada angin datang maka rumah yang saya dirikan pastilah akan roboh. 

Bukan karena saya orang yang berzinah, mencuri, bersumpah, bercerai, munafik, atau hal buruk lainnya. Saya memang bukan orang suci tetapi bukan karena saya melakukan hal yang jahat lalu saya mengatakan bahwa saya sedang mebangun diatas pasir. Contoh singkat saja, apakah orang menjadi memulikaan Allah ketika mereka melihat saya berbuat baik? Apakah saya memberikan lebih kepada orang yang meminta bantuan kepada saya?  

Jika memang saya membangun rumah diatas pasir mengapa belum roboh juga? Itu hanya karena kasih karunia Allah. Rumah yang saya bangun sebenarny tidak kokoh. Luar biasa berat yang Tuhan harapkan, bahkan Dia berharap kita sempurna sama Bapa di surga juga sempurna. Jika sampai saat ini tidak roboh hanya karena Dia yang mengijinkannya. Dia dan oleh anugerahNya rumah yang saya dirikan tidak roboh. Terima kasih Tuhan. 

Bandung, 7  Januari 2008 

__________________

Small thing,deep impact