Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

pengadilan

Purnawan Kristanto's picture

Pilatus

Entah bagaimana perasaan Pontius Pilatus jika dia tetap hidup sampai saat ini. Setiap minggu, selama berabad-abad, namanya selalu disebutkan oleh jutaan mulut di dunia dengan perasaan ngeri: "Aku percaya pada….Yesus Kristus yang menderita sengsara di bawah Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan." Itulah bunyi kredo [pengakuan iman] yang diucapkan setiap minggu di gereja. Pertanyannya, apakah dia merasa tertuduh karena telah menghukum mati orang yang tidak bersalah? Ataukah justru merasa berjasa karena tindakannya ini justru membangkitkan sebuah agama besar?

Vantillian's picture

Penawar Racun Universalisme : Sebuah Pleidoi Vantillian

INILAH PLEIDOI VANTILLIAN terhadap tulisan blog Adrina :

Purnawan Kristanto's picture

Menyaksikan "Eksekusi" di Televisi

 

Menyaksikan siaran langsung televisi perihal penangkapan buronan di Temanggung kemarin seperti menyaksikan eksekusi mati. Seseorang yang telah terpojok di kamar mandi diberondong ratusan timah panas dari segala penjuru dan dihempas oleh dua ledakan bom. Akhirnya terkapar tak berdaya.
Sudah lama bangsa Indonesia tak mempertontonkan pelaksanaan hukuman mati di depan umum. Eksekusi selalu dilakukan dengan diam-diam dan sangat tertutup. Pihak berwajib hanya mengizinkan kalangan terbatas yang bisa menyaksikannya. Misalnya rohaniwan dan petugas medis. Bahkan keluarga terpidana juga tidak disertakan. Jika pihak media mengendus, maka aparat akan melakukan strategi pengecohan demi kerahasiaan eksekusi.
 
Hukuman Gantung
 
Ini berbeda dengan zaman kolonial Belanda. Penguasa kadang-kadang melaksanakan hukuman mati justru di ruang publik, seperti di alun-alun, supaya dapat disaksikan orang banyak. Tujuannya tentu menimbulkan efek psikologis pada masyarakat supaya mereka takut melakukan perbuatan yang sama dengan si terhukum.