Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

merapi

Purnawan Kristanto's picture

Melanggar Batas Aman

Photobucket

Seharusnya saya tidak menuliskan pengalaman ini karena melanggar telah larangan pemerintah. Mengingat bahaya erupsi Merapi, pemerintah telah menetapkan radius wilayah bahaya. Angkanya bisa berbeda-beda untuk berbagai tempat. Kamis malam, 18 Nopember, kami mendapat kabar bahwa ada sebagian warga yang terpaksa bertahan di wilayah berbahaya di kecamatan Muntilan. Ceritanya begini: Sebenarnya mereka sudah mengungsi di sebuah sekolah di kota Muntilan. namun karena tempat pengungsian ini mengganggu proses belajar-mengajar, maka tempat pengungsian ini akan dipindah ke kota Magelang, yang jaraknya lebih dari 20 km.

mujizat's picture

Mengambil pelajaran dari erupsi Merapi, dukacita Muji

Pagi ini beberapa rekan yang tinggal di lereng Merapi mulai masuk kerja, dan mereka berbagi ceritera seputar letusan Merapi, bagaimana kebun salak pondoh yang tenggelam dalam debu, belum lagi berapa ekor ternak yang mati.
Purnawan Kristanto's picture

Suplai Air Bresih untuk Penyintas Merapi

Warga desa Bawukan dan Gemampir sudah pulang dari tempat pengungsian yang kami kelola. Saat mereka sampai ke rumah masing-masing, mereka mendapati bahwa tandon air mereka telah tercemari abu vulkanik. Saat mengungsi, mereka lupa menutup atau memindahkan talang air. Akibatnya, abu vulkanik masuk ke dalam persediaan air mereka.

joli's picture

Terseret banjir lahar Merapi

Ber-awal dari membaca respond Merapi yang di tulis Purnawan. Ada satu hal yang sangat menarik, klik RAHASIA dari gereja Jago gerejanya Purnawan.
Maka ku-bocor-kan rahasia ini dengan men-share tulisan Wawan di my FB wall dengan nge-tag beberapa teman gereja.

Purnawan Kristanto's picture

Cerita Ringan Relawan (3)

Photobucket

Di pos kemanusiaan Klaten, ternyata ada banyak relawan yang bernama "Agus" dan "Bambang."  Jadi kalau ada orang yang mencari "Agus" pasti akan ditanya "Agus yang yang mana?" Hal ini mengingatkan saya empat tahun yang lalu. Saat itu kami juga membuka pos kemanusiaan. Suatu kali ada tenaga paramedis dari Kalimantan Tengah, tepatnya dari R.S. Bethesda Serukam yang datang ke pos kami.
"Saya mencari pak Agus," kata paramedis perempuan itu.
"Agus siapa ya?" jawab salah seorang relawan.

Purnawan Kristanto's picture

Cerita Ringan dari Relawan

Bantuan

Ada dua kelompok relawan yang sama-sama menerima bantuan dari lembaga amal bentukan stasius TV. Mereka harus mengambil sendiri bantuan di home base lembaga amal ini. Satu kelompok relawan membawa truk, sementara kelompok relawan yang lain hanya membawa pick up kecil. Maka terjadilah dialog berikut:
"Mengapa kamu bawa mobil kecil?" tanya relawan yang bawa truk kepada relawan yang bawa pick up.
"Memangnya kenapa?" Relawan yang bawa pick up balik bertanya.
"Itu namanya kamu nggak beriman."

Purnawan Kristanto's picture

Catatan Relawan 7 Nopember

Minggu 7 Nopember
Selama 4 malam belakangan ini suara gemuruh seakan menjadi musik pengiring tidur kami. Sebenarnya pada siang hari aktivitas Merapi pun tetap ada namun tersaingi oleh deru kendaraan dan hingar-bingar manusia sehingga tak terdeteksi oleh telinga. Pukul 4:30, saya bangun untuk kemungkinan adanya evakuasi menyusul gemuruh Merapi yang semakin meningkat. Bersama Agus Permadi, saya mengelilingi kota Klaten, namun nampaknya tidak ada pergerakan pengungsi yang siginifikan.

pengungsi Merapi
Ibadah Minggu

Purnawan Kristanto's picture

Catatan Harian Relawan 2-6 Nopember 2010

Hmm...sudah lima hari aku tidak menuliskan pengalaman harianku selama menjadi relawan tanggap bencana ini. Apa ya yang masih kuingat? Dimulai saja deh dari rapat koordinasi di antara GKI yang terjun dalam tim tanggap bencana ini, Selasa 2 Nop.  Ternyata, walau sama-sama bertujuan kemanusiaan, namun untuk menyatukan gerak di antara kami itu bukan perkara mudah. Ada berbagai variabel yang harus diurai untuk memahami keruwetan ini. Kadang variabel itu tampak konyol dan menggelikan, tapi itu nyata.

Purnawan Kristanto's picture

Catatan Relawan, 1 Nopember

Photobucket

Senin pagi, aku menyempatkan diri ke Yogyakarta. Tepatnya ke kantor Lembaga Konsumen Yogyakarta untuk mengikuti audio cenference. Ceritanya, aku memenangkan kompetisi menulis ide klip pendek yang diselenggarakan oleh www.beosope.com dan mendapat hadiah kamera video Flip. Sebenarnya, aku harus mengambil sendiri hadiah ke Jakarta, Jumat (29 Oktober), namun aku memutuskan untuk tidak berangkat karena harus melakukan respons bencana merapi. Rupanya pihak beoscope bisa mengerti situasinya. Para pemenang tidak perlu ke Jakarta namun mendengarkan penjelasan tentang kelanjutan lomba melalui telepon. Dari Yogya, ada empat orang yang dinyatakan sebagai pemenang. Aku salah satu di antaranya.

Saat baru saja turun dari sepeda motor, tiba-tiba Kirana, anakku menelepon lagi. “Pa, merapi erupsi. Merapi erupsi!” Tak berapa lama kemudian, panggilan telepon datang bertubi-tubi. Kami harus segera merespon erupsi ini karena ada ribuan warga yang akan mengungsi. Kami memperkirakan malamnya pasti akan banyak pengungsi yang harus diberi makan. Aku segera berkoordinasi dengan pdt. Simon Julianto yang ada di Boyolali. Mereka sedang melayani lebih dari 2 ribu

Purnawan Kristanto's picture

Catatan Relawan, 31 Oktober

Untuk pertama kalinya, kami mendapat guyuran hujan abu dan menyaksikan evakuasi pengungsi. Saat itu kami baru saja menyuplai kebutuhan pengungsi di di Boyolali.

***

Minggu pagi, bpk Hendro dari Gugus Tugas Penanggulangangan Bencana GKI Pondok Indah menginformasikan sudah masuk ke wilayah Klaten. Bersama dengan bpk. Tukiyo dan bpk. Egi, bpk Hendro sudah melakukan perjalanan semalaman dari Jakarta. Pukul 8:30, mereka sudah sampai di Gki Klaten. Saya memberikan informasi tentang situasi pengungsi kepada mereka. Tak lama kemudian pak Bambang  Pudyanto bergabung, lalu sarapan nasi bebek di warung ibu Suwarni, Gondang. Tujuan pertama adalah barak pengungsi di Dompol, Kemalang, Klaten. Saat melintasi pos pengungsi di Keputran, suasananya seperti pasar malam di siang hari. Spanduk dan umbul-umbul dari berbagai instansi, partai, lembaga dan perusahaan  dipancangkan di berbagai tempat.  Berlomba-lomba mencari paparan mata paling strategis. Wakil Presiden baru saja berkunjung ke tempat ini. Tentu saja tempat ini menjadi strategis. Ironisnya, jumlah pengungsi terlihat sedikit. Ada dua kemungkinan: pengungsi kembali lagi ke rumah mereka pada siang hari untuk mengurus ternak atau memang belum ada pengungsi karena wilayahnya jauh dari ring 1.

Purnawan Kristanto's picture

Respons Merapi-29 Oktober

Tanggal 29 Oktober, Tim Tanggap Bencana Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Tengah kembali menyalurkan bantuan. Dengan menggandeng Pundi Amal SCTV, tim Medis Obor Berkat Indonesia dan Gereja Kristen Jawa di Klaten, kami meluncur ke lereng utara Merapi. Tujuannya menyisir para pengungsi yang belum terjamah bantuan karena ketiadaan liputan media. Kali ini kami juga membawa kontributor Liputan 6 SCTV.

Cerita selengkapnya akan ditambahkan kemudian setelah saya beristirahat dan pikiran menjadi segar. Berikut ini foto-foto para laskar pahlawan kesiangan:

Photobucket
Puncak Merapi dilihat dari Selo

Update:

Malam sebelumnya, pdt. Sugeng menginformasikan bahwa tim medis dari Obor Berkat Indonesia (OBI) minta diantar ke wilayah yang belum dijamah bantuan.  Sehari setelah erupsi pertama, mereka sudah membawa 30 dokter ke Yogya. Namun setelah melihat bahwa suplai tenaga medis di Yogya sudah memadai maka sebagian besar dokter langsung berangkar ke Mentawai, menyisakan 4 dokter.

Saya merencanakan mengajak mereka untuk melayani di Boyolali, yaitu di pos pengungsian mandiri yang  diampu oleh Lembaga Bakti Kemanusiaan Umat Beragama (LBK-UB) Boyolali.