Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Mati (Gali Kata Alkitab dalam Tinjauan Tulisan Ibrani Kuno)
Mati
Kata “mati” merupakan padanan dari kata Ibrani antara lain mawet (dibentuk dari huruf-huruf dan tanda bunyi hidup: “Mem-Qames-Waw-Segol-Taw”). Kata mawet ini diturunkan dari akar kata induk mt (Mem-Taw).
Dalam piktograf Ibrani kuno huruf Mem adalah gambar air atau laut yang antara lain melambangkan suatu keadaan “kekacauan” atau “kacau balau”, sebagaimana badai dan topan di laut yang membuat keadaan kacau balau. Tempat seperti ini menakutkan orang Ibrani. Sedangkan huruf Taw adalah gambar dua tongkat menyilang (salib) untuk menandai suatu tempat, sehingga berarti “tanda”. Gabungan dua gambar tersebut berarti “tanda kekacauan”.
Jadi kata “mati” secara harfiah dalam tinjauan tulisan Ibrani kuno berarti “tanda kekacauan”.
Ada banyak sekali kata “mati” yang diterjemahkan dari kata mawet dalam Alkitab. Dalam Kejadian 2:17 Tuhan memperingatkan manusia untuk tidak memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat. Pada hari ia memakannya, ia mati. Dalam Kejadian pasal 3 dijelaskan bahwa manusia itu, Adam dan Hawa, memakan buah yang dilarang Tuhan. Kejatuhan mereka merupakan tanda kekacauan mereka dalam hubungannya dengan Tuhan: takut dan bersembunyi di hadapan Tuhan (Kejadian 3:10), padahal sebelumnya mereka bergaul denganNya.
Tindakan-tindakan manusia semakin kacau. Lihat perkembangan dosa manusia itu: mereka saling melempar tanggung jawab (Kejadian 3:12-13). Kain membunuh Habel (4:8). Kejahatan manusia besar di bumi dan segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan. Tuhan menyesal menjadikan manusia di bumi, sehingga Dia mau menghapuskan manusia (Kejadian 6:5-7). Kekacauan manusia berlanjut, bahkan setelah peristiwa air bah. Kejadian pasal 11 memberitahukan kepada kita tentang usaha manusia melawan Tuhan, sehingga Dia bertindak untuk menghentikan usaha mereka.
Kekacauan itu terus berlangsung. Alkitab mencatat keadaan itu: “…semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23).
Tuhan Yesus Mati, Lalu Bangkit
Tuhan Yesus telah mati dan hidup kembali (Roma 14:9). Kata “mati” dalam surat Roma tersebut merupakan padanan dari kata met (Mem-Sere-Taw) (lihat terjemahan dalam bahasa Ibrani Salkinson-Ginsburg Hebrew New Testament). Kata itu diturunkan dari akar kata induk mt (Mem-Taw). Itu berarti kata met dalam surat itu pun berarti “tanda kekacauan”.
Tuhan Yesus telah mati dengan cara disalib oleh orang-orang berdosa. Tuhan Yesus mau menjadi “tanda kekacauan” bagi orang berdosa demi kasihNya kepada mereka. Memang, kematianNya sendiri merupakan ujud kekacauan manusia. Bukankah Tuhan Yesus itu tidak berdosa (Ibrani 4:15), tapi mau mati bahkan terhitung di antara pemberontak-pemberontak (Yesaya 53:12)?
Pada waktu Tuhan Yesus mati juga ada tanda kekacauan. Setelah Yesus disalib, mulai jam dua belas sampai jam tiga, kegelapan meliputi seluruh daerah itu. Setelah Dia menyerahkan nyawanya, tabir Bait Suci terbelah dari atas sampai ke bawah, terjadi gempa bumi, bukit-bukit batu terbelah, kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit (Matius 27, 45, 50-52).
Tapi, ada fakta berikutnya, yaitu Yesus bangkit. Di sinilah “tanda kekacauan” tersebut diselesaikan. “Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia” (Roma 6:9).
Kita bisa bayangkan jika Tuhan Yesus tidak bangkit, kekacauan yang berujung maut itu akan terus dialami manusia. Memang, kekacauan di dunia sekarang ini terus berlangsung sampai Tuhan Yesus datang kedua kali. Tapi, orang yang mau percaya dan menerima Tuhan Yesus diselamatkan dari kekacauan kekal. Mereka memiliki pengharapan keselamatan di dalam Tuhan Yesus dan dibawa olehNya kepada Allah.
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan” (1 Petrus 1:3). “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh” (1 Peter 3:18).
Tuhan Yesus mau menjadi “tanda kekacauan” untuk menjadikan kita keluar dari kekacauan kekal.
(Artikel ini ditulis oleh Hery Setyo Adi yang menggunakan berbagai sumber sebagai bahan rujukan)
- Hery Setyo Adi's blog
- Login to post comments
- 4986 reads
@Hery Setyo Adi
Puji Tuhan kalau berarti
Silakan Udalama dikumpulkan... Saya tentu senang kalau tulisan sederhana itu berarti bagi Anda. GBU.
Herysa
@Herdy: Met Dateng
Hai bung Herdy, met datang di Sabda Space, a.k.a pasar klewer, mudah2an kerasan. Terus berbagi ilmunya yah, saya belajar banyak dari uraian bahasa-bahasa ibraninya
Adam & Hawa "Mati"
Oh, topik ini jadi bikin saya googling "kenapa Adam dan Hawa tidak langsung 'mati' seperti difirmankan Tuhan?"
Ternyata, banyak teolog yang sudah membahas hal ini, contoh:
http://www.apologeticspress.org/articles/265
Jadi saya batal nanya kesitu deh :)