Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kisah Seekor Kucing
Kata orang kucing suka mencuri makanan. Tetapi aku telah melihat, kalau diberi makan secara teratur kucing tidak akan mengambil makanan dari atas meja. Hanya saja, ia suka meletakkan tikus hasil tangkapannya di atas piring makannya.
Seluruh anggota keluargaku menyukai kucing. Bahkan mamah harus bangun setiap jam 4 pagi karena "si Tatik" kucing kami sudah mengeong minta makan. Setiap malam ia berburu tikus di luar rumah. Jam 11 sudah mengeong minta dibukakan pintu. Dulu ada sebuah pintu khusus untuknya. Tetapi setelah pintu ini mulai digunakan oleh binatang lain, terpaksa pintu berukuran 10 x 10 cm yang kubuat waktu kelas 6 SD ini harus ditutup.
Ayahku juga menyukai si Tatik. Bahkan beberapa kali ayah meringkuk kedinginan karena si Tatik tidur di selimutnya. Ayah tidak tega mengusir si putih ini, padalah sejak terserang stroke ia jarang sekali berpisah dengan selimutnya.
Dulu si Tatik suka membuat masalah. Dia suka memancat ke atap, tetapi tidak berani turun. Tugaskulah untuk mengambilnya memakai tangga. Akhirnya mamah punya ide, sebuah tangga dari papan dipasang di atas atap, sehingga si Atik bisa melenggang di atas atap dengan aman. Untuk turun ke tanah lagi, ia bisa menggunakan tangga lain lagi.
Masalah atap bisa diselesaikan dengan baik, tetapi ada masalah lain. Tatik juga suka memanjat pohon jambu di samping rumah, untuk bagian ini ia harus dijemput sendiri memakai tangga, begitu ia mengeong minta turun.
Dulu kami punya banyak anak kucing, setiap pagi mereka mengikuti kami ke sungai kalau kami mandi, dan setiap sore mengikuti kami ke kebun di belakang rumah. Di kebun mereka bermain kejaran-kejaran sehingga kami harus hati-hati jangan sampai tubuh mereka kena cangkul.
Ada sebuah cerita bagaimana kami mendapatkan Tatik.
Ada seekor kucing betina yang tidak diperhatikan oleh pemiliknya. Kucing ini 'mencuri' makanan di rumah kami. Ya, pada awalnya kucing ini merupakan seekor kucing pencuri yang datang malam-malam, dan sering kami usir. Karena bosan mengusir kucing, akhirnya mamah selalu menyiapkan makanan di atas piring setiap malam. Paginya makanan ini selalu habis. Si kucing tidak berani datang kalau siang, tetapi setelah beberapa bulan ia beranak di bawah rumah. Di dalam sebuah keranjang rusak. Mamah lalu meletakkan sebuah kardus bersih di dekat keranjang ini, dan besoknya anak-anak kucing ini mendapat tempat baru. Kami juga selalu mengantar makanan setiap hari ke bawah rumah.
Ketika anak-anaknya mulai sedikit besar, si induk memberanikan diri membawa anaknya ke dalam rumah. Kami mendapat sebuah tontonan menyenangkan. Kami suka melihat kedua anaknya bermain dengan ekor si induk. Kami juga sangat senang melihat si induk tidak akan menyentuh makanan yang kami berikan sampai kedua anaknya selesai makan.
Kedua anak kucing ini kami beri nama si Gendut dan si Momon, Gendut bertubuh gemuk dan berwarna putih polos kecuali di bagian ekor dan kepala. Sedangkan Momon berwarna agak kemerahan -- keduanya kucing betina.
Setelah kedua kucing ini dewasa, si induk kembali beranak, juga si Gendut dan si Momon. Pada saat yang bersamaan, kami punya puluhan anak kucing. Rumah menjadi sangat ramai. Lalu seorang tetangga meminta anak kucing, mamah tidak mau kecuali harus bersama dengan induknya.
Orang ini memilih Momon dan anak-anaknya. Lalu membawa ke rumahnya yang berjarak sekitar satu kilometer. Dua hari kemudian, di tengah malam berhujan, Momon dan anak-anaknya mengeong di depan rumah. Malam itu sebuah handuk dikorbankan untuk mengeringkan Momon dan anak-anaknya. Dan kami semua baru bisa tidur setelah jam dua
Kami masih memelihara anak-anak kucing ini sampai mereka agak besar dan bisa berpisah dengan induknya. Lalu diberikan kepada beberapa orang di kampung. Untuk itu mamah membuat sebuah syarat, orang yang mengambil anak kucing harus benar-benar bisa membuktikan ia bisa memberi makanan yang cukup untuk kucing yang diambilnya. Lalu sejak insiden 'malam berhujan' ini, setiap musim kawin, mamah selalu memberi kucing-kucing ini obat KB.
Seekor anak si Gendut sangat mirip dengan induknya. Kami beri nama Tatik, tetapi kami lebih sering memanggilnya dengan "Atik". Ia menjadi kucing yang paling manja dan paling suka makan. Tatik atau Atik inilah yang kami pelihara sampai sekarang -- satu-satunya kucing yang tersisa, dan tidak pernah beranak.
Dulu, kalau musim kawin kami mengurung Tatik, tetapi akhirnya kami tahu tidak mungkin mengurung kucing betina pada saat musim kawin. Apalagi kalau beberapa kucing jantan milik tetangga mulai bertengkar di bawah rumah panggung kami. Atik akhirnya dilepas setelah diberi obat KB.
Sekarang di rumah hanya ada mamah, ayah, kakakku Eva, si bungsu Aida serta si Tatik. Sampai sekarang aku selalu ingat pemandangan ketika aku pulang beberapa bulan yang lalu. Melihat Atik duduk manis seperti Spinx di samping mamah, ketika ibuku menyiapkan makanan untuk ayah dan Atik menemaninya dengan setia. Atik sekarang sudah menjadi kucing tua, tidak kuat lagi memanjat pohon. Pohon jambu di samping rumah juga sudah sangat tua, seperti rumah kami yang juga sudah sangat tua. Tetapi Atik tetap bisa membuat kami tertawa.
- anakpatirsa's blog
- 6573 reads