Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kesempatan

xaris's picture

Minggu yang lalu waktunya berkunjung lagi ke tukang potong rumput…eee… rambut (!) langgananku. Berangkatnya dengan malas tapi mesti. Sudah kurang lebih empat bulan ini potongan rambutku tidak karuan lantaran hairdresser langgananku cabut dari tempat potong itu. Dua kali rambut yang tidak seberapa ini dibabat hairdresser yang berbeda-beda dengan hasil semakin menciutkan hati saat menatap bayangan di cermin. Well, manis sih… kalo diliat dari jarak paling sedikit satu kilo…

Rupanya Tuhan hari itu tahu tekad bulatku untuk kembali memberanikan diri bereksperimen dengan hairdresser manapun yang tersedia. Tidak terlalu memusingkan bagaimana penampilanku nanti karena beauty is only skin deep, yang penting rapi (ehm… rapi apa “rapi”?). Dan… aku dihadiahiNya seorang hairdresser yang tahu persis apa yang kuharapkan. Cekatan, kooperatif dan it is very likely he could be the replacement for my previous lovely hairdresser (God bless wherever she is now!). But… ada satu hadiah lagi dari Tuhan hari itu buatku. Hadiah yang baru kusadari telah kuterima kala di malam harinya aku berbincang-bincang denganNya.

Beberapa bulan yang lalu sepulang dari tempat potong-memotong itu aku diliputi rasa gundah yang dalam. Ketidakcocokkan dengan hairdresser yang menangani rambutku berakhir dengan rasa jengkel yang pastinya terlukis jelas di raut wajah dan perlakuanku padanya. Aku mengambil alih proses pengeringan rambut meskipun dengan tetap berbicara baik-baik padanya. Malam itu aku menyesal sekali dengan sikapku dan berjanji pada Tuhan kalau aku kembali ke tempat potong itu, aku akan meminta hairdresser yang sama untuk menggunting rambutku dan aku akan memperlakukan dia dengan cara yang berbeda. Aku akan lebih sabar dan tenang menghadapi dia. Tak dinyana, hairdresser yang menangani rambutku beberapa bulan kemudian adalah dia juga! Baru malam itu aku sadar orang yang sangat menjengkelkan buat aku beberapa bulan yang lalu adalah orang yang jadi hairdresser andalanku kini!

Siang itu kami saling bercerita tentang banyak hal dengan begitu enak, harap ada kebenaran tentang Kristus yang bisa didengarnya. Tak habis-habisnya aku berterima kasih pada Tuhan yang telah memberikan kesempatan kepadaku untuk berekonsiliasi dengan hairdresserku cara yang begitu indah. Aku jadi berpikir tentang arti kesempatan…

Kesempatan… sesuatu yang sangat didambakan begitu banyak orang, bahkan dengan rasa putus asa. Aku kenal seorang tua yang menghabiskan tahun-tahun terakhirnya merenungkan berbagai kesempatan untuk jadi lebih kaya lewat bisnisnya, tetapi semua bisnis itu gagal total. Setiap hari bapak tua itu sering termenung-menung memikirkan hidupnya sekarang. Berbagai kesempatan yang hilang di depan mata akibat salah perhitungannya.

Masih lekat di ingatanku satu dering telpon di satu malam, seorang ibu yang aku kenal bertanya dengan nada gundah, “Ehm… maaf Tante telpon malam-malam, kamu lagi sibuk?” Setelah kuyakinkan si Tante bahwa tidak masalah dengan telponnya itu, meluncurlah kata-katanya…“Si Oom pergi, baru saja. Kami bertengkar. Dia membuang makanan-makanan yang ada di meja. Tante coba cegah, tapi akibatnya dia jatuh. Tante dikejar-kejar dengan sapu di tangan, sampai hansip Tante panggil karena takut. Tante sedih sekali karena kami berpisah seperti ini. Kalau malam ini si Oom kenapa-kenapa, Tante tak akan sanggup menghadapi. Padahal Tante sudah bertekad memperlakukan dia dengan lebih baik akhir-akhir ini. Tante menyesal, benar-benar menyesal…”

Hatiku tertusuk sangat dalam mendengar uraian yang disampaikan diantara isakan tangisnya. Aku kenal pasangan ini sudah lama dan sudah lama pula turut berdoa dengan keluarga ini untuk si Oom agar kembali pada Tuhan. Aku berdoa dalam hati memohon Tuhan membantuku dalam situasi si Tante dan satu kalimat yang keluar dari mulutku, “Tante, kalau Tante memang betul-betul menyesal dan sudah meminta ampun pada Tuhan, percayalah Tuhan sudah mengampuni. Berharaplah pada Tuhan untuk memberikan kesempatan lagi bagi Tante untuk berbaikan dengan Oom. Apa yang sudah lewat tidak bisa diapa-apakan lagi, tapi buatlah kisah yang baru mulai dari saat ini.” Tuhan yang tahu betul hati si Tante malam itu memberikan kembali kesempatan untuk kembali memikul salibNya berelasi dengan si Oom.

Malam itu dering telpon kedua dari si Tante yang kembali diiringi dengan isakan kecil, tapi kali ini penuh dengan ucapan syukur, “Si Oom sudah pulang, Tante akan ingat kata-kata kamu, terima kasih!” Aku termenung beberapa jam setelah itu, betapa indahnya orang-orang yang diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya. Aku teringat satu kisah di Alkitab “The Adulterous Woman” di injil Yohanes (John 8). Satu kisah yang sangat unik dan tidak terdapat di injil-injil lainnya. Seorang perempuan yang telak-telak kedapatan berzinah. Herannya hanya perempuan itu yang dibawa ke hadapan pengadilan, padahal mana ada perzinahan dilakukan sendirian?! Tercium bau busuk konspirasi disini! Perempuan ini hanyalah alat para so called pemuka agama untuk mencobai Kristus. Betapa menyakitkan menghadapi kenyataan seperti itu. Tapi lihat bagaimana Kristus membereskan semua masalah itu sekaligus, luar biasa…! Terngiang-ngiang terus perkataanNya, “I do not condemn you, either. Go. From now on sin no more.” – John 8:11 NASB

Tentang Menghakimi Aku belajar banyak hal lewat kisah itu. Seringkali jiwa menghakimiku lebih kuat dibandingkan dengan kasihku terhadap sesama yang tengah berduka akibat kesalahannya. Aku tak ubahnya teman-teman Ayub yang menambahkan cuka pada luka Ayub yang sudah sedemikian dalamnya. Meskipun awalnya datang untuk menghibur, tetapi begitu membuka mulutnya mereka tak kuasa lagi menghakimi Ayub tanpa sebetulnya tahu duduk persoalan yang sebenarnya. Itulah mungkin sebabnya salah satu pesan Kristus yang terakhir kepada para murid-muridNya adalah “A new commandment I give to you, that you love one another…” dan mengingatkan bahwa “Vengeance is Mine. I will repay.”

Tentang Arti Kesempatan Aku juga belajar tentang arti kesempatan, baik memberi kesempatan ataupun diberi kesempatan. Kalau Kristus yang adalah Tuhan selalu memberikan kesempatan bagi orang-orang berdosa untuk kembali kepadaNya, dalam kapasitas yang Dia berikan, akupun sudah pada tempatnya memberi kesempatan pada orang lain memperbaiki kesalahan mereka. Bukan karena aku lebih benar, tapi justru karena akupun sebetulnya tak ubahnya seperti mereka kalau bukan karena anugerahNya. Bukan hal yang mudah. Apalagi terhadap orang yang sudah berulang kali menghadirkan luka dan kesulitan dalam hidup kita. Tapi penebusan Kristus memampukan kita untuk itu. Memampukan kita untuk terus mengasihi dan memberikan kesempatan kepada orang lain yang bersalah kepada kita untuk memperbaiki kesalahannya, di dalam pertobatannya tentu.

Dan kalau Tuhan mengabulkan permohonan kita agar diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan kita, jangan pernah menyia-nyiakannya. Seringkali kegembiraan mendapatkan apa yang kita inginkan membuat kita terlupa akan apa yang harus kita buat untuk mengisinya.

Tentang Menanti Kesempatan Seorang penderita kanker di gerejaku terus memohon pada Tuhan untuk menyembuhkan penyakitnya. Menanti terus saat Tuhan membebaskannya dari penyakit itu. Mengingatkanku bagaimana seringkali kita juga terus menantikan saat kesempatan datang pada kita. Saat kita diberi kesempatan memperbaiki kesalahan kita. Tetapi apa yang kita lakukan untuk mengisi waktu penantian tersebut? Melukis kisah yang baru.

Daripada terus menanti kapan kesempatan itu tiba, mulailah dari sekarang juga melakukan apa yang akan kita lakukan kalau kesempatan itu tiba pada kita. Hiduplah dengan satu kepercayaan bahwa Tuhan selalu memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan kepada orang-orang yang sungguh-sungguh bertobat dari kesalahan-kesalahannya. Oleh karena itu hiduplah sebagai orang-orang yang sudah diberikan kesempatan, bukan menanti terus hingga kesempatan itu tiba. Karena di dalam Kristus, kesempatan itu pasti akan tiba, sesuai dengan waktuNya yang sempurna.

hai hai's picture

Tampil Cantik dan Sexi Bagi Wanita

Xaris, kamu perempuan atau lelaki? Kalau kamu lelaki, jangan peduliin rambut, sebab nenekku pernah mensehati, "Jadi lelaki itu nggak perlu tampan dan kaya asal lucu dan memahami wanita, maka mudah mencari jodoh!" Model rambutku cuman dua, kalau nggak gondrong ngak karu-karuan ya gundul plontos. Kalau kamu perempuan sich aku maklum, sebab aku tahu, ketika wanita mau tampil cantik, sebenarnya mereka tampil untuk diri sendiri, bukan untuk orang yang memandangnya.

Wanita berusaha tampil cantik karena mereka secara kodrati atau secara naluri ingin merasa cantik dan sexi. Hal ini kurang disadari lelaki. Banyak lelaki yang yakin, bahwa wanita berusaha tampil cantik dan sexi untuk mereka, sehingga mereka dengan semena-mena mengkritik wanita tersebut, karena di matanya wanita itu tidak nampak cantik dan sexi dengan penampilannya.

Ketika seorang wanita bertanya, "bagaimana penampilan saya?" Sebenarnya mereka sedang memberitahu anda, "Saya merasa cantik saat ini! " Laki-laki beloon lalu memberi penilaian dengan berbagai alasannya. Sedangkan lelaki bijaksana akan berkata, "Kamu nampak cantik dan sexi!" Padahal yang dia maksudkan adalah, "Saya tidak keberatan kamu merasa cantik dan sexi dengan penampilan begini!"

Cara terbaik mengubah penampilan wanita bukan dengan mengeritik penampilannya, tetapi dengan menceritakan idea anda. Ingat, bila wanita bertanya pada anda tentang penampilannya, maka bersyukurlah, itu hanya menandakan satu hal, wanita itu mempercayai anda dan ingin tampil cantik di mata anda dan mengharapkan persetujuan anda. Dalam situasi demikian, anda hanya perlu mengamininya, bila anda tidak setuju dengan pendapatnya, anda tetap harus setuju dengan perasaannya.

bila tidak setuju dengan pendapat wanita tentang penampilannya, jangan mengeritik. Anda dapat mengeritik penampilannya, tetapi mustahil mengeritik perasaannya. Megeritik penampilannya berarti mengeritik perasaannya. Setujuilah perasaannya dan keritiklah dia lain kali, kalau tidak mau merusak suasana.

Saya tidak pernah mengeritik penampilan wanita, namun sering sekali mempengaruhi wanita untuk mengubah penampilannya. Dalam suasana santai saya berkata,

"Saya membayangkan kamu memakai kaos oblong putih dan celana jean serta sepatu pantofel. Waktu itu kamu terlambat untuk kuliah, kamu melangkah dengan pasti dan minta maaf akan keterlambatan kamu pada dosen yang sedang mengajar. Para mahasiswa lelaki akan saling melirik dan mengedipkan mata, namun para wanita akan mendengus penuh kecemburuan. Pada waktu itu saya cuman bengong kayak orang bloon, karena terpesona dengan penampilan kamu!"

Berdasarkan pengalaman, hanya dibutuhkan waktu paling lama 1 bulan, maka wanita itu akan tampil dengan cara demikian. Ketika dia tampil demikian, maka saya hanya perlu memberikan sebuah catatan yang di kirim kepadanya dari tangan teman ke teman. Isi catatan itu adalah, "Maaf, saya pura-pura cuek, karena merasa gengsi harus mengakui, bahwa saya benar-benar terpesona sama kamu!"

Ha ha ha ... Maaf, kelepasan, tetapi tetap fair, sebab para bloger cowok tahu jurusnya, namun para wanita juga tahu jurus yang sama.

 

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Bin Nun's picture

sepertinya...

sepertinya dia wanita Hai... kalau tidak kenapa dia harus butuh hairdresser dan dia merasa kesal sekali kalau rambutnya menjadi jelek ketika salah potong... lalu ada seorang ibu tua yang meneleponnya menceritakan tentang suaminya... saya rasa si Xaris ini perempuan... ada yang mau bertaruh... semangkuk bakso di pasar Klewer.... hehehe...

BIG GBU!

xaris's picture

Jitu...!

Thanks Ko Hai Hai buat sharing SSM-nya (Sama-Sama Tahu), lengkap dengan kaos oblong putih, celana jeans dan sepatu pantofel-nya, persis dandanan favorit ala tahun 80-an Laughing...!

 

Di Amsal 31:22 (NASB) disebut gini, "She makes coverings for herself; her clothing is fine linen and purple", saya seneng bacanya karena ini berarti Tuhan menjustifikasi wanita yang merias diri secara fisik, bukan hanya secara rohani. Saya percaya Tuhan memang menciptakan keindahan wanita untuk dinikmati sebagai refleksi keindahan image-Nya sendiri. Saya juga pikir wanita sebetulnya memang bersolek untuk dirinya. Saya pernah berpikir berdandan buat pasangan saya yang waktu itu cukup dikenal banyak orang, jadi buat jaga image dia. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, saya berdandan manis sebetulnya supaya dia senang, karena kalau dia senang, saya jadi ikut senang, jadi ujung-ujungnya memang buat saya sendiri Cool

 

Dulu waktu perasaan lagi ngga karuan, suka males dandan (dalam konteks tampil rapi dan pantes), tapi sekarang saya belajar, segala yang ada pada saya diberikan untuk memuliakan Dia, jangan meremehkan pemberianNya :D Buat Bin Nun, kalau ada lomba tebakan saya perempuan apa laki-laki dengan hadiah semangkok bakso, sekarang kamu tinggal tentuin aja mau semangkok bakso seharga berapa, hahaha! Tebakan jitu dari seorang Bin Nun yang ngga Bin Ngung Laughing