Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
... mati ...
Saat aku berpikir mati. . .
aku bertanya dalam hati,
seperti apakah ia..
dinginkah
gelapkah
sunyikah
seramkah
atau mungkin...
damaikah?
Saat aku berpikir mati . . .
aku bagai berada di persimpangan
kecintaanku pada dunia,
atau kerinduanku pada BAPA di surga
Saat aku berpikir mati. . .
aku cemas dan ragu,
siapkah aku?
telah luruskah jalanku?
telah layakkah aku,
bersua denganMu?
Saat aku berpikir mati. . .
akankah aku tersenyum nanti?
atau akankah aku berontak meronta,
dan mengemis ...
"TUHAN beri aku sedikit waktu lagi"
atau akankah aku bersorak gembira
dengan kerinduan membuncah
"Akhirnya aku dapat memandang wajah-Mu Bapa"
Catatan:
Puisi ini terinspirasi oleh kisah sederhana.
Tetangga depan rumah saya baru saja meninggal dunia dalam usia muda karena sakit. Iseng-iseng saya bertanya pada ibu, "Bu, sekarang cari tanah untuk makam tambah susah aja ya. Moga-moga aja nanti kalau giliranku masih kebagian tempat ya...". TIba-tiba saja ibu memotong, "Hush, ngawur aja kalo ngomong..."
Nah kalau ibu sudah marah saya nggak berani melanjutkan. Tapi, saya tetap saja penasaran. Meskipun semangat hidup masih tinggi-tingginya, saya jadi ingin tahu sebenarnya mati itu seperti apa sih. Kok sepertinya semua orang anti membicarakannya. Padahal katanya: Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. :)
- clara_anita's blog
- 4774 reads