Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Logika “what if and then” yang over-context…
Belakangan ini saya memperhatikan kecenderungan yang belum pernah saya temukan sebelumnya kecuali dalam pemikiran sekte-sekte, yaitu logika “What if and then” yang over-context, dimana letak over-context-nya?
Pertama, jika Yudas Iskariot masuk neraka maka Tuhan Yesus adalah seorang pembual
- Tidak ada satupun manusia yang berhak untuk menentukan seseorang masuk neraka atau tidak, hanya TUHAN yang mempunyai hak preogratif tersebut
- Kematian Yudas Iskariot akibat bunuh diri adalah melanggar 10 perintah TUHAN yang keenam, jangan membunuh, Yudas Iskariot membunuh dirinya sendiri
- Kaitan antara Yudas Iskariot masuk neraka atau tidak, tidak memiliki keterkaitan yang langsung dengan Tuhan Yesus membual atau tidak (bahkan ini sudah masuk ke pelecehan kepada TUHAN YESUS)
Dari ketiga poin diatas, logika “what if”, mirip tehnik marketing yang manipulatif dan memaksakan kehendak, karena dengan sangat berani pribadi tersebut melecehkan TUHAN dengan menyebut, seorang pembual walau digunakan logika “what if” yang juga absurd, rangkaian logika yang absurd menimbulkan pemahaman yang absurd juga.
Dalam hali ini, ada PENCATUTAN dan PEMANIPULASIAN pada kesan “jika…………. maka; Tuhan adalah pembual”.
Coba kalau kesan “jika…………. maka; Tuhan adalah pembual” dihilangkan?
Paling hanya 2 poin diatas yang menjadi argument keberatannya, tidak sampai harus mencatut nama TUHAN
Exo 20:7 (ITB) Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
Exo 20:7 (KJV) Thou shalt not take the name of the LORD thy God in vain; for the LORD will not hold him guiltless that taketh his name in vain.
Tega sekali mencatut nama TUHAN, untuk menegakan eksistensi keabsolutannya? Dengan sembarangan menyebut “jika…………. maka; Tuhan adalah pembual”, untuk memberikan intimidasi (bukan pemahaman) agar yang disampaikan menimbulkan puja-puji bagi dirinya dan mengorbankan nama TUHAN yang tidak boleh disebut secara sembarangan, apalagi menyebut TUHAN adalah pembual dalam rangkaian pencatutan “jika…………. maka; Tuhan adalah pembual”.
Kedua ; tidak pernah ada dalam aturan dasar logika, satu premis bisa menentukan satu konklusi, entah aturan logika mana yang digunakan, pertanyaan “jika…………. maka; Tuhan adalah pembual”
Jelas kata “JIKA” itu sebagai alat manipulasi yang tendensius, karena hanya ada satu dan satu-satunya ketentuan yang terwakili dalam kata “JIKA” membentuk makna “MAKA”, tidak tahukah dia bawaha dibutuhkan lebih dari satu premis untuk membentuk konklusi?
Karena itulah logika “jika…..maka…..” tidak lazim digunakan dalam konteks apapun juga, karena mengandung suatu kesesatan logika yang dinamakan generalisasi dan over-context yang menghasilkan suatu konklusi yang tendensius, satu arah dan absurd
Mari kita buktikan pada kalimat dibawah ini ;
jika Yudas Iskariot masuk neraka maka Tuhan Yesus adalah seorang pembual
dibalikkan dari jika menjadi maka dan sebaliknya
jika Tuhan Yesus adalah seorang pembual maka Yudas Iskariot masuk neraka
Pemahamannya jadi berbeda, sebelumnya penekanannya kepada Yudas Iskariot sekarang penekanannya ke Tuhan Yesus, antara “JIKA” dengan “MAKA” tidak proposional dalam membentuk suatu pemahaman jika dilakukan pembuktian terbalik, kemudian dua-duanya kalimat negatif, padahal dalam konteks “jika…..maka…..” adalah kalimat yang saling berlawanan (kalimat negatif dan kalimat positif) bukan kalimat yang sama-sama negatif
misalnya :
1Ki 3:23 Lalu berkatalah raja: "Yang seorang berkata: Anakkulah yang hidup ini dan anakmulah yang mati. Yang lain berkata: Bukan! Anakmulah yang mati dan anakkulah yang hidup."
1Ki 3:24 Sesudah itu raja berkata: "Ambilkan aku pedang," lalu dibawalah pedang ke depan raja.
1Ki 3:25 Kata raja: "Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain."
Salomo ketika harus memilih “jika ibu “A” anaknya hidup, maka ibu “B” anaknya yang sudah mati, tidak mungkin “jika…………..maka……………….” kedua anaknya hidup ataupun kedua anak itu mati
Itupun melewati proses “jika….Jika…..maka” bukan “jika….maka”
“JIKA ibu “A” anaknya mati, anak ibu “B” yang masih hidup”
“JIKA diantara ibu “A” dan ibu “B”, anaknya dibelah dua (menjadi mati)”
“salah satu tidak setuju, MAKA ibu tersebutlah yang anaknya masih hidup”
Ada dua “JIKA” untuk membentuk “MAKA”, atau ada 2 premis untuk mementuk konklusi (kesimpulan).
Biasanya “jika……………maka……………..” yang kalimatnya satu arah atau “sejalan”, hanya dapat digunakan pada suatu konsekuensi yang sudah terbukti sebelumnya (secara terbatas), seperti ;
“jika bencana tsunami datang maka akan menimbulkan korban jiwa”
Pada kasus “jika Yudas Iskariot masuk neraka maka Tuhan Yesus adalah seorang pembual”
Sampai selama-lamanya, pribadi tersebut atau siapapun juga TIDAK AKAN PERNAH BISA MEMBUKTIKAN, sebagaimana telah terbukti bahwa setiap bencana Tsunami yang terjadi melanda daerah yang ada penduduknya akan menimbulkan korban jiwa seperti yang terjadi di Aceh dan Negara Asia lainnya, BAHWA TUHAN YESUS ADALAH PEMBUAL. walau dengan tehnik MANIPULASI “JIKA”
Inilah yang disebut sudah menyebut nama TUHAN secara sembarangan, membangun suatu pengertian yang sembarangan juga, dan akhirnya menyebarkan pemahaman sembarangan, yang kelak akan dipertanggungjawabkannya
Hati-hatilah terhadap logika “what if and then” seperti ini, selain hanya bentuk suatu bentuk INTIMIDASI dan AROGANSI untuk memaksakan pemahaman yang sudah jelas absurd namun karena sudah merasa ABSOLUT, jadi perlu mengunakan triks manipulatif seperti ini, jika sudah manipulatif tapi menganggap diri absolut, gejala itu mirip dengan Hitler, Stalin dan para DIKTAKTOR lainnya, hanya saja untuk kondisi jaman yang tidak lagi percaya terhadap triks-triks manipluasi semacam itu, KEKERASAN VERBAL lah bentuk akumulasi dari gejala tersebut.
Dengan bentuk kata-kata Tolol, Bodoh, bertobatlah…., saya ajari….., “jika………..maka TUHAN adalah pembual”, kamu masih newbie…., sudah makan asam dan garam….., handai taulan sekalian….
Dimana azas proposional dalam menalar sudah tidak digunakan lagi, yang ada adalah INTIMIDASI dan AROGANSI belaka yang menganggap forum ini adalah kerajaannya.
Sungguh gejala mental yang begitu mengkuatirkan untuk forum dimana seharusnya ada pertukaran pemahaman dan ekspresi, yang ada adalah pelangengan hegemoni dari orang-orang “sejenis” sehingga forum ini terkadang terkesan seperti permainan “tak benteng”……..
Sementara saya hanya bisa berharap ada pembaharuan dari kondisi seperti ini, supaya berkat-berkat dapat semain tersalur lewat forum ini, bukan sekedar jadi wadah untuk pemuasan eksistensi diri saja…
GBU
- tonypaulo's blog
- Login to post comments
- 5606 reads
satir
Kematian Yudas Iskariot akibat bunuh diri adalah melanggar 10 perintah TUHAN yang keenam, jangan membunuh, Yudas Iskariot membunuh dirinya sendiri
petrus juga berdosa karena munafik, dia harus masuk neraka, nemenin yudas.
@denis, masuk neraka?
Kematian Yudas Iskariot akibat bunuh diri adalah melanggar 10 perintah TUHAN yang keenam, jangan membunuh, Yudas Iskariot membunuh dirinya sendiri
petrus juga berdosa karena munafik, dia harus masuk neraka, nemenin yudas.
memang ada saya sampaikan Yudas masuk neraka?
coba baca dengan "baik" dan "cermat" apa ada saya sampaikan Yudas masuk neraka atau tidak?
saya bukan seperti orang yang dapat memastikan orang ini masuk neraka atau tidak
dan hubungan judul (satir) dengan blogs ini kira-kira apa yah?
GBU
ga ngerti satir?
kamu memang ga memastikan, tapi gue memastikan bahwa petrus akan masuk neraka buat nemenin yudas karena membaca blog yang kamu tulis ini.
*more satire*
ps.
ga ngerti maksud satir? ya udah, itulah masalah lo.
ga ngerti konteks?
kamu memang ga memastikan, tapi gue memastikan bahwa petrus akan masuk neraka buat nemenin yudas karena membaca blog yang kamu tulis ini.
*more satire*
ps.
ga ngerti maksud satir? ya udah, itulah masalah lo.
A : saya ingin mensharingkan tentang "ABC" yang berani bilan Tuhan itu pembual
B : apa "DEF" itu masuk neraka?
ps.
ga bisa ngerti konteks lagikah? yah udah silahkan terus dipaksakan dan asbun selalu, kan dapat poin asbun ga asbun?
:)
GBU
konteks? NDASMU
konteks? KONTEKS kata lo.... HAHAHAHAHA... gimana mau ngomongin konteks kalo asumsi dasar lo dah salah semua.
ini dia pernyataan tertolol lo yang menafikan segala upaya untuk berkonteks-ria:
Karena itulah logika “jika…..maka…..” tidak lazim digunakan dalam konteks apapun juga, karena mengandung suatu kesesatan logika yang dinamakan generalisasi dan over-context yang menghasilkan suatu konklusi yang tendensius, satu arah dan absurd
tanpa logika "jika... maka", lo akan kembali ke jaman batu.
ndas. apan tuh?
konteks? KONTEKS kata lo.... HAHAHAHAHA... gimana mau ngomongin konteks kalo asumsi dasar lo dah salah semua.
ini dia pernyataan tertolol lo yang menafikan segala upaya untuk berkonteks-ria:
Karena itulah logika “jika…..maka…..” tidak lazim digunakan dalam konteks apapun juga, karena mengandung suatu kesesatan logika yang dinamakan generalisasi dan over-context yang menghasilkan suatu konklusi yang tendensius, satu arah dan absurd
tanpa logika "jika... maka", lo akan kembali ke jaman batu.
jaman batu? menurut anda orang dijaman batu tidak mengunakan logika "jika...maka" ? justru logika itu yang digunakan pada jaman batu, namun jaman pengetahuan manusia bertambah, ditemukan ilmu yang namanya Filsafat atau filosopi, dasar bagi ilmu dasar-dasar logika...
kalau logika asbun model anda mungkinlah tidak akan pernah bisa sampai menalar, bahwa dibutuhkan dua premis untuk membentuk satu konklusi
karena itu perhatikan dengan baik apa yang mau saya sampaikan, jangan nafsu anda mendahului nalar sehat anda, kecuali jika memang anda tidak mau lagi memakai nalar sehat anda, itu urusan anda kok
apalagi memahaminya secara sembarangan seperti
tapi gue memastikan bahwa petrus akan masuk neraka buat nemenin yudas karena membaca blog yang kamu tulis ini.
siapa yang bicara yudas masuk neraka atau tidak?
saya bicara "jika yudas masuk neraka, maka Tuhan Yesus adalah pembual"
jangan dimutilasi, sehingga pemahamannya menjadi absurd dan tidak relevan lagi
:)
GBU
masihkah ada harapan?
emang menyebalkan ngomong ama orang tolol belagak pinter kayak kamu... dah ah... nih kebetulan si roti tawar sedang berbaik hati untuk membahas kenapa kamu begitu tolol dan mengeluarkan pernyataan tertolol yang gue sebut tadi itu. kamu bisa baca disini dan kalo masih ga ngerti juga kenapa kamu tolol maka kamu bener2 ga ada harapan.
cuma bisa teriak-teriak
emang menyebalkan ngomong ama orang tolol belagak pinter kayak kamu... dah ah... nih kebetulan si roti tawar sedang berbaik hati untuk membahas kenapa kamu begitu tolol dan mengeluarkan pernyataan tertolol yang gue sebut tadi itu. kamu bisa baca disini dan kalo masih ga ngerti juga kenapa kamu tolol maka kamu bener2 ga ada harapan.
mari buktikan dimana ketololan saya?
anda bergantung dengan PB? untuk membuktikan ucapan anda sendiri?
tidak bisa atau tidak punya kemampuan? atau kurang percaya diri?
memang orang-orang yang kurang percaya diri cederung hanya bisa teriak-teriak, sedang apa yang diteriakan saja dia tidak tahu?
ironis, kemudian mengatakan orang lain tolol
kadar intelektualitas andapun tidak banyak kok, saya perhatikan komentar-komentar anda juga tidak berbobot sama sekali, asbun dan tidak mengandung konteks yang tepat serta dalam
silahkan teriak-teriak, karena saya bisa memahami hanya itu yang anda bisa
GBU
do not reinventing the wheel
anda bergantung dengan PB? untuk membuktikan ucapan anda sendiri?
salah satu prinsip yang sangat dihargai di kalangan gue adalah "do not reinventing the wheel" alias kalo sudah ada dan bisa dipakai, ga perlu berusaha untuk menduplikasinya.
disini gue melihat penjelasan si roti sangat bagus dan pas semua dengan apa yang ada di kepala gue, jadi buat apa gue cape2 ngetik panjang2 lagi?
prinsip seperti ini saja kamu ga tau... dan secara emosional kamu menuduh gue bergantung ke si roti. di banyak blog lain kamu berkoar2 bahwa orang berprasangka jelek kepada kamu, tapi kamu sendiri ternyata melakukan hal yang sama.
stand on your own feet, please
anda bergantung dengan PB? untuk membuktikan ucapan anda sendiri?
salah satu prinsip yang sangat dihargai di kalangan gue adalah "do not reinventing the wheel" alias kalo sudah ada dan bisa dipakai, ga perlu berusaha untuk menduplikasinya.
disini gue melihat penjelasan si roti sangat bagus dan pas semua dengan apa yang ada di kepala gue, jadi buat apa gue cape2 ngetik panjang2 lagi?
prinsip seperti ini saja kamu ga tau... dan secara emosional kamu menuduh gue bergantung ke si roti. di banyak blog lain kamu berkoar2 bahwa orang berprasangka jelek kepada kamu, tapi kamu sendiri ternyata melakukan hal yang sama.
konteksnya? bisa anda paksakan ke semua aspek dalam hidup anda? jadi kalau orang lain belajar anda tidak perlu belajar, karena orang lain sudah belajar?
asbun terus kok yah
btw, apa yang disampaikan PB sudah respon dan tunjukan dimana absurdnya, ada lagi yang ingin anda sampaikan?
kalau tidak ada atau tidak sanggup?, yah sudah jangan dipaksakan jugalah, take it easy aja
GBU
no hope
lo teriak2 konteks dan konteks and yet, perkataan lo di bawah ini bener2 ga ada konteks nya dalam obrolan singkat kita ini:
jadi kalau orang lain belajar anda tidak perlu belajar, karena orang lain sudah belajar?
terhadap orang sebebal kamu, gue ga melihat manfaat nya untuk melanjutkan obrolan ini. tadinya, gue pikir lo bisa sedikit dicelikkan, tapi sekarang gue berpendapat bahwa gue salah. no hope for u.
no sense
lo teriak2 konteks dan konteks and yet, perkataan lo di bawah ini bener2 ga ada konteks nya dalam obrolan singkat kita ini:
jadi kalau orang lain belajar anda tidak perlu belajar, karena orang lain sudah belajar?
terhadap orang sebebal kamu, gue ga melihat manfaat nya untuk melanjutkan obrolan ini. tadinya, gue pikir lo bisa sedikit dicelikkan, tapi sekarang gue berpendapat bahwa gue salah. no hope for u.
memang ada saya tulis ?
jadi kalau orang lain belajar anda tidak perlu belajar, karena orang lain sudah belajar?
kalau anda suka memutilasi pemahaman sehingga menimbulkan tafsiran yang absurd yang sudah menjadi kebiasaan anda, itu hak anda, ga papa
yang saya tulis adalah ;
konteksnya? bisa anda paksakan ke semua aspek dalam hidup anda? jadi kalau orang lain belajar anda tidak perlu belajar, karena orang lain sudah belajar?
oh iya saya sudah respon apa yang di respon PB, tidakkah anda mau bergabung? mungkin ada "kebebalan" saya yang bisa anda ungkapkan di respon saya tsb?
kalau tidak ada lagi, gunakanlah common sense jangan selalu no sense atau asbun dalam merespon yah kawan
GBU
LUAR BIASA
buset, selama gue di SS ini dan "bertempur" sama macem2 orang (kristen, non-kristen, penyerang kekristenan, orang2 munafik, dsb), BARU KALI INI ada orang yang mengedit tulisannya lalu berteriak seolah2 dia ga pernah nulis tulisan itu.
LUAR BIASA.
-- updated --
uuppsss.. gue salah... kacamata perlu diperbaiki kayaknya.
ok, tulisan lo lengkapnya adalah:
konteksnya? bisa anda paksakan ke semua aspek dalam hidup anda? jadi kalau orang lain belajar anda tidak perlu belajar, karena orang lain sudah belajar?
ini pengertian nya sama aja dengan yg gue kutip itu.
kamu entah kenapa menyamakan suatu produk dengan proses. comment si roti adalah produk, sementara yang kamu angkat adalah proses. disinilah gue bilang teriakan lo soal konteks sebenernya malah jadi out-of-context.
Biasa aja sih
buset, selama gue di SS ini dan "bertempur" sama macem2 orang (kristen, non-kristen, penyerang kekristenan, orang2 munafik, dsb), BARU KALI INI ada orang yang mengedit tulisannya lalu berteriak seolah2 dia ga pernah nulis tulisan itu.
LUAR BIASA.
-- updated --
uuppsss.. gue salah... kacamata perlu diperbaiki kayaknya.
sebagai manusia semua orang bisa salah kok
ok, tulisan lo lengkapnya adalah:
konteksnya? bisa anda paksakan ke semua aspek dalam hidup anda? jadi kalau orang lain belajar anda tidak perlu belajar, karena orang lain sudah belajar?
ini pengertian nya sama aja dengan yg gue kutip itu.
tidak samalah, kalau saya tidak menyertakan
konteksnya? bisa anda paksakan ke semua aspek dalam hidup anda?
pada
jadi kalau orang lain belajar anda tidak perlu belajar, karena orang lain sudah belajar?
anda tepat saya memang sudah bicara diuar konteks, namun justru karena saya menyertakan
konteksnya? bisa anda paksakan ke semua aspek dalam hidup anda?
kemudian
jadi kalau orang lain belajar anda tidak perlu belajar, karena orang lain sudah belajar?
menjadi suatu contoh yang relevan buat pembuktian terbalik, karena yang anda sampaikan reiventing the wheel itu hanya berlaku pada kondisi-kondisi tertentu, seperti yang dikatakan oleh si cantik Hannah, conditional sentence
kamu entah kenapa menyamakan suatu produk dengan proses. comment si roti adalah produk, sementara yang kamu angkat adalah proses. disinilah gue bilang teriakan lo soal konteks sebenernya malah jadi out-of-context.
saya tidak bicara produk dan proses, melainkan input dan output
garbage in, garbage out
karena itu saya selalu menyesuaikan diri dengan konteks yang ada, supaya saya terus bisa melatih diri menjadi orang-orang yang relevan
GBU
@Tony nich arti satire denis santoso...
Maksud denis:
1. petrus munafik
2. tony paulo munafik
3. Munafik itu berdosa dan harus masuk neraka.
4. Maka tony paulo masuk neraka.
Do u get the point ?
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
@sandman tidak ada relevansinya
Maksud denis:
1. petrus munafik
2. tony paulo munafik
3. Munafik itu berdosa dan harus masuk neraka.
4. Maka tony paulo masuk neraka.
Do u get the point ?
mudah untuk memahami alur pemahaman absurd tersebut, namun mungkin anda bisa membantu saya dimana relevansinya terhadap blogs saya?
atau yah diabaikan saja kalau tidak ada relevansi?
GBU
@Tonypaulo, Kalibrasi DENGKUL anda
Saran saya supaya kamu ngerti relevansinya yaitu dengan meng-kalibrasi terlebih dulu DENGKUL anda supaya dapat memultiplikasi kompetensi anda dalam memahami apa yang sedang anda baca
Gbu
@pasir iseng
sand, iseng amat lo, hahaha... sejak kapan gue angkat elo jadi jubir gue? udah gitu keterangan lo menyesatkan lagi... hahaha... lebih lucu lagi, si tonypaulol malah nanggepin pula keisengan elo ini... ancur2 :-)
kalau komentar iseng...
kalau komentar iseng ya ga papa jga ditangepin iseng kan?
memang ada yg serius?
ga boleh?
ya gpp, gue cuma bilang bahwa itu lucu.
ga boleh?
boleh ga?
ya gpp jg, saya cuma bilang bahwa itu iseng
boleh ga?
boleh...
boleh boleh, atur aja sesuka lo :-)
Jika TonyPaulo memang pintar, maka dia mengerti logika If Then
Karena itulah logika “jika…..maka…..” tidak lazim digunakan dalam konteks apapun juga, karena mengandung suatu kesesatan logika yang dinamakan generalisasi dan over-context yang menghasilkan suatu konklusi yang tendensius, satu arah dan absurd
1. Gak ada itu istilah ogika "What if ... then", cuma karangan TonyPaulo aja. Yang ada adalah If Then logic alias material implication or material conditional. But to be fair, mungkin dia terlalu semangat sampe mengetik kata what.
2. "If p then q" logic adalah bagian dari truth function. P adalah hipotesa, Q adalah kesimpulan. Jadi tidak tepat jika dibilang logika if then tidak lazim digunakan dalam konteks apapun juga. Justru truth function sering digunakan baik ketika berbicara soal matematika, filsafat, maupun ilmu2 yang berkaitan.
P mensyaratkan bahwa hipotesannya harus memenuhi syarat (sufficient), sedangkan Q adalah kesimpulan yang biasanya disebut necessary condition.
Beberapa contoh:
(P) Jika sebuah nomor bisa dibagi 6, (Q) maka nomor yang sama bisa dibagi 3
(P) Jika sebuah nomor berakhir dengan angka 0, (Q) maka nomor tersebut bisa dibagi dengan angka 5
(P) Jika sebuah nomor genap ditambah nomor genap lainnya, (Q) maka hasilnya adalah juga nomor genap.
Dari ketiga contoh di atas, P memenuhi syarat, Q memenuhi syarat. Keduanya benar. Kalimatnya benar. Jadi tidak tepat dan sangat jauh dari kebenaran seorang TonyPaulo menuliskan bahwa logika "WHAT IF ... THEN", tidak lazim digunakan dalam konteks apapun juga.
Kalo saya jadi TonyPaulo, yang saya serang seharusnya adalah unsur2 dalam P dan Q di dalam judul blog hai-hai tersebut. Judul yang hai-hai tuliskan tentunya bisa digolongkan sebagai satir, karena maksudnya bukan Yesus adalah pembual. Tapi justru mau mengatakan bahwa Yesus BUKAN pembual, karena Yudas TIDAK masuk neraka. Dalam membahas logic hal ini disebut excluded middle, untuk menyatakan hal yang sebaliknya (Karena Yesus bukan pembual, berarti Yudas tidak masuk neraka),.
Kalo di blognya, saya lihat hai-hai mencoba membuktikan bahwa:
(P): Yudas yang,
1) dirasuki Iblis sehingga tidak bertanggung jawab atas perbuatannya,
2) Menyesal alias bertobat,
3) dan bukti2 lainnya sehingga memenuhi syarat alkitabiah untuk masuk surga,
MAKA:
(Q) Yesus:
1. khusus memanggil kedua belas murid-Nya termasuk Yudas,
2. berkata salah satu dari mereka adalah Iblis, melainkan Adam,
3. berkata salah satu dari mereka ditentukan binasa, melainkan Adam,
sehingga Yesus tidak membual.
Contoh terakhir yang senada dengan judul blog hai-hai:
Jika TonyPaulo memang pintar, maka dia akan mengerti logika If Then.
Kesimpulannya:
TonyPaulo jauh dari pintar, sehingga dia tidak mengerti logika if then, berani menyangka bahkan menuliskan bahwa "What if and then" logic adalah tidak lazim digunakan dalam konteks apapun juga, karena mengandung suatu kesesatan logika yang dinamakan generalisasi dan over-context yang menghasilkan suatu konklusi yang tendensius, satu arah dan absurd
One man's rebel is another man's freedom fighter
PB, jika dia cermat dia tahu cara memahami
Karena itulah logika “jika…..maka…..” tidak lazim digunakan dalam konteks apapun juga, karena mengandung suatu kesesatan logika yang dinamakan generalisasi dan over-context yang menghasilkan suatu konklusi yang tendensius, satu arah dan absurd
1. Gak ada itu istilah ogika "What if ... then", cuma karangan TonyPaulo aja. Yang ada adalah If Then logic alias material implication or material conditional. But to be fair, mungkin dia terlalu semangat sampe mengetik kata what.
memang siapa yang memakai logika what if...then?
anda perhatikan salah satu bloger senior yang mengunakan
"JIKA YUDAS MASUK NERAKA , TUHAN YESUS ADALAH SEORANG PEMBUAL"
mau standar ganda lagi?
kemudian apa bedanya antara
logika “jika…..maka…..”
dengan
If Then logic ?
yang satu bahasa Indonesia yang satu bahasa Inggris
kalau dengan menterjemahkan menjadi berbeda pemahaman, hebat anda sudah menemukan suatu perbedaan yang "sangat" subtansial
2. "If p then q" logic adalah bagian dari truth function. P adalah hipotesa, Q adalah kesimpulan. Jadi tidak tepat jika dibilang logika if then tidak lazim digunakan dalam konteks apapun juga. Justru truth function sering digunakan baik ketika berbicara soal matematika, filsafat, maupun ilmu2 yang berkaitan.
P mensyaratkan bahwa hipotesannya harus memenuhi syarat (sufficient), sedangkan Q adalah kesimpulan yang biasanya disebut necessary condition.
Beberapa contoh:
(P) Jika sebuah nomor bisa dibagi 6, (Q) maka nomor yang sama bisa dibagi 3
(P) Jika sebuah nomor berakhir dengan angka 0, (Q) maka nomor tersebut bisa dibagi dengan angka 5
(P) Jika sebuah nomor genap ditambah nomor genap lainnya, (Q) maka hasilnya adalah juga nomor genap.
Dari ketiga contoh di atas, P memenuhi syarat, Q memenuhi syarat. Keduanya benar. Kalimatnya benar. Jadi tidak tepat dan sangat jauh dari kebenaran seorang TonyPaulo menuliskan bahwa logika "WHAT IF ... THEN", tidak lazim digunakan dalam konteks apapun juga.
anda bisa membaca apa yang sebelumnya saya sampaikan
Biasanya “jika……………maka……………..” yang kalimatnya satu arah atau “sejalan”, hanya dapat digunakan pada suatu konsekuensi yang sudah terbukti sebelumnya (secara terbatas), seperti ;
“jika bencana tsunami datang maka akan menimbulkan korban jiwa”
makanya lain kali jangan dulu nafsu melampaui nalar anda
(P) Jika sebuah nomor bisa dibagi 6, (Q) maka nomor yang sama bisa dibagi 3
termasuk yang sudah saya sebutkan
konsekuensi yang sudah terbukti sebelumnya (secara terbatas),
makanya jangan nafsu anda melampau nalar anda untuk memahami, apalagi menyebut orang jika orang lain pintar...........
anda sendiri ternyata tidak begitu pintar untuk memahami apa yang disampaikan oleh orang lain, belajar mendengar lebih baik sebelum memberi respon absurd macam ini
Kalo saya jadi TonyPaulo, yang saya serang seharusnya adalah unsur2 dalam P dan Q di dalam judul blog hai-hai tersebut. Judul yang hai-hai tuliskan tentunya bisa digolongkan sebagai satir, karena maksudnya bukan Yesus adalah pembual. Tapi justru mau mengatakan bahwa Yesus BUKAN pembual, karena Yudas TIDAK masuk neraka. Dalam membahas logic hal ini disebut excluded middle, untuk menyatakan hal yang sebaliknya (Karena Yesus bukan pembual, berarti Yudas tidak masuk neraka),.
wuih mengerikan ada lagi orang macam Hai, yang bisa tahu
Yudas TIDAK masuk neraka.
terus mama Lauren masuk neraka atau surga? anda kan bisa tahu Yudas tidak masuk neraka
hebat, apa anda disalib untuk Yudas?
tidakkah anda bisa mengerti apa yang sudah saya sampaikan
(Karena Yesus bukan pembual, berarti Yudas tidak masuk neraka),.
itulah yang saya maksudkan dengan ARGUMENTASI INTIMIDATIF DAN MANIPULATIF, bawa-bawa saja seluruh argumen jika argumen saya salah maka Tuhan adalah pembual
sayang ternyata pemahaman anda masih terbatas dengan apa yang dinamakan PEMAKSAAN LOGIKA, atau memang anda tidak pernah belajar dasar-dasar logika?
Kedua ; tidak pernah ada dalam aturan dasar logika, satu premis bisa menentukan satu konklusi, entah aturan logika mana yang digunakan, pertanyaan “jika…………. maka; Tuhan adalah pembual”
apa pernah anda tahu satu premis bisa menentukan satu konlusi? atau anda bisa paham apa arti dari premis?
(P) Jika sebuah nomor bisa dibagi 6, (Q) maka nomor yang sama bisa dibagi 3
belajar membedakan premis dengan hipotesa terlebih dahulu kawan, baru anda bisa mengajari orang lain dasar-dasar logika
untuk Hipotesa tidak mengunakan dialektika untuk membuktikan jika tersebut
sedang untuk premis memang harus mengunakan dialektika untuk membuktikan jika tersebut
bisa mengerti?
Kalo di blognya, saya lihat hai-hai mencoba membuktikan bahwa:
(P): Yudas yang,
1) dirasuki Iblis sehingga tidak bertanggung jawab atas perbuatannya,
2) Menyesal alias bertobat,
3) dan bukti2 lainnya sehingga memenuhi syarat alkitabiah untuk masuk surga,
mulai gejala asbun merasuki diri anda
sejak kapan orang yang dirasuki iblis bisa lepas bertanggung jawab atas perbuatannya? kalau begitu apa Kain tidak dirasuki iblis? apa Hawa tidak dibisiki iblis? apa Saul tidak dirasuki iblis?
menyesal belum tentu bertobat, semua orang bisa menyesal, tapi melakukan hal yang sama dan bahkan hal yang lebih parah dari sebelumnya, tidak pernah dalam Alkitab dicatat bahwa menyesal adalah sama dengan bertobat
MENYESAL adalah MENYESAL
BERTOBAT adalah BERTOBAT
dan mana ada orang yang membunuh dirinya dinamakan bertobat, tafsiran yang GNOSTIK sangat, mengerikan tafsir seperti ini
kalau begitu sekte yang dipimpin oleh Jim Jones dan bom bunuh diri untuk mencapai sorga itu dapat dibenarkan?
kalau mau membela sesuatu, jangan membabi buta mas, pakai sedikit nalar sehat
MAKA:
(Q) Yesus:
1. khusus memanggil kedua belas murid-Nya termasuk Yudas,
2. berkata salah satu dari mereka adalah Iblis, melainkan Adam,
3. berkata salah satu dari mereka ditentukan binasa, melainkan Adam,
sehingga Yesus tidak membual.
aneh baru kali ini ada yang main hipotesa terhadap yang harus di dialektika-kan, hipotesa itu selalu berhubungan dengan pengujian materi, baik lewat uji laboratium melalu pemeriksaan sampel dsn, kemudian ditopang oleh kalibrasi ukurang yang bersifat data dan dapat diolah dengan metode-metode statistik atau matematika
ampun deh mas ngawurnya, demi membela sesuatu yang sebenarnya jelas salah? anda rela mendegradasikan citra nalar anda dan citra ilmu pengetahuan?
dengan blogs ini akan terlihat siapa yang masih mengunakan nalar sehat, pemahaman yang berdasarkan Alkitab dan wawasan yang komprehensif
GBU
@pb:anda kurang pas..alias terlalu umum
Plainbread:
(P) Jika sebuah nomor bisa dibagi 6, (Q) maka nomor yang sama bisa dibagi 3
logika itu sekelas dengan pernyatan berikut ini
(P) Jika sebuah nomor bisa ditambah 6, (Q) maka nomor yang sama bisa ditambah 3
Nih saya tambahin:
(P) Jika sebuah nomor bisa dibagi 6, (Q) maka nomor yang sama bisa dibagi 4
(P) Jika sebuah nomor bisa dibagi 6, (Q) maka nomor yang sama bisa dibagi 5
(P) Jika sebuah nomor bisa dibagi 6, (Q) maka nomor yang sama bisa dibagi 7
atau yang ini
(P) Jika sebuah nomor bisa dibagi 7, (Q) maka nomor yang sama bisa dibagi 3
xixixixi ...cuman lagi iseng
Jikalau ada kata -kata yang yang kurang berkenan itu murni karena kebodohan saya .JBU
@ Tonypaulo,,,,
@ Tonypaulo,,,, salaom...
saya sempat membaca blog anda, saya setuju bangat dengan pendapat anda tentang logika what if,,, terkadang hal ini yang sering terjadi di kalang orang kristen. sudah tahu tentang kebenaran tetapi masih saja berusaha unutuk mempertanyakan hal yang tidak seharusnya ditanja karena hal sama saja dengan pemborosan... nga salah kita belajar filsafat namun kalau barutahu sedikit jangan dulu macam-macam....
saya pendatang baru di SS saya membaca komentar bloger-bloger yang lain terhadap anda, dan ternyata kita sama, saya dikata-katain.. tetapi bagi saay enjoi aja lagi................
ok.... God BLESSSSS YOU
MrLapu
@Mediaris
wajar setiap kita memiliki penafsiran yang berbeda-beda, wajar juga kalau anda orang yang temperamental suka mengolok-olok orang lain dengan intimidasi-intimidasi KEKERASAN VERBAL
yang tidak wajar adalah ketika orang yang sudah memahami apa arti dialektika dan diskusi, dan merasakan betapa dalam, luas, lebar dan tingginya KASIS YESUS, masih terus mengeraskan diri dan bertingkah arogan kepada sesamanya
semoga saya dan anda tidak termasuk dalam kumpulan pencemooh seperti itu, melainkan orang-orang yang suka pada kebenaran FIRMAN TUHAN
salam
Conditional sentence
Gaya bahasanya (if-then alias conditional sentence) seh cukup populer dlm diskusi ya, cara penyampaiannya aja yg kurang tepat kali, pon..
Conditional sentence terbagi 2 macam: fakta dan hipotesa.
Fakta: Jika cuaca di bawah 20 derajat Celcius maka saya harus memakai baju tebal.
Hipotesa: Jika saya menang lotre maka saya akan keliling dunia.
Mempertaruhkan nama Tuhan (atau apa pun yg dianggap pantas utk dipertaruhkan) dgn gaya bahasa spt itu bisa mengarahkan opini publik dan kalo gak hati2 kita bisa terjebak dlm logika muter2 yg dlm konteks blog yg lo sebut2 itu ternyata isinya muter2 di asumsi dan prediksi penulis ditambah dgn pencampuradukan arti kata (contoh: penulis mencampuraduk arti kata berbohong dgn berkhianat).
Biarpun mungkin tujuan penulis adl utk menyatakan sebuah fakta tp apa yg dia sebut fakta sebenarnya hanyalah dugaan belaka krn gak ada bukti pendukungnya selain asumsi dr segelintir ayat yg dipaksakan ke pembaca dgn pengartian kata yg gak lazim.
(Note: Di blog lain penulis ybs memakai kata2 'kesebelas murid' sbg dasar utk mempercayai bhw Yudas Iskariot sudah mati yg kemudian terbukti bhw logika spt itu salah total).
Contoh lain yg mungkin cukup sering kita dengar adl kalo pendeta bilang, "Jika anda sudah memberi persembahan tapi tidak diberkati Tuhan maka Tuhan adalah penipu."
Jemaat yg mendengar hal ini akan berpikir 2x utk gak memberi persembahan krn pastinya kan Tuhan bukan penipu.
Akibatnya jemaat jadi terpengaruh utk memberi persembahan krn reputasi Tuhan dipertaruhkan di sini.
Biarpun sesuatu yg salah gak bisa jadi benar dgn membawa2 nama Tuhan tp setidaknya bisa membantu mempengaruhi pendengar/pembaca.
"Literary interpretation is in the eye of the beholder."
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
Han, sepakat
Gaya bahasanya (if-then alias conditional sentence) seh cukup populer dlm diskusi ya, cara penyampaiannya aja yg kurang tepat kali, pon..
Conditional sentence terbagi 2 macam: fakta dan hipotesa.
Fakta: Jika cuaca di bawah 20 derajat Celcius maka saya harus memakai baju tebal.
Hipotesa: Jika saya menang lotre maka saya akan keliling dunia.
yup, semakin mengerucut, dalam konteks rasio atau logika, pengujian sesuatu yang bersifat material mengunakan hipotesa, sedang pengujian sesuatu yang bersifat imaterial atau abstrak mengunakan premis-premis dan seperangkat alat rasio
pengujian terhadap Yudas masuk neraka bukan fakta, melainkan spekulasi yang didekati oleh pengajuan premis-premis bukan hipotesa, karena hipotesa itu bicara pembuktian secara materiil
tak ada bukti materiil dalam jika Yudas....maka Tuhan.......
tak ada hipotesa juga yang bisa diajukan, entah itu H0, H1, atau H2 dst, (berdasarkan metodologi statistik)
yang bisa diajukan adalah premis, karena itu saya mengkoreksi pemahaman PB, yang menyamakan hipotesa dengan premis
Mempertaruhkan nama Tuhan (atau apa pun yg dianggap pantas utk dipertaruhkan) dgn gaya bahasa spt itu bisa mengarahkan opini publik dan kalo gak hati2 kita bisa terjebak dlm logika muter2 yg dlm konteks blog yg lo sebut2 itu ternyata isinya muter2 di asumsi dan prediksi penulis ditambah dgn pencampuradukan arti kata (contoh: penulis mencampuraduk arti kata berbohong dgn berkhianat).
Biarpun mungkin tujuan penulis adl utk menyatakan sebuah fakta tp apa yg dia sebut fakta sebenarnya hanyalah dugaan belaka krn gak ada bukti pendukungnya selain asumsi dr segelintir ayat yg dipaksakan ke pembaca dgn pengartian kata yg gak lazim.
(Note: Di blog lain penulis ybs memakai kata2 'kesebelas murid' sbg dasar utk mempercayai bhw Yudas Iskariot sudah mati yg kemudian terbukti bhw logika spt itu salah total).
Contoh lain yg mungkin cukup sering kita dengar adl kalo pendeta bilang, "Jika anda sudah memberi persembahan tapi tidak diberkati Tuhan maka Tuhan adalah penipu."
Jemaat yg mendengar hal ini akan berpikir 2x utk gak memberi persembahan krn pastinya kan Tuhan bukan penipu.
Akibatnya jemaat jadi terpengaruh utk memberi persembahan krn reputasi Tuhan dipertaruhkan di sini.
Biarpun sesuatu yg salah gak bisa jadi benar dgn membawa2 nama Tuhan tp setidaknya bisa membantu mempengaruhi pendengar/pembaca.
seepaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkaaaaaaaaaaaaaaaaaatttttttttttttt
akhirnya.....esensinya terkuak
thx han