Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kue Keranjang, Nian Gao
“Sekarang cari beras ketan lokal yang bagus sulit”
“Kondang Tresno, hanya dia yang punya ketan no 1, tapi mahal”
“Ke Semarang aja”
“Pesen gula yang TM (Tasik Madu) ya, yang jangan basah loh”
Percakapan-percakapan seperti sering kudengar, berulang setahun sekali. Ya, Mama Mertua ku Desember lalu berusia 85 tahun. Meski hasil laboratorium Prodianya banyak bintang, namun Mamah masih sangat sehat penampakannya. Wanita yang ulet bekerja, semeleh hidupnya, wanita bahagia..
Se-bulan menjelang tahun baru Imlek, Mama selalu membuat ke keranjang, kue manis khas Imlek. Bisa menghabiskan beberapa ton beras ketan dan gula. Kue Keranjang buatan Mamah (sekarang di lanjutkan Cicik yang membuat) adalah yang paling enak yang pernah kumakan. Kenapa ya? ku-tanya kepada my bojo
Karena Mama, maunya semua no 1. Mulai bahan ketan maupun gula-nya. Tahu nggak, kenapa kue keranjang buatan Mamah sangat halus? itu karena giling tepungnya double, alias 2 kali, masaknya pakai kayu selama 10 jam, tanpa pengawet tapi bisa tahan setahun. Aneh bukan? Bukan sulap bukan sihir itu semua karena gula juga berfungsi sebagai pengawet.. begitu cerita-nya.
Ya, Mamah mau-nya semua yang terbaik, wong kue keranjang kan biasa untuk sembahyangan. Jadi berikan yang terbaik untuk Tuhan. Jadi ingat ada tertulis
“Whatever you do, do it readily, as to the Lord and not to men”
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
Kue Keranjang atau Nian Gao atau lebih sering disebut Kue Kranjang (tii kwee), kue ini mendapat nama dari cetakannya yang terbuat dari keranjang, namun sekarang untuk praktisnya cetakan dibuat dari aluminium
- joli's blog
- Login to post comments
- 11391 reads
cara makan
Lupa kasih tahu,tip makan kue keranjang..
Kue Keranjang bila masih baru, sangat empuk, beberapa hari akan menjadi keras, dan mulai nampak keluar jamur putih. Jangan kuatir, tidak apa-apa, jamur hanya keluar di lapisan pembungkus saja, sedang kuenya sendiri bisa tahan setahun meski tanpa pengawet.
Cara membuka plastiknya adalah dengan me-lap dengan air, maka akan mudah sekali terkelupas. Setelah itu kue keranjang bisa di potong-potong dan di makan. Joli lebih suka makan biasa tanpa menambah apapun, karena ya itu kue keranjang buatan Mamah selalu enak, lembut dan rasa manisnya pas.
Ada beberapa resep untuk makan kue keranjang.
1 : Goreng telor.
Kue keranjang di potong tipis kira2 satu cm, di celup ke adonan tepung dan telor, lalu di goreng, di makan hangat-hangat
2. Ongol-ongol
Kue Keranjang yang masih baru (tidak keras) dimakan pakai parutan kelapa
3. Mendhut
Kue keranjang di potong tipis plus santan, di bungkus daun pisang, di kukus..
Terima Kasih
Terima kasih atas kiriman kue keranjangnya.
Terima kasih juga atas tip cara makan dan cara membukanya.
Saat menulis komentar ini, saya sedang makan kue keranjang itu, tanpa tambahan apa-apa, dan memang enak.
Bingung
Meski tidak merayakan Imlek, tapi kami banyak menerima kiriman kue keranjang.
Selama ini saya bingung cara makan kue keranjang. Kalau dimakan begitu saja, lama-lama jadi neg. Saya pernah menggorengnya begitu saja, lalu lengket semua di wajan ha....ha...ha...
------------
Communicating good news in good ways
Basahi dengan air
Wawan, supaya tidak lengket, cara mengirisnya, basahi pisau dahulu, itu lebih mudah..
Bila sudah keras lebih gampang potong2nya, lalu kukus, akan menjadi baru lagi. Setelah itu terserah anda, mau di kasih parutan kelapa, atau di buat mendut, atau di goreng telor..
Yang pasti tidak mengandung udang, jadi tidak membuat alergi wawan kumat
Tidak di sarankan untuk yang mempunyai penyakit diabetes, karena kandungan gulanya sak ajubilah..
Joli, informasi tentang Nian Gao ada yang kurang
Agen penjualan Nian Gao Mamah di Semarang ada di mana?
Hawa di Semarang
Ada 3 Koko (salah satunya pernah Purnomo datangi) dan 1 Cicik yang tinggal di Semarang. Nah Cicik ini yang meneruskan hobi dan keahlian masaknya Mamah. Juga membuat kue keranjang, merk dan resep sama.. Tinggal di Jalan Hawa 1, daerah mana itu, Joli nggak hapal, hanya bila ke sana melewati sungai di tengah jalan utama, lalu gang Hawa pertama belok mentog rumah tusuk sate itulah tempatnya.
Selain buat kue keranjang, kweetiau buatan-nya sangat enak, asli dari tepung beras, juga bakso sapi, sampai cincau pun juga sangat lezat. Semuanya handmade, tanpa pengawet..
Mamah memiliki 10 anak yang hidup, semuanya pinter masak. Sangat beruntung Joli menjadi bagian keluarga besar ini. Meski my bojo bukan ragil, tapi Joli menjadi menantu terakhir. Nah semua menantu juga pinter masak kecuali Joli, he..he... Nggak tahu, apakah ini keberntungan atau kebuntungan he..he..
Pada akhirnya Joli tahu bagaimana mengambil tempat, yaitu sebagai menantu yang suka makan aja, jadi klop dengan mertua yang suka masak..
Kue Suci, Kue Purbakala Tiongkok Kuno
Ti kwe, bahasa hokian umumnya dipahami sebagai kue manis - Ti = manis Kwe = kue. Pemahaman demikian sesungguhnya salah kaprah.
Pada zaman purbakala, hari naik bertahtanya seorang raja alias Tianzi (Anak Allah). Itulah permulaan hri dari tahun pertama. Setiap kali raja berganti tahun berakhir dan mulai dari satu serta hari tahun baru pun berganti.
Raja pertama dari dinasty Han (206SM–220M) yang bergelar Han Gaozu (247–195SM) mulanya adalah seorang petani bernama Liubang. Dia mengajarkan bahwa raja memang silih berganti namun waktu tidak pernah berhenti, oleh karena itu walaupun raja berganti namun tahun harus terus berlanjut.
Dia lalu menetapkan tahun kelahiran Kongzi (Khonghucu) yaitu 551SM sebagai permulaan kalender Tionghua. Dia menamai sistem kalendernya Nongli (Kalender Nong). Nong artinya pertanian, namun sesungguhnya Nong berasal dari Shennong (2737SM) raja suci (raja yang merangkap nabi) yang menemukan teknologi pertanian dan pengobatan. dia menetapkan tanggal 1 bulan chunjie (musim semi) sebagai nonglixinnian (hari tahun baru).
Pada jaman dinasti Zhou (1045-256SM) Yuanri mengchun (tanggal satu bulan pertama musim semi) adalah hari perayaan Lichun (tegaknya musim semi). Sebelum merayakan hari itu, selama tiga hari raja bersuci diri (puasa) sambil berdoa kepada Shangdi (Raja segala raja - Allah) agar diberi tahun yang berkelimpahan. Pada hari Lizhun, pagi-pagi, raja membawa luku dan garu dan memimpin seluruh pejabat pergi ke sawah suci untuk bertani.
Raja meluku 3 kali, 3 penasehat raja masing-masing meluku 5 kali dan menteri serta raja muda masing-masing meluku 9 kali. Sawah suci adalah sawah dari Di (Tuhan Mahacipta). Setelah selesai mengerjakan sawah Di, raja akan menawari anggur penawar lelah. Pada zaman itu anggur adalah minuman suci yang hanya digunakan untuk sembahyang dan diminum pada hari-hari suci tertentu. Beras hasil panen dari sawah Di nantinya akan dipersembahkan kepada Di saat upacara She untuk mengucap syukur kepada Di atas berkah yang dilimpahkan-Nya.
Bangsa Tiongkok kuno memang aneh bin ajaib. Mereka berdoa kepada Shangdi (Raja segala raja) agar diberi tahun yang berkelimpahan namun setelah doanya dikabulkan, mereka mengucap syukur kepada Di di altar she. Walaupun tidak diajarkan secara gamblang namun sesungguhnya Shangdi adalah Dwitunggal Tian (Allah Yang Mahatinggi) dan Di (Allah Mahacipta), Tian memberikan peta, Di yang mewujudkan peta itu.
Selain dipersembahkan dalam bentuk mentah, beras dari sawah Di juga dibuat kue. Memang tidak tercatat di dalam kitab suci Tiongkok kuno, namun secara tradisi diakui bahwa salah satu kue yang dibuat adalah Ti kue.
Ti kue sesungguhnya adalah Tee kue, artinya kue Di (Allah Mahacipta) atau Ti kue, artinya kue Tian (Allah Mahatinggi).
Ti kue alias Tee kue adalah kue suci. Secara tradisi, saat ini, kue ini dikukus selama 12 jam atau kelipatannya. Menurut tradisi kuno yang masih terjaga hingga saat ini, kue ini hanya dibuat satu kali dalam satu tahun.
Ketika membuat kue suci sang pembuat harus menyucikan diri dulu. Kue dikukus, selama 72 jam (3 hari) dan tidak boleh dibuka serta apinya tidak boleh padam dan sang pembuat kue dalam kondisi puasa makan dan puasa tidur. Selama dikukus tidak boleh dibuka dan tidak boleh dikunjungi oleh orang-orang yang tidak suci, misalnya wanita yang baru melahirkan, sedang mens, orang yang sedang berkabung karena kematian. Sampai sekarang tradisi ini masih diikuti sebagian orang dengan tambahan pantangan, orang yang baru pergi bersembahyang kepada dewa-dewi.
Menurut tradisi kuno, apabila Tian (Allah Mahatinggi) dan Di (Allah mahapencipta) tidak berkenan karena kue tersebut tidak memenuhi standard kesucian, maka ketika dibuka kue tersebut akan rusak. Tidak matang atau tumpah atau tidak berkembang sesuai standard.
Selama bulan pertama musim semi, raja akan memerintahkan para pejabatnya untuk menguji ulang semua undng-undang dan berkeliling memberitakan ajaran kebajikan dan menghimbau rakyat agar hidup menaati jalan suci (Tiandao), meninjau kebun, sawah dan hutan. Pada bulan itu tidak boleh menebang pohon dan membunuh binatang serta menganggu binatang yang sedang berkembang biak. Pada bulan itu juga tidak boleh menghimpun tentara apalagi menyerang musuh.
Bulan pertama musim semi adalah bulan untuk menyucikan diri dan belajar serta membiarkan alam bertumbuh kembang.
Orang Hokian punya tradisi melakukan sembahyang yang saat ini di Indonesia dikenal dengan nama sembahyang Tuhan Allah atau Pai Tikong (Sembahyang kepada Tian, Allah Yang Mahatinggi) pada hari ke sembilan bulan Mengchun. Kenapa orang Hokian baru melakukan sembahyang itu pada tanggal sembilan padahal hal itu seharusnya dilakukan pada tanggal satu pagi?
Menurut legenda, hal itu terjadi karena dahulu kala, ketika orang Hokian hendak melakukan sembahyang itu, mereka diserang oleh musuh. Karena menaati perintah suci maka mereka tidak membela diri namun melarikan diri dan bersembunyi. Pada hari ke sembilanlah mereka baru bisa kembali ke kampungnya dan hal pertama yang mereka lakukan adalah melakukan sembahyang di altar She keluarga.
Apabila mempelajari kitab suci Tiongkok kuno, sesungguhnya yang dilakukan oleh orang Hokian tersebut bukan Pai Tikong namun Pai Teekong. Kenapa demikian? Karena menurut tradisi kuno hanya raja alias Tianzi (Anak Allah) yang boleh menyembah Tian alias Ti (Allah Mahatinggi), di altar gunung dan sungai dengan membakar tumpukan kayu. Rakyat jelata hanya boleh menyembah Di (Allah mahacipta). Rakyat jelata melakukan sembahyang Di di altar She keluarga di depan rumahnya guna mengucap syukur kepada Di (Allah Mahacipta).
Kenapa terjadi penyimpangan atau kesalahpahaman pada tradisi sembahyang orang Hokian? Menurut saya hal itu terjadi karena ketika jaman berlalu, ajaran tentang Di alias Teekong (Allah mahapencipta) tidak dipahami dengan benar lagi dan muncul agama Dao yang mengajarkan bahwa Teekong bukan Tuhan namun hanya dewa bumi. Itu sebabnya sembahyang Teekong lalu berubah menjadi sembahyang Tikong. Sejak Mengzi Li (kesusilaan) tidak diajarkan lagi secara lengkap dan sempurna.
Handai taulan sekalian, itulah yagn saya ketahui tentang tahun baru Tionghua dan tradisi kue suci, Tee kue. Selain sembahyang Lichun dn sembahyang Di di altar She serta sembahyang Tian di altar sungai dan gunung, saya belum menemukan sumber pustaka yang benar-benar berotoritas, itu sebabnya mungkin yang saya pelajari itu salah.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Ada Tritunggal di Tiongkok
Bangsa Tiongkok kuno memang aneh bin ajaib. Mereka berdoa kepada Shangdi (Raja segala raja) agar diberi tahun yang berkelimpahan namun setelah doanya dikabulkan, mereka mengucap syukur kepada Di di altar she. Walaupun tidak diajarkan secara gamblang namun sesungguhnya Shangdi adalah Dwitunggal Tian (Allah Yang Mahatinggi) dan Di (Allah Mahacipta), Tian memberikan peta, Di yang mewujudkan peta itu.
Wah, ceritanya begitu ya? Ada Tritunggal, ada Dwitunggal di sejarah penciptaan di Tiongkok, sangat menarik..
Tadi siang, bersama Purnawan datang ke rumah Mamah, Wawan mengambil video dan mewawancara Mamah, juga koko. Joli cerita bahwa, kemarin Joli nulis tentang Mamah dan kue keranjangnya, Joli bacain kepada Koko2, juga termasuk komentar teman-teman.
Nah ketika Joli cerita tentang sejarah seperti yang Hai2-hai tulis ini mereka malah belum tahu, wah.. kayaknya dengan mempelajari cerita2 tiongkok kuno, ini bisa untuk jalan masuk penginjilan kepada mereka..
Bagus Hai, buatlah blog yang ringan2, ojo angel-angel, tentang sembahyangan Pai Tikong, sembahyang Cengbeng, sembahyang Rebutan dll.. Bisa untuk pintu masuk memberitakan SANG JALAN..
Hasil Shootingan
Cik Joli,
Hasil shootingan kemarin dapat dilihat di sini
Pembuatan Kue Keranjang [1]
Pembuatan Kue Keranjang [2]
Pembuatan Kue Keranjang [3]
atau di sini:
------------
Communicating good news in good ways
Mertua hebat
Purnawan, sie-sie
Wah komplit banget, proses hingga matang-nya..
Lihat Mamah-ku mertua, baik banget kan? meski bahasa Indonesia-nya nggak cetho, tapi seneng bila suruh cerita.
@Joli, Li Tidak Diajarkan Lagi
Nanti kita usahakan dech menulis yang aneh tapi nyata tentang agama Tiongkok kuno. Ini misalnya:
Bangsa Tiongkok kuno dianggap penyembah leluhur. Anggapan demikian sama sekali tidak salah. Namun yang tidak diketahui banyak orang adalah bangsa Tiongkok kuno memiliki dua jenis leluhur yaitu:
Yang disembah oleh bangsa Tiongkok kuno adalah Wenzu alias leluhur yang tidak pernah menjadi manusia. Ketika menyembah leluhur bangsa Tiongkok kuno turut menghormati arwa leluhurnya. Biasanya arwah leluhur yang turut dihormati adalah arwah-arwah leluhur yang paling top dalam arti hidup suci dan berjasa kepada umat manusia karena mengajar manusia hidup dalam kebenaran.
Ketika sembahyang kepada Wenzu, umumnya raja akan menyertakan tiga orang leluhurnya: Dua orang dengan gelar raja (Di) dan satu orang dengan gelar malaikat (Shen). Sembahyangnya disebut sembahyang Mahanenekmoyang (Di), selain mengucap syukur atas segala berkat, juga dipanjatkan doa-doa. Dalam kesempatan itu juga dibagi-bgikan anugerah kepada pejabat yang berprestasi dan yang tidak berprestasi dihukum (mutasi atau turun pangkat). Juga ada kotbahnya agar menaati jalan suci (Tiandao). Di dalam sembahyang tersebut disajikan berbagai jenis makanan dan segala karya manusia.
Anda tahu, siapakah sepasang Mahaleluhur yang disembah oleh bangsa Tiongkok kuno? Benar, Keduanya adalah Tian (Allah Mahatinggi) dan Di (Allah mahacipta). Bagaimana dengan ketiga leluhur yang turut dihormati tersebut? Apakah mereka disembah sebagai raja? atau malaikat?
Inilah keanehan bangsa Tiongkok kuno. Ketika sembahyang Wenzu, bangsa Tiongkok kuno percaya bahwa Wenzu hadir di kuil leluhur (Zumiao). Satu orang leluhur bergelar raja akan mewakili seluruh umat manusia. Satu leluhur bergelar raja akan mewakili seluruh bangsa Tiongkok. Dan satu orang bergelar malaikat akan mewakili keluarga atau marga raja yang bertahta. Turut dihormati bukannya dihormati atau diagung-agungkan. Turut dihormati artinya Ketiganya dipilih dan diberi kesempatan untuk MELAYANI mahaleluhur yang mahasuci (Wenzu).
Ibaratnya gini, Satu raja akan berlaku sebagi MC, satu raja menemani Wnzu duduk di meja satu malaikat akan melayani segala keperluan Wenzu.
Aneh bin ajaib ya?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
paling enak pakai telor
Jadi kepingin .....
aku paling seneng makan kue keranjang pake terigu yang sudah dicampur telor, dimakan hangat2 spt kata joli.
di kota ku masih banyak kue keranjang yang dibungkus dengan daun, masih asli seperti dulu, mungkin mencetak nya juga masih menggunakan keranjang bambu.
resep mendhut nya bisa dicoba nih joli...aku belum pernah makan kue keranjang ala resep mendhut.
Nray, silahkan coba
Nray, silahkan coba buat mendhut kue keranjang.. Nray suka masak juga ya?
Jaman dulu, memang pakai daun pisang sebagai pembungkusnya, dan keranjang untuk cetakannya, Namun sekarang mencari praktisnya, dengan menggunakan alumunium dan plastik.
Joli, saya akan ke HAWAI
untuk ikut merasakan kue bulan itu. Thx untuk infonya.
Salam.