Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kupu-Kupu dan Badai
Pernahkan Anda membayangkan bahwa satu kepakan halus sayap seekor kupu-kupu di Jakarta, misalnya, dapat mengakibatkan badai besar di New York?
Pada awalnya saya beranggapan hal itu tidak mungkin terjadi. Bagaimana mungkin suatu hal sepele dapat mengakibatkan kerusakan yang fatal?
Namun kemudian ketidakpercayaan saya terpatahkan setelah membaca artikel tentang butterfly effect. Berikut saya kutipkan langsung untuk menjadi bahan permenungan kita bersama.
... Efek kupu-kupu - teori yang mengatakan bahwa seekor kupu-kupu yang menggerakkan udara di Peking hari ini dapat mengubah sistem badai di New York bulan depan.
Kutipan ini merupakan esensi teori chaos, suatu teori yang menyatakan bahwa berbagai kejadian besar (seperti suatu sistem badai) dapat dipengaruhi oleh berbagai kejadian yang tidak terduga dan tampak tidak berarti (turbulensi udara yang diciptakan oleh seekor kupu-kupu yang sedang terbang).
Perspektif teori chaos ini menafikan kemampuan para ilmuan untuk dengan yakin memprediksi akibat jangka panjang dari perubahan yang tampaknya kecil dalam berbagai kejadian.
Dunia memiliki kompleksitas yang hampir tidak dapat dipahami, dan kita memiliki keterbatasan untuk dapat memprediksi dan menjelaskan semua hal (Gleick dalam Davison, 2006, hlm. 154).
Luar biasa bukan, bagaimana hal-hal yang seolah tak berarti dapat berdampak besar?
Mari kita renungkan,
Bagaimana sepenggal kata yang kita ucapkan dapat menyakiti hati orang lain seumur hidup, membuatnya patah dan pahit, dan kehilangan pengharapan . . .
atau
sepenggal kata juga dapat mengubah hidup, memberi pengharapan, dan membangkitkan semangat?
Bagaimana kebohongan atau kejujuran kecil yang kita lakukan dapat mengubah hari esok?
Bagaimana langkah kecil yang kita buat hari ini membawa perubahan bagi banyak orang lain?
Kita tidak mampu memprediksi masa depan yang sepenuhnya adalah rahasia Tuhan, tapi kita mampu menentukan langkah, kata, dan laku kita hari ini - yang dapat mengubah hari esok.
Bagi teman-teman yang ingin membaca artikel yang saya kutip dengan lebih lengkap berikut saya sertakan sumbernya.
Davison, G.C., et. al.(2006). Psikologi Abnormal Edisi 9. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
- clara_anita's blog
- 6136 reads
Domino Effect
Hi Clara,
Benar sekali, ... setiap perkataan yang seenaknya saja kita lontarkan dari dalam mulut tanpa dipertimbangkan terlebih dahulu, memang bisa menimbulkan efek-efek yang tidak terduga.
Saya selalu berdoa kepada Tuhan, agar setiap perkataan yang saya pergunakan tidak melukai hati orang-orang lain, atau membuat mereka menjadi resah. Biarlah Tuhan saja yang menuntun pribadi saya dengan membantu mengekang lidah saya.
Syalom,
John Adisubrata
Saya setuju dengan Pak
Saya setuju dengan Pak John,
kata orang sih kata-kata itu bisa lebih mematikan dari senjata manapun.
Tapi kalaus boleh saya ingin membalik kalimat itu.
kata-kata bisa menyembuhkan dan menyegarkan hati juga lho....
So, saya sepakat dengan Pak John, kalau kita harus megekang lidah untuk tidak menyakiti hati orang lain...
tapi.. kalau kiranya kata-kata yang meluncur dari lidah kita bisa menyembuhkan, kenapa harus ditahan-tahan. Katakan saja....
GBU
anita
Amin, Clara!
Seratus persen setuju, Clara. Amin. Terima kasih!
Syalom,
John Adisubrata
hal kecil, bisa menjadi keputusan seumur hidup
Mari kita renungkan,
Bagaimana sepenggal kata yang kita ucapkan dapat menyakiti hati orang lain seumur hidup, membuatnya patah dan pahit, dan kehilangan pengharapan . . .
atau
sepenggal kata juga dapat mengubah hidup, memberi pengharapan, dan membangkitkan semangat?
Sy jadi ingat seorang teman yang hingga kini tidak menikah, dan dari cerita teman-teman yang tahu masa lalu-nya, mungkin karena kecewa dengan pacarnya yang terdahulu....
salam, www.pwijayanto.net .
=== salam, www.gkmin.net . ( jika hanya membaca Alkitab LAI, darimana tahu YHWH? Apakah Firman Tuhan kurang lengkap?)
@pwijayanto: mengampuni
Dear pwijayanto,
ada satu hal yang dapat menyembuhkan hati yang paling remuk sekalipun: mengampuni....
Mungkin teman anda perlu mempraktikkannya ^_^
GBU
anita
@Clara sist....
Shallom,salam kenal.....
saya mau tanya nih.....MENGAMPUNI DAN MELUPAKAN itu sama atau beda?di mana letak perbedaan atau persamaannya?
apakah kita harus mengampuni,jika seseorang itu kita pandang bersalah,namun seseorang itu tidak merasa dirinya bersalah???
dan sebaliknya,apakah kita harus minta maaf secara terbuka bila kita tidak merasa bersalah,namun orang lain menganggap kita bersalah??
IMMANUEL-GBU-
@Kristian: forgiven not forgotten...
Dear Kristian,
Senang berkenalan denganmu
Mengampuni dan melupakan?
Kalau mengutip pepatah klasik : forgiven not forgotten... memaafkan bukan berarti melupakan, berarti keduanya beda. Saya coba buka kamus untuk menjawab pertanyaanmu dan menemukan dua definisis ini:
FORGIVE alias memaafkan berarti
1. transitive and intransitive verb stop being angry about something: to stop being angry about or resenting somebody or somebody's behavior
2. transitive verb pardon somebody: to excuse somebody for a mistake, misunderstanding, wrongdoing, or inappropriate behavior
3. transitive verb cancel obligation: to cancel an obligation such as a debt
Dari ketiga definisi tersebut bisa dilihat bahwa memaafkan adalah suatu tindakan sadar, dan tidak mensyaratkan adanya tindakan melupakan.
Artinya, bisa saja seseorang memaafkan tapi tidak melupakan kesalahan.
FORGET alias melupakan berarti
1. transitive and intransitive verb not remember: to fail or be unable to remember something, or to do something
2. transitive verb leave something behind: to leave something behind accidentally
3. transitive and intransitive verb neglect somebody or something: to fail to give due attention to somebody or something
4. transitive verb stop worrying about something: to stop thinking or worrying about somebody or something
5. transitive and intransitive verb not mention somebody or something: to fail to mention somebody or something
6. or for·get your·selfreflexive verb lose control: to lose control of manners, emotions, or behavior
Wah, banyak juga nih definisinya. Tapi ada satu atribut yang sama. Ketika kita melupakan kita tidak lagi menyadari; bahkan tindakan melupakan itu kadang-kadang tidak kita sadari (rujuk pada kata accidentally). Bukankah agak berbeda dengan tindakan memaafkan yang merupakan tindakan sadar. Bisa saja seseorang sudah lupa akan suatu luka tapi belum bisa memaafkannya. Luka itu hanya terpendam menunggu saatnya terbuka.
Lalu bisakah keduanya muncul bersamaan? Kenapa tidak?
Setelah kita bisa memaafkan orang lain dan diri kita dengan tulus, bisa jadi kita benar-benar lupa akan rasa sakit itu. Ada sebuah cerita yang cukup menginspirasi saya:
Alkisah ada seorang wanita yang memiliki kemampuan 'berbicara' dengan TUHAN. Pendeta perempuan ini suatu hari menanyakan pada wanita itu. 'Saya memiliki sebuah kesalahan yang sangat besar. Bila ibu nanti bicara pada TUHAN, bisakah ibu menanyakan apakah saya sudah dimaafkan?"
Perempuan itu mengiyakan, dan ketika mereka bertemu kembali, si pendeta menanyakan apa yang dikatakan TUHAN.
"TUHAN bilang DIA sudah memaafkan Bapak," kata wanita itu. Karena ingin menguji kebenaran perkataan si wanita, pendeta itupun bertanya, "Lalu, apakah TUHAN mengatakan apa kesalahan saya?"
Wanita itu tesenyum dan menjawab, "DIA memilih untuk melupakannya."
Singkatnya..
Keduanya berbeda, tapi dapat muncul bersamaan.
Berapa kali kita harus memaafkan? Wah katanya sih 7 X 77 yang artinya tak terhingga.
Mohon maaf saat tak bersalah? Selama tidak melanggar prinsip dan membawa manfaat sih (menurut saya) dapat dilakukan. Tapi kalau sudah melanggar prinsip... ya.... Maju tak gentar membela yang benar dong :)
GBU
anita
@Sister anita....Thanks ya...
Shallom...
Thanks ya buat balasannya,sorry telat habisnya,tiap kali login error melulu
ini aja sdh ketigakalinya saya coba login.tapi bukankah pepatah mengatakan better late than never,did you agree???
dari definisi yang anda berikan cukup membuat saya mengerti,namun susah dipraktekkan.dan menurut saya yang bisa memberikan pengampunan tak terhingga hanya Tuhan Yesus.
sebelum saya post koment pertama,saya tdk banyak baca tulisan anda,tapi setelah saya jelajahi tulisan anda,ternyata anda seorang konselor
maka pertanyaan saya tidak salah alamat.thanks ya...
IMMANUEL-GBU-
Kristian.... saya hanya suka berbagi :)
Dear Kristian,
Duh saya bukan konselor (paling tidak untuk saat ini )...
Saya hanya suka berbagi cerita dan bertukar pikiran saja kok. Belum pantas jadi konselor :)
Betul.. TUHAN memang punya hati yang teramat luas dan pengampunanNYA tak terbatas. Saya setuju 100 % dengan pendapat Anda. Susah mengampuni? Wah, sepertinya banyak yang punya masalah serupa ya. Ketika berpikir itu sulit, maka akan lebih sulit lagi untuk dipraktikkan. Kalau kita mulai dengan melihat ke dalam dan melihat betapa beruntungnya kita dapat diampuni oleh TUHAN, maka ketika kita melihat ke luar kita pun akan lebih mudah mengampuni pihak lain. Lha, dosa dan kesalahan kita yang begitu besar aja diampuni.. lalu punya hak apakah kita ini untuk tidak mengampuni orang lain...
GBU
anita