Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Ketika Tuhan Membisu

Purnawan Kristanto's picture

 

Sungguh ngeri membayangkan penganiayaan yang dialami oleh orang Kristen di Jepang pada masa pemerintahan Tokugawa Bakufu. Ada yang dimasukkan ke dalam air bercampur belerang yang mendidih di puncak gunung. Ada yang direndam di pinggir pantai selama berhari-hari. Tubuh mereka diikatkan pada sebatang kayu dan dibiarkan terendam air selama berhari-hari. Mereka akan mengalami siksaan fisik yang luarbiasa mulai dari kelaparan, kehausan sampai dengan hipotermia. Mereka lakan mati secara perlahan-lahan.
Akan tetapi jenis siksaan yang paling mengerikan adalah yang disebut "Siksaan lobang." Penguasa membuat lubang seukuran lebih besar sedikit dari kepala manusia. Di dalamnya diisi dengan kotoran. Cara penyiksaannya, orang Kristen digantung terbalik dan kepalanya dimasukkan ke dalam lobang itu sebatas bahu. Untuk menambah penderitaan, maka sang algojo mengiris sedikit di belakang telinga sang korban. Darah akan keluar sedikit demi sedikit membasahi wajah mereka. Aliran darah ini ada yang masuk ke lobang telinga. Ada pula yang menutupi pandangan mata. Siksaan terbukti mampu meruntuhkan iman Christovao Ferreira, provincial berkebangsaan Portugis, yang melayani di Jepang.
Mengapa orang Kristen di Jepang mengalami penganiayaan? Padahal ketika Kristianitas pertama kali diperkenalkan oleh Fransiskus Xaverius, pada tahun 1549 di negeri Sakura ini, ada nada antusias dalam surat yang ditulisnya. Fransiskus Xaverius menyebut bangsa Jepang sebagai "pembawa sukacita di hatinya." "Orang-orang yang kami jumpai sejauh ini," tulis Fransiskus kepada rekan-rekannya di Goa, "adalah yang telah kami temukan dan rasanya tidak akan pernah ada…bangsa lain yang bisa menandingi bangsa Jepang."
Benih yang ditebarkan oleh Fransiskus ini selanjutnya dirawat oleh Alessandro Valignano, sejak tahun 1579. Di bawah karya misinya komunitas Kristen berkembang pesat sehingga Valignano berani memimpikan sebuah pulau yang sepenuhnya Kristen di wilayah Jepang. Kristianitas juga mendapat dukungan dari para daimyo (kalangan bangsawan Jepang) karena mereka berharap bisa menjalin hubungan dagang dengan kapal-kapal hitam dari Macao. Para pastor juga memiliki posisi yang baik di istana.
Tiba-tiba, pada tanggal 24 Juli 1587, tanpa alasan yang jelas Hideyoshi sang penguasa saat itu, memerintahkan para misionaris keluar dari negeri itu. Namun kemarahannya cepat surut dan keputusan pengusiran itu dinyatakan tidak berlaku lagi.
Sepuluh tahun kemudian, amarah Hideyoshi bangkit kembali. Ini gara-gara bualan pelaut Spanyol yang terdampar. Untuk mengambil hati orang Jepang, dia mengatakan bahwa para misionaris selalu mempersiapkan jalan bagi angkatan bersenjata kerajaan Spanyol. Maka dimulailah perburuan dan pembantaian secara sistematis dan tanpa ampun terhadap orang Kristen di Jepang.
***
Berlakang belakang Jepang pada abad ke-17, Shusaku Endo menuliskan pergulatan yang dialami orang Kristen Jepang. Penulis novel ini adalah orang Jepang yang dibaptis menjadi Katolik pada usia 11 tahun. Setelah lulus dari fakultas sastra Perancis di Keio University, dia mendapat beasiswa selama dua setengah tahun di Lyon. Pengalaman ini kelak dituangkan dalam beberapa novelnya. Salah satunya, Shiroi Hito (The White Man) yang mendapat penghargaan bergensi Akutagawa.
Novel ini diawali dengan berita tentang pemurtadan Christovao Ferreira, yang sampai di telinga tiga mantan muridnya:pastor Juan de Santa, pastor Francis Garrpe dan pastor Sebastian Rodrigues. Mereka lalu mengajukan diri supaya dikirim ke Jepang untuk "menggembalakan domba-domba" di sana. Semula pihak gereja enggan mengabulkan, tetapi karena begitu gigih keinginan mereka, akhirnya mereka diizinkan.
Dalam pelayaran ternyata pastor Juan de Santa jatuh sakit sehingga harus ditinggal di Macao. Sementara itu, pastor Francis Garrpe dan pastor Sebastian Rodrigues berusaha menyelundup ke negeri matahari terbit itu dengan bantuan Kichijiro, orang Jepang di perantauan. Mereka berhasil mendarat di Jepang dan segera mengerjakan karya misi secara sembunyi-sembunyi. Di sini, konflik dalam novel mulai meningkat. Pembaca dibuat bertanya-tanya, apakah kedua pastor itu akan tertangkap?
Umat yang mereka layani adalah petani yang sangat miskin dan ditindas oleh penguasa dengan pungutan pajak yang sangat tinggi. Dalam situasi demikian, Kristianitas hadir untuk memberikan penghiburan kepada mereka. Dalam Kristianitas mereka mendapat sentuhan lembut kasih dan pengharapan akan adanya kehidupan yang lebih baik setelah kematian.
Untuk menangkap para misionaris dan umat Kristen, penguasa mengiming-imingi uang bagi setiap informasi tentang keberadaan orang Kristen. Hadiah ini cukup menggiurkan bagi petani miskin karena nilainya sangat besar. Dalam situasi ini kedua pastor ini hidup dalam bayang-bayang pengkhianatan dari umat yang dilayani. Sewaktu-waktu mereka bisa diadukan oleh petani miskin yang tergiur oleh hadiah itu. Namun tanpa disangka, ternyata yang menjadi "Yudas" itu adalah Kichijiro, sang pemandu mereka. Kichijiro sebenarnya adalah orang Kristen juga, namun pernah ditangkap oleh penguasa. Karena tidak tahan oleh siksaan, maka dia mengingkari imannya dengan cara menginjak fumie, yaitu lempengan tembaga yang dipahat membentuk wajah Yesus.
Pembaca selanjutnya digiring pada pertanyaan apakah kedua pastor ini tahan terhadap siksaan? Apakah mereka juga akan menginjak fumie sebagai tanda pengingkaran iman?
***
Alur novel ini sangat sederhana. Penokohannya sangat sederhana. Hanya satu tokoh yang dapat mengaduk-aduk emosi pembaca, yaitu Kichijiro. Dia digambarkan sebagai pria miskin Jepang yang culas, oportunis, licin, dan pandai menjilat. Narasi penceritaannya pun terasa datar dan banyak mengulang kata-kata yang sama. Misalnya untuk menggambarkan suasana sunyi yang menggigit, penulis kerap menggunakan suara jangkrik dan dengung sayap lalat.
Kekuatan novel ini justru terletak pada problematika yang diangkatnya yaitu bersifat psikologis dan cenderung kontroversial. Melalui percakapan antara Rodrigues dan Ferreira, penulis melontarkan sebuah tesis bahwa Kristianitas tidak dapat tumbuh baik Jepang. Dia mengibaratkan Jepang seperti rawa-rawa yang akan menghisap habis kekristenan. Benih Kristianitas tidak dapat menancapkan akarnya si rawa-rawa itu, sehingga daunnya akan layu dan menguning. Inilah pendapat yang disampaikan oleh Ferreira dengan nada pahit.
"Selama dua puluh tahun aku bekerja keras menjalankan misiku." Dengan suara datar tanpa emosi Ferreira mengulangi kata-kata yang sama itu. "Satu hal yang aku tahu pasti adalah agama kita tidak bisa berakar di negeri ini."
"Bukannya tidak bisa berakar," Rodrigues berseru dengan suara keras sambil menggelengkan kepala. "Masalahnya akar-akar itu dicabuti." [h.234]
Rodrigues tidak sepakat. Menurutnya, Kristianitas adalah kebenaran yang universal yang dapat tumbuh dimana saja, dalam kondisi apa pun. Dia lalu mengajukan bukti-bukti tentang perkembangan komunitas Kristen yang pesat sebelum masa penganiayaan. Namun Ferreira menanggapinya dengan sinis. Menurutnya, Tuhan yang disembah oleh orang Kristen di Jepang itu berbeda dengan konsep Tuhan yang dibawa oleh para misionaris.
"Mereka mengubah dan memplesetkan Tuhan kita dan menciptakan sesuatu yang berbeda," seru Ferreira, mantan pastor yang telah mengingkari imannya itu. "Ibarat kupu-kupu yang terjerat jaring laba-laba. Mulanya kau yakin dia kupu-kupu. Tapi keesokan harinya hanya bagian luarnya yang tampak seperti kupu-kupu—sayapnya, badannya. Realitasnya yang sejati sudah hilang dan menjadi sekadar kerangka saja. Di Jepang, Tuhan kita persis seperti kupu-kupu yang terjerat jaring laba-laba itu. Hanya bentuk luar Tuhan yang tersisa, tetapi sudah menjadi kerangka" [h.237].
Problematika lain yang tak kalah menggetarkan adalah keheningan Tuhan. Endo menggambarkannya dalam bentuk pergulatan batin Rodrigues. "Sudah duapuluh tahun berlalu sejak penganiayaan ini dimulai; tanah Jepang yang hitam telah dipenuhi ratap tangis begitu banyak orang Kristen; darah merah para imam juga telah mengalir deras di sini; tembok gereja-gereja telah runtuh; dan di hadapan pengorbanan dahsyat yang tidak kenal kasihan ini, Tuhan tetap hening dan bungkam" [h.100]. Misionaris Portugal ini menyaksikan kebisuan Tuhan ketika petani-petani miskin Jepang ditenggelamkan ke laut dengan tangan terikat. "Di balik keheningan menyesakkan laut ini ada keheningan Tuhan… perasaan bahwa sementara manusia berseru-seru dalam penderitaan mereka kepada-Nya, Tuhan tetap diam dengan kedua lengan terlipat." Di manakah Tuhan ketika umat-Nya berseru kepada-Nya?
Pergumulan ini membawa sang pastor dalam puncak kebimbangan: Apakah yang kuimani selama ini sudah benar? Pertanyan besar ini menggalayut berat di jiwanya saat dia dihadapkan pada fumie. Haruskah dia menginjak wajah sang Penebus itu? Dalam kebimbangan, Rodrigues melihat wajah Yesus dalam lempengan tembaga itu seolah-olah berseru kepadanya:
"Injaklah! Injak! Aku lebih tahu daripada siapa pun tentang kepedihan di kakimu. Injaklah! Aku lahir ke dunia memang untuk diinjak-injak manusia. Untuk menanggung penderitaan manusialah Aku memanggul salib-Ku."
Pada bagian lain, pastor ini berseru menggugat Tuhan:
"Tuhan aku benci kebungkaman-Mu."
"Aku tidak bungkam. Aku ikut menderita di samping-Mu."
Jawaban inilah yang menenteramkan batin sang pastor. "Tuhan tidak bungkam. Andai pun Dia bungkam selama ini, kehidupanku sampai hari ini adalah cukup berbicara tentang Dia," katanya dengan semeleh.
 
Judul: Silence; Hening
Pengarang: Shusaku Endo
Diterjemahkan dari bahasa Jepang oleh William Johnston
Alih bahasa: Tanti Lesmana
Penerbit: P.T. Gramedia Pustaka Utama, 2008
 

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Yenti's picture

Thx Pak Pur...Silence:)

Thx Pak Pur...Jadi berpikir untuk membaca:) Terlihata cerita yang sangat menarik.

Silence, judul yang menarik sekali.

Kalimat yang menarik untuk saya di akhir cerita:

Pada bagian lain, pastor ini berseru menggugat Tuhan:
"Tuhan aku benci kebungkaman-Mu."
"Aku tidak bungkam. Aku ikut menderita di samping-Mu."
 

Itulah kenyataan yang sering kita alami. Kita sering merasa " sendiri", tapi ternyata Tuhan tidak meninggalkan kita dalam "kesendirian" kita. Apa benar Tuhan sudah tidak ada?? Apakah iman yang saya percaya selama ini benar ?...Di dalam "SILENCE" mungkin itulah saat kita akan menemukan Tuhan ada selalu beserta kita:)

Purnawan Kristanto's picture

Teodisi

Novel ini membahas topik tentang teodisi. Banyak orang menggugat keberadaan Tuhan dalam situasi yang sulit. Mengapa terkesan Allah hanya berdiam diri. Hal itu bisa membuat umat manusia bertanya-tanya: Jangan-jangan memang tidak ada Allah? Jangan-jangan apa yang aku yakini selama ini tidak benar?

Novel ini sangat menarik dan menyeret kita masuk dalam kontemplasi yang lebih dalam. Mas Arie Saptajie, teman saya, berkata: "Novel ini telah 'menggoncang' iman saya."  Maksudnya, novel ini telah menggoncang kemapanan imannya supaya bergerak lebih maju lagi.

Wawan

 


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Evylia Hardy's picture

yang mau ulang tahun ...

Mas Wawan besok ulang tahun ya? Aku tau nih, jadi 'Silence' ini bancakannya tho , Mas? Ya, wis, makasih lho. Ndak minta kado apa-apa tho? Ooo, dah kebanjiran kado? Ya syukurlah ... (legaaa. Ucapan slamatnya besok aja ya?)

Eha

__________________

eha

Purnawan Kristanto's picture

Hadiah Ultah

Hadiah ultahnya sudah diberikan Tuhan. Hari ini (1 Mei) penerbit membeitahukan bahwa mereka menerima dan akan menerbitkan buku saya yang berjudul: Tuhan Yesus Tidak Tidur jilid 2 [judul sementara]. Sayangnya buku yang jilid 1 tidak disukai oleh ko Hai Hai. Dia menuliskannya  di sini.

 


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Evylia Hardy's picture

hampir ndak kebayang

Aku lagi berusaha keras ... ekstra keras ... mbayangin waktu Mas Wawan begini ni ... 'Lutut menjadi gemetar, kelenjar adrenalin mengocor deras dan butiran keringat membasahi kulit.'

Eha

__________________

eha

Purnawan Kristanto's picture

Kalimat terakhir

. 'Lutut menjadi gemetar, kelenjar adrenalin mengocor deras dan butiran keringat membasahi kulit.'

Kalimat terakhirnya "......dan celana pun menjadi basah"

 


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Evylia Hardy's picture

ikut basah ya

hi hi ... iya, ya ... basah kena keringat

Eha

__________________

eha

KEN's picture

@PK

Nampaknya anda pintar sekali menarik perhatian saya hahahaha.... hmmm... saya suka sekali dengan Jepang... sangat...

anda menulis ini...

Fransiskus Xaverius menyebut bangsa Jepang sebagai "pembawa sukacita di hatinya." "Orang-orang yang kami jumpai sejauh ini," tulis Fransiskus kepada rekan-rekannya di Goa, "adalah yang telah kami temukan dan rasanya tidak akan pernah ada…bangsa lain yang bisa menandingi bangsa Jepang."

Memang benar, orang2 Jepang sangat pintar, bila mereka yg jahat maka mereka akan disebut licik, dan bila bagi mereka yang baik, maka mereka akan disebut cerdik, tapi kedua-duanya sama2 tulus.

Untungnya, saya berkesempatan untuk melihat, menilai dan mempelajari mereka dan saya sangat bersykur.

@PK... ada satu bangsa yg sanggup menandingi mereka, sanggup tidak cocok untuk mereka, tapi lebih daripada mereka. Mereka adalah orang2 Yahudi.

Saya tidak tahu mengapa orang2 Jepang bisa sebegitu hebatnya hingga bisa menandingi bangsa Yahudi, yg saya tahu seperti yg anda tuliskan, mereka sedikit banyak dipengaruhi oleh ajaran kristen atau saya berani sebutkan "Pikiran Allah!" Tapi sebaliknya mereka hanya meresap kehebatan "Pikiran Allah!" tapi mereka tidak menyembah-Nya. Namun demikian, dampak yg mereka tunjukkan seolah-olah mereka menyembah Allah. Etos kerja mereka yg terkenal itu adalah dari ajaran kristen itu sendiri dan sungguh mengherankan dan mengagumkan, dan juga mereka banyak mengadopsi budaya Prancis (Geneva), baik dari segi sains (ilmu pengetahuan) maupun dari segi kesempurnaan (menciptakan barang dengan memperhitungkan inchi yg sangat detil). Hmmm.... itulah Jepang.

 

 

>>>=GOD=LOVE=YOU=>>

          If Not Us, Who?

        If Not Now, When?

 

    * yuk, jangan asal ngeblog *

____________________________

  * yuk, jangan asal comment *

Purnawan Kristanto's picture

@Ken: Kamu jeli

Ken, pengamatanmu sangat jeli. Hal serupa yang ditulis Endo. Bangsa Jepang pandai sekali menyerap berbagai hal dari luar, tapi tidak menelannya mentah-mentah. Endo mengibaratkan mereka seperti laba-laba. Ketika berhasil menangkap kupu-kupu, sang laba hanya mengisap sari-patinya, tetapi tidak memakan kerangkanya. Dalam hal pengusaan teknologi, teknik ini membuat mereka melambung menjadi kampiun dunia.

 


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

ebed_adonai's picture

@Purnawan: etos kerja yang luar biasa...

"...Dalam hal pengusaan teknologi, teknik ini membuat mereka melambung menjadi kampiun dunia..."

Akur untuk KEN dan mas Wawan. Jadi ingat dulu Leica membuat revolusi dengan kamera film 35mm, Kodak dengan kamera instamatiknya, dan Polaroid dengan kamera langsung jadinya. Setelah itu, giliran samurai-samurai Jepun melibas mereka habis-habisan tanpa ampun sampai sekarang...

Shalom!

(...shema'an qoli, adonai...)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

KEN's picture

@Saya Jeli?

Terima kasih untuk pujiannya.

Sebelumnya saudara @sandman telah mengatakan hal itu di shoutbox.

Jeli atau peka sangat penting dalam kehidupan untuk melihat dan menilai pekerjaan Allah, yg paling utama disinggung dalam ayat ini:

Mat. 16:3 dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak.

Luk. 12:56 Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?

Untuk melihat/menilai zaman kita perlu jeli dan peka bung @PK, anda tahu? selain daripada Alkitab, saya juga mempelajari sikap jeli dan peka juga dari bangsa Jepang.

 

>>>=GOD=LOVE=YOU=>>

          If Not Us, Who?

         If Not Now, When?

 

   * yuk, jangan asal ngeblog *

____________________________

   * yuk, jangan asal comment *

Huanan's picture

crisis of faith

 Saya teringat lagi pada Bunda Theresa yang  pernah mengalami Krisis Iman. Didalam bukunya Ia menuliskan : "Where is my faith? Even deep down ... there is nothing but emptiness and darkness ... If there be God—please forgive me. When I try to raise my thoughts to Heaven, there is such convicting emptiness that those very thoughts return like sharp knives and hurt my very soul ... How painful is this unknown pain—I have no Faith. Repulsed, empty, no faith, no love, no zeal, ... What do I labor for? If there be no God, there can be no soul. If there be no soul then, Jesus, You also are not true". As for me, the silence and emptiness is so great that I look and do not see, listen and do not hear. The tongue moves but does not speak.”

Itu juga pernah kita rasakan Ketika kita dalam penderitaan yang berat kita merasakan seolah-olah Tuhan tidak hadir bersama2 kita.

GBU

__________________

Huanan

Purnawan Kristanto's picture

Wooow, bahkan bunda Theresa

Wooow, bahkan bunda Theresa pun pernah mengalami pergumulan itu. Apakah kutipan ini berasal dari surat-surat bunda Theresa itu ya? Semoga beliau segera diproses menjadi Santa.

BTW: Lebih bagus lagi kalau disertakan terjemahan bahasa Indonesianya.

 

 


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

joli's picture

Hideyoshi adalah tokoh favorit-ku

Wawan, minggu lalu di gramedia beli buku Silent dan Paulus si Rabi,  yang Silent belum sempat baca, masih di bungkus plastik malah,.. membaca blog wawan jadi kepingin cepetan sampai rumah dan membacanya.. untuk week end ini lah..

Tiba-tiba, pada tanggal 24 Juli 1587, tanpa alasan yang jelas Hideyoshi sang penguasa saat itu, memerintahkan para misionaris keluar dari negeri itu. Namun kemarahannya cepat surut dan keputusan pengusiran itu dinyatakan tidak berlaku lagi.
Sepuluh tahun kemudian, amarah Hideyoshi bangkit kembali. Ini gara-gara bualan pelaut Spanyol yang terdampar. Untuk mengambil hati orang Jepang, dia mengatakan bahwa para misionaris selalu mempersiapkan jalan bagi angkatan bersenjata kerajaan Spanyol. Maka dimulailah perburuan dan pembantaian secara sistematis dan tanpa ampun terhadap orang Kristen di Jepang.

Hideyoshi adalah salah satu tokoh favourite Joli.. ya.. dia tetap masih favorite lah, meski baca ulasan Wawan, termasuk salah satu pemburu orang Kristen..  tapi nanti coba baca sendiri sik ah..

Purnawan Kristanto's picture

@ Cik Joli:Hideyoshi yg sama?

cik Joli, saya nggak tahu apakah kita membicarakan Hideyoshi yang sama. Soalnya saya kurang begitu memahami bangsa Jepang. Bisa diceritakan siapakah Hideyoshi yang difavoritkan cik Joli?

 


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

sandman's picture

@Pur

Hideyoshi di novel Taiko ada 10 seri, kalau gak salah apa yang dimaksud oleh Joli...

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

joli's picture

Hideyoshi pembawa sandal

Hideyoshi.. si pembawa sandal.. ya di buku Taiko..

Anak seorang petani, yang mempunyai perjalanan hidup yang luar biasa, memulai karirnnya sebagai pembawa sandal.. luar biasa,  cara memotivasi rekan-rekan nya, dia setia, tahu bagaimana harus menjalani hidup dan menempatkan diri, tidak harus menjadi no 1.. meski akhirnya dia menjadi no 1..

Wawan bacalah buku-nya Taiko, tebelnya sak bantal, tapi nggak rugi.. asik kok..

Kalau mau, bila pas ada tugas ke Solo, Joli pinjami, selain Taiko, buku Mushashi juga keren.. tapi Joli lebih suka tokoh si muka monyet pembawa sandal ini, ya si Hideyoshi..

ringkasan-nya bisa di baca di wiki.. namun tetap baca bukunya lebih asik, apalagi pas cerita pengalamannya bekerja di bagian dapur, dan bagaimana cara dia memotivasi tentara membangun parit-parit.. wah seru.. Joli kadang pakai jurus-jurus nya untuk kerja proyek

 

Purnawan Kristanto's picture

Sudah ada Musashi

Kalo Mushashi sudah pernah membaca waktu masih SMP dulu, tapi sudah agak lupa. Bukunya masih ada sih, tapi tiap kali mau membaca lagi jadi awang-awangen lihat tebelnya.

Saya masih banyak buku yang belum sempat dibaca. Jadi tawaran cik Joli

Nih yang masih antre dibaca:

Karl May: Dan Damai di di Bumi, Winnetou (1,2 dan 3)

Pramudya Ananta Toer

Javier Sierra, "The Secret Supper"

Richard E. Rubenstein, "Kala Yesus jadi Tuhan."

 


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

sandman's picture

@ tambah lagi

Pramudya ananta Toer judul Ken dedes ken arok...

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

Huanan's picture

Terjemahannya...

Pak Purnawan, terjemahan bahasa Indonesianya kira2 begini :

 
Dimana imanku? Bahkan jauh di dalam tidak ada apa-apa selain kekosongan. Jika [memang] ada Allah — tolong ampuni aku." [Perkataan St. Teresa Calcutta sejenak setelah karyanya di tempat kumuh di Calcutta dimulai]

"Buat apa aku berkarya? Jika tidak ada Allah, [maka] tidak bisa ada jiwa. Jika tidak ada jiwa maka, Yesus, Engkau juga tidak benar [ie, maksudnya "tidak ada"]"

"Aku diberitahu bahwa Allah hidup didalam aku — namun realitas dari kegelapan dan kedinginan dan kekosongan begitu dalam sehingga tidak ada apapun yang menyentuh jiwaku."

"Aku ingin Allah dengan semua kekuatan jiwaku — namun diantara kita ada keterpisahan yang mengerikan."

"Aku merasakan kesakitan akan kehilangan yang begitu mengerikan, [yaitu] akan Allah yang tidak menginginkaku, akan Allah tidak sebagai Allah, akan Allah tidak benar-benar ada"

GBU

__________________

Huanan

Purnawan Kristanto's picture

Terimakasih untuk usahanya.

Terimakasih untuk usahanya. Arigato!

 


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

KEN's picture

@PK

Mari berbahasa Jepang ria.

Anda bilang arigato?

saya menjawab, ii'n desu yo, hazukashi ja nai'n desu yo.

 

>>>=GOD=LOVE=YOU=>>

          If Not Us, Who?

         If Not Now, When?

 

    * yuk, jangan asal ngeblog *

____________________________

   * yuk, jangan asal comment *

Purnawan Kristanto's picture

Nyerah Ken

Nyerah Ken, aku kibarkan bendera putih. Yang aku tahu dari Jepang cuma ini: Sayonara

  •  Arigato
  • Kamikaze
  • Harakiri
  • Sakukurata
  • Takkasihmurah
  • Kukiratakada

 


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways